Share

Home Stories

Stories 09 Januari 2025

Bank di Singapura Dukung Polisi Kontrol Transaksi Perbankan

RUU Perlindungan dari Penipuan di Singapura memberikan polisi kewenangan mengeluarkan perintah pembatasan transaksi perbankan

Bank-bank di Singapura/RSBU

Context,id, JAKARTA - Bank-bank di Singapura mendukung undang-undang baru yang akan memungkinkan polisi untuk mengontrol rekening pemegang yang mereka curigai sebagai target penipuan. 

Menurut Ong-Ang Ai Boon, Direktur Asosiasi Bank Singapura (ABS), langkah ini untuk mengatasi lonjakan kasus di negara kota itu dan memberikan lebih banyak waktu bagi para korban untuk "keluar dari cengkeraman para penipu" dan melindungi mereka dari kerugian finansial. 

RUU Perlindungan dari Penipuan yang disahkan di parlemen hari Selasa (7/1) memberikan kewenangan kepada polisi untuk mengeluarkan perintah pembatasan kepada bank, yang kemudian akan membatasi transaksi perbankan pada rekening masyarakat, seperti dilansir dari Bloomberg

Setidaknya sekitar 385,6 juta dolar Singapura (US$282 juta) hilang akibat kasus penipuan dan kejahatan dunia maya di Singapura pada paruh pertama tahun 2024. Kerugian itu naik 24,6% dari periode yang sama tahun lalu, menurut data kepolisian. 

"Tujuan kebijakan kami adalah agar perintah pembatasan dikeluarkan sebagai pilihan terakhir," kata Menteri Dalam Negeri Sun Xueling di parlemen. 

Setiap perintah akan berlaku hingga 30 hari, dan dapat diperpanjang hingga lima kali. Orang-orang yang akunnya dibatasi harus mengajukan permohonan kepada polisi untuk mendapatkan akses ke dana mereka guna menutupi biaya hidup dan pengeluaran lain yang diperlukan. 

Perintah pembatasan akan berakhir setelah jumlah perpanjangan maksimum, bahkan jika individu tersebut tetap bersikeras mentransfer sejumlah uang kepada penipu.

ABS mengatakan pihaknya telah melihat kasus-kasus di mana korban begitu terikat secara emosional sehingga mereka ingin melanjutkan transaksi, meskipun ada tanda-tanda dan saran yang jelas dari bank dan polisi. 

Kelompok industri tersebut juga mengatakan meskipun bank akan terus meningkatkan langkah-langkah antipenipuan, masyarakat diimbau untuk tetap berhati-hati. 



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 09 Januari 2025

Bank di Singapura Dukung Polisi Kontrol Transaksi Perbankan

RUU Perlindungan dari Penipuan di Singapura memberikan polisi kewenangan mengeluarkan perintah pembatasan transaksi perbankan

Bank-bank di Singapura/RSBU

Context,id, JAKARTA - Bank-bank di Singapura mendukung undang-undang baru yang akan memungkinkan polisi untuk mengontrol rekening pemegang yang mereka curigai sebagai target penipuan. 

Menurut Ong-Ang Ai Boon, Direktur Asosiasi Bank Singapura (ABS), langkah ini untuk mengatasi lonjakan kasus di negara kota itu dan memberikan lebih banyak waktu bagi para korban untuk "keluar dari cengkeraman para penipu" dan melindungi mereka dari kerugian finansial. 

RUU Perlindungan dari Penipuan yang disahkan di parlemen hari Selasa (7/1) memberikan kewenangan kepada polisi untuk mengeluarkan perintah pembatasan kepada bank, yang kemudian akan membatasi transaksi perbankan pada rekening masyarakat, seperti dilansir dari Bloomberg

Setidaknya sekitar 385,6 juta dolar Singapura (US$282 juta) hilang akibat kasus penipuan dan kejahatan dunia maya di Singapura pada paruh pertama tahun 2024. Kerugian itu naik 24,6% dari periode yang sama tahun lalu, menurut data kepolisian. 

"Tujuan kebijakan kami adalah agar perintah pembatasan dikeluarkan sebagai pilihan terakhir," kata Menteri Dalam Negeri Sun Xueling di parlemen. 

Setiap perintah akan berlaku hingga 30 hari, dan dapat diperpanjang hingga lima kali. Orang-orang yang akunnya dibatasi harus mengajukan permohonan kepada polisi untuk mendapatkan akses ke dana mereka guna menutupi biaya hidup dan pengeluaran lain yang diperlukan. 

Perintah pembatasan akan berakhir setelah jumlah perpanjangan maksimum, bahkan jika individu tersebut tetap bersikeras mentransfer sejumlah uang kepada penipu.

ABS mengatakan pihaknya telah melihat kasus-kasus di mana korban begitu terikat secara emosional sehingga mereka ingin melanjutkan transaksi, meskipun ada tanda-tanda dan saran yang jelas dari bank dan polisi. 

Kelompok industri tersebut juga mengatakan meskipun bank akan terus meningkatkan langkah-langkah antipenipuan, masyarakat diimbau untuk tetap berhati-hati. 



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Sushila Karki, Perdana Menteri Perempuan Pertama di Nepal

Setelah meredanya gelombang protes di Nepal, Sushila Karki ditunjuk sebagai Perdana Menteri Sementara dan disebut menandakan tumbuhnya kepercayaan ...

Renita Sukma . 16 September 2025

Penembak Aktivis Charlie Kirk Ditangkap Setelah 33 Jam Diburu

Tyler Robinson, pria 22 tahun dari Utah, berhasil ditangkap setelah buron 33 jam atas tuduhan membunuh aktivis konservatif Charlie Kirk

Renita Sukma . 14 September 2025

Setelah Penggerebekan Imigrasi AS, Pekerja Korea Selatan Dipulangkan

Sekitar 300 pekerja Korea Selatan akhirnya kembali ke negara setelah sempat ditahan oleh imigrasi AS.

Renita Sukma . 14 September 2025

Ada Tuntutan Bubarkan DPR, Secara Hukum Indonesia Bisa?

Tuntutan pembubaran DPR menggaung saat aksi demonstrasi 25 Agustus 2025. Pakar Hukum Tata Negara Bivitri Susanti menyebut hal itu secara hukum tid ...

Renita Sukma . 14 September 2025