Pusat Data AI Sumbang Polusi Udara yang Cukup Besar
Ada bahaya yang mengintai dari perkembangan pesat teknologi kecerdasan buatan (AI), ini bukan soal perebutan posisi pekerjaan melainkan polusi udara yang mematikan
Context.id, JAKARTA - Di balik perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang pesat, tersimpan ancaman serius yang kerap terabaikan yakni polusi udara.
Penelitian terbaru menemukan emisi yang dihasilkan dari konsumsi listrik pusat data AI berpotensi menelan biaya kesehatan masyarakat hingga US$20 miliar dalam enam tahun ke depan.
Menurut studi dari University of California, Riverside, dan California Institute of Technology, pelatihan satu model bahasa mesin dari AI generatif seperti Llama 3.1 milik Meta dapat menghasilkan polusi udara.
Polusi udara itu setara dengan mobil yang menempuh perjalanan pulang-pergi dari New York ke Los Angeles sebanyak 10.000 kali. Ini sangat besar dan mencemaskan.
Dampak mematikan
Dalam makalah berjudul The Unpaid Toll: Quantifying the Public Health Impact of AI, para peneliti memperkirakan pada 2030, sekitar 1.300 kematian dini dapat terjadi setiap tahun akibat polusi udara yang dihasilkan oleh pusat data AI.
BACA JUGA
Shaolei Ren, salah satu peneliti utama, menyoroti kurangnya perhatian pada masalah ini. "Kita berbicara tentang polusi udara yang memengaruhi kehidupan manusia sekarang, tetapi dunia belum memberikan perhatian yang cukup," ujarnya seperti dikutip dari Business Insider.
Ancaman tidak hanya datang dari pembangkit listrik, tetapi juga dari generator diesel yang digunakan untuk cadangan daya.
Di Virginia, negara bagian dengan konsentrasi pusat data terbesar di dunia, generator diesel menghasilkan 200 hingga 600 kali lebih banyak nitrogen dioksida dibandingkan pembangkit listrik berbahan bakar gas alam.
Dalam skenario emisi minimal, generator diesel di Virginia diperkirakan menyebabkan 13 hingga 19 kematian setiap tahun.
Jika mereka diizinkan beroperasi pada kapasitas penuh, angka itu bisa melonjak hingga 190 kematian tambahan per tahun, dengan beban biaya kesehatan mencapai US$3 miliar menurut perhitungan dari studi itu.
Polusi udara akibat emisi pusat data tidak hanya terbatas pada Virginia. Wilayah Montgomery di Maryland dilaporkan menjadi wilayah paling terdampak, meskipun jaraknya cukup jauh dari pusat data tersebut.
Wilayah lain seperti West Virginia, New York, Pennsylvania, hingga Florida juga tidak luput dari dampaknya.
"Polusi udara tidak mengenal batas wilayah dan dampaknya meluas ke banyak negara bagian dan sering kali membebani masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi," tulis penelitian itu
Transparansi perusahaan AI
Dalam penelitiannya, para peneliti mendesak perusahaan teknologi besar seperti Amazon, Google, Microsoft, dan Meta untuk lebih transparan mengenai dampak polusi udara dari operasi AI mereka.
Dalam laporan keberlanjutan mereka, perusahaan-perusahaan ini umumnya hanya menyebutkan emisi karbon dan konsumsi air, tetapi mengabaikan dampak kualitas udara.
"Mereka harus mulai melaporkan polusi udara dengan tingkat transparansi yang sama seperti emisi karbon," tegas Ren.
Penelitian ini memperlihatkan inovasi teknologi terkadang harus dibayar dengan pengorbanan yang besar bahkan seringkali mengorbankan lingkungan dan masyarakat awam
RELATED ARTICLES
Pusat Data AI Sumbang Polusi Udara yang Cukup Besar
Ada bahaya yang mengintai dari perkembangan pesat teknologi kecerdasan buatan (AI), ini bukan soal perebutan posisi pekerjaan melainkan polusi udara yang mematikan
Context.id, JAKARTA - Di balik perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang pesat, tersimpan ancaman serius yang kerap terabaikan yakni polusi udara.
Penelitian terbaru menemukan emisi yang dihasilkan dari konsumsi listrik pusat data AI berpotensi menelan biaya kesehatan masyarakat hingga US$20 miliar dalam enam tahun ke depan.
Menurut studi dari University of California, Riverside, dan California Institute of Technology, pelatihan satu model bahasa mesin dari AI generatif seperti Llama 3.1 milik Meta dapat menghasilkan polusi udara.
Polusi udara itu setara dengan mobil yang menempuh perjalanan pulang-pergi dari New York ke Los Angeles sebanyak 10.000 kali. Ini sangat besar dan mencemaskan.
Dampak mematikan
Dalam makalah berjudul The Unpaid Toll: Quantifying the Public Health Impact of AI, para peneliti memperkirakan pada 2030, sekitar 1.300 kematian dini dapat terjadi setiap tahun akibat polusi udara yang dihasilkan oleh pusat data AI.
BACA JUGA
Shaolei Ren, salah satu peneliti utama, menyoroti kurangnya perhatian pada masalah ini. "Kita berbicara tentang polusi udara yang memengaruhi kehidupan manusia sekarang, tetapi dunia belum memberikan perhatian yang cukup," ujarnya seperti dikutip dari Business Insider.
Ancaman tidak hanya datang dari pembangkit listrik, tetapi juga dari generator diesel yang digunakan untuk cadangan daya.
Di Virginia, negara bagian dengan konsentrasi pusat data terbesar di dunia, generator diesel menghasilkan 200 hingga 600 kali lebih banyak nitrogen dioksida dibandingkan pembangkit listrik berbahan bakar gas alam.
Dalam skenario emisi minimal, generator diesel di Virginia diperkirakan menyebabkan 13 hingga 19 kematian setiap tahun.
Jika mereka diizinkan beroperasi pada kapasitas penuh, angka itu bisa melonjak hingga 190 kematian tambahan per tahun, dengan beban biaya kesehatan mencapai US$3 miliar menurut perhitungan dari studi itu.
Polusi udara akibat emisi pusat data tidak hanya terbatas pada Virginia. Wilayah Montgomery di Maryland dilaporkan menjadi wilayah paling terdampak, meskipun jaraknya cukup jauh dari pusat data tersebut.
Wilayah lain seperti West Virginia, New York, Pennsylvania, hingga Florida juga tidak luput dari dampaknya.
"Polusi udara tidak mengenal batas wilayah dan dampaknya meluas ke banyak negara bagian dan sering kali membebani masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi," tulis penelitian itu
Transparansi perusahaan AI
Dalam penelitiannya, para peneliti mendesak perusahaan teknologi besar seperti Amazon, Google, Microsoft, dan Meta untuk lebih transparan mengenai dampak polusi udara dari operasi AI mereka.
Dalam laporan keberlanjutan mereka, perusahaan-perusahaan ini umumnya hanya menyebutkan emisi karbon dan konsumsi air, tetapi mengabaikan dampak kualitas udara.
"Mereka harus mulai melaporkan polusi udara dengan tingkat transparansi yang sama seperti emisi karbon," tegas Ren.
Penelitian ini memperlihatkan inovasi teknologi terkadang harus dibayar dengan pengorbanan yang besar bahkan seringkali mengorbankan lingkungan dan masyarakat awam
POPULAR
RELATED ARTICLES