Singapura Raih Posisi Puncak Peringkat Daya Saing Digital Dunia IMD 2024
Pengetahuan mumpuni yang dimiliki sumber daya manusia Singapura dan adopsi teknologi yang tepat menjadikan Singapura mampu bersaing dengan negara lain
Context.id, JAKARTA - Singapura kembali mencatatkan prestasi global dengan menduduki peringkat teratas dalam Peringkat Daya Saing Digital Dunia tahun 2024 yang dirilis oleh Institut Internasional untuk Pengembangan Manajemen (IMD).
Negara ini mengungguli Swiss di peringkat kedua dan Denmark di posisi ketiga, sementara Amerika Serikat turun tiga peringkat ke posisi keempat.
Pencapaian ini mencerminkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun 2023, di mana Singapura berada di posisi ketiga.
Menurut laporan tersebut seperti dikutip dari The Edge, kekuatan utama Singapura meliputi pengelolaan kota yang efisien, tingginya jumlah hibah paten teknologi, sektor perbankan dan keuangan yang kuat, serta kemitraan publik-swasta yang strategis.
Peringkat Daya Saing Digital Dunia yang kini memasuki tahun kedelapan, mengevaluasi kapasitas 67 negara dalam mengadopsi dan mengelola teknologi digital untuk mendorong transformasi ekonomi.
Evaluasi ini dibagi menjadi tiga pilar utama:
1. Pengetahuan: Mengukur kemampuan negara dalam mengembangkan modal manusia dan inovasi. Singapura naik satu peringkat ke posisi kedua dalam kategori ini.
2. Teknologi: Menilai infrastruktur teknologi yang tersedia. Singapura meraih skor tinggi 97,6 dan menduduki posisi pertama.
3. Kesiapan Masa Depan: Mengukur kemampuan negara dalam menghadapi dan memanfaatkan perubahan teknologi di masa depan. Singapura naik sembilan peringkat menjadi yang teratas dengan skor sempurna 100.
Tantangan
Meskipun menduduki posisi pertama, laporan IMD menyoroti tantangan signifikan yang dihadapi Singapura.
Salah satunya adalah ketidakpastian eksternal akibat meningkatnya ketegangan geopolitik, termasuk persaingan antara negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan China dalam ranah teknologi.
Tantangan lain adalah bagaimana Singapura dapat terus meningkatkan daya saing ekonomi di tengah keterbatasan sumber daya.
José Caballero, ekonom senior di World Competitiveness Center, mencatat dinamika geopolitik tidak hanya memengaruhi pengembangan teknologi, tetapi juga kemampuan negara-negara untuk bersaing di pasar global.
Selain itu, gangguan yang diakibatkan oleh teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI) menjadi perhatian utama.
Singapura dihadapkan pada tugas berat untuk mendukung pelatihan ulang tenaga kerja dan membantu transformasi bisnis agar tetap relevan di era digital.
IMD juga menyoroti tantangan global lainnya, termasuk kesenjangan infrastruktur digital antara negara maju dan berkembang.
Banyak negara, terutama di kawasan berkembang, masih terbatas aksesnya terhadap internet kecepatan tinggi dan infrastruktur telekomunikasi modern. Hal ini membatasi keterlibatan mereka dalam ekonomi digital global.
Kemajuan teknologi seperti AI, blockchain, dan komputasi kuantum terus membentuk lanskap ekonomi dan sosial.
Namun, teknologi ini juga berisiko memperlebar kesenjangan digital jika tidak dikelola dengan baik.
Negara yang mampu memanfaatkan teknologi ini dengan efektif berpeluang memperkuat daya saing digitalnya, meningkatkan produktivitas, dan memperluas pengaruh global.
Singapura memimpin dalam sejumlah indikator penting seperti hibah paten teknologi, perlindungan hak kekayaan intelektual, dan pemerintahan elektronik.
Sebaliknya, Amerika Serikat mengalami penurunan daya saing akibat menurunnya semangat globalisasi, meningkatnya ketakutan wirausaha akan kegagalan, serta kurangnya pengalaman internasional di tingkat manajerial.
Kesuksesan Singapura menjadi bukti bahwa pendekatan strategis dalam mengelola teknologi digital dapat memberikan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
RELATED ARTICLES
Singapura Raih Posisi Puncak Peringkat Daya Saing Digital Dunia IMD 2024
Pengetahuan mumpuni yang dimiliki sumber daya manusia Singapura dan adopsi teknologi yang tepat menjadikan Singapura mampu bersaing dengan negara lain
Context.id, JAKARTA - Singapura kembali mencatatkan prestasi global dengan menduduki peringkat teratas dalam Peringkat Daya Saing Digital Dunia tahun 2024 yang dirilis oleh Institut Internasional untuk Pengembangan Manajemen (IMD).
Negara ini mengungguli Swiss di peringkat kedua dan Denmark di posisi ketiga, sementara Amerika Serikat turun tiga peringkat ke posisi keempat.
Pencapaian ini mencerminkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun 2023, di mana Singapura berada di posisi ketiga.
Menurut laporan tersebut seperti dikutip dari The Edge, kekuatan utama Singapura meliputi pengelolaan kota yang efisien, tingginya jumlah hibah paten teknologi, sektor perbankan dan keuangan yang kuat, serta kemitraan publik-swasta yang strategis.
Peringkat Daya Saing Digital Dunia yang kini memasuki tahun kedelapan, mengevaluasi kapasitas 67 negara dalam mengadopsi dan mengelola teknologi digital untuk mendorong transformasi ekonomi.
Evaluasi ini dibagi menjadi tiga pilar utama:
1. Pengetahuan: Mengukur kemampuan negara dalam mengembangkan modal manusia dan inovasi. Singapura naik satu peringkat ke posisi kedua dalam kategori ini.
2. Teknologi: Menilai infrastruktur teknologi yang tersedia. Singapura meraih skor tinggi 97,6 dan menduduki posisi pertama.
3. Kesiapan Masa Depan: Mengukur kemampuan negara dalam menghadapi dan memanfaatkan perubahan teknologi di masa depan. Singapura naik sembilan peringkat menjadi yang teratas dengan skor sempurna 100.
Tantangan
Meskipun menduduki posisi pertama, laporan IMD menyoroti tantangan signifikan yang dihadapi Singapura.
Salah satunya adalah ketidakpastian eksternal akibat meningkatnya ketegangan geopolitik, termasuk persaingan antara negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan China dalam ranah teknologi.
Tantangan lain adalah bagaimana Singapura dapat terus meningkatkan daya saing ekonomi di tengah keterbatasan sumber daya.
José Caballero, ekonom senior di World Competitiveness Center, mencatat dinamika geopolitik tidak hanya memengaruhi pengembangan teknologi, tetapi juga kemampuan negara-negara untuk bersaing di pasar global.
Selain itu, gangguan yang diakibatkan oleh teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI) menjadi perhatian utama.
Singapura dihadapkan pada tugas berat untuk mendukung pelatihan ulang tenaga kerja dan membantu transformasi bisnis agar tetap relevan di era digital.
IMD juga menyoroti tantangan global lainnya, termasuk kesenjangan infrastruktur digital antara negara maju dan berkembang.
Banyak negara, terutama di kawasan berkembang, masih terbatas aksesnya terhadap internet kecepatan tinggi dan infrastruktur telekomunikasi modern. Hal ini membatasi keterlibatan mereka dalam ekonomi digital global.
Kemajuan teknologi seperti AI, blockchain, dan komputasi kuantum terus membentuk lanskap ekonomi dan sosial.
Namun, teknologi ini juga berisiko memperlebar kesenjangan digital jika tidak dikelola dengan baik.
Negara yang mampu memanfaatkan teknologi ini dengan efektif berpeluang memperkuat daya saing digitalnya, meningkatkan produktivitas, dan memperluas pengaruh global.
Singapura memimpin dalam sejumlah indikator penting seperti hibah paten teknologi, perlindungan hak kekayaan intelektual, dan pemerintahan elektronik.
Sebaliknya, Amerika Serikat mengalami penurunan daya saing akibat menurunnya semangat globalisasi, meningkatnya ketakutan wirausaha akan kegagalan, serta kurangnya pengalaman internasional di tingkat manajerial.
Kesuksesan Singapura menjadi bukti bahwa pendekatan strategis dalam mengelola teknologi digital dapat memberikan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
POPULAR
RELATED ARTICLES