Share

Stories 28 Oktober 2024

Dari Barak ke Ruang Rapat: Sepak Terjang Lulusan Akmil dan Akpol

Para perwira lulusan Akmil dan Akpol memiliki keterampilan kepemimpinan yang berharga untuk dunia bisnis dan pemerintahan.

Akmil/TNI AD

Context.id, JAKARTA - Ketika mendengar nama Akademi Militer (Akmil) dan Akademi Kepolisian (Akpol), gambaran tentang barak, pelatihan fisik, dan disiplin ketat mungkin yang pertama kali muncul dalam benak banyak orang. 

Pandangan itu tidak sepenuhnya salah. Memang di Akmil atau Akpol, para taruna digembleng fisiknya sekaligus kedisiplinan dan kecemerlangan akademisnya. Soalnya, taruna-taruni ini nantinya akan menjadi perwira yang memimpin anak buahnya.   

Namun, di balik keras dan disiplin komando yang menjadi ciri khas militeristik, terdapat suatu sistem pendidikan yang menghasilkan pemimpin tangguh dengan keterampilan berharga yang dapat diterapkan di berbagai sektor, termasuk dunia bisnis.

Jadi jangan heran saat Presiden Prabowo Subianto mengajak anggota kabinetnya untuk merasakan digembleng di Akmil.

Prabowo ingin memperlihatkan bagaimana sistem Akmil bisa menghasilkan pemimpin seperti dirinya; sukses di politik, sukses juga di bisnis karena memiliki strategi kepemimpinan yang kuat. 



Sebenarnya cerita kesuksesan eks alumni Akmil-Akpol yang rata-rata mencapai jenjang perwira menengah dan perwira tinggi di masing-masing matranya bukan hanya dimiliki Prabowo. 

Sebelumnya ada Presiden ke-6 SBY yang juga kawan seangkatan Prabowo di Akmil. Lalu ada Wiranto, Luhut Binsar Pandjaitan, Sjafrie Sjamsoeddin, AHY, Sugiono, Iftitah, Tito Karnavian, Budi Gunawan dan banyak lagi yang juga jebolan kampus militer atau kepolisian dan menduduki posisi kunci di pemerintahan. 

Bukan hanya di pemerintahan, banyak purnawirawan TNI/Polri yang juga jadi pebisnis atau komisaris di berbagai entitas bisnis, baik BUMN maupun swasta. 

Alhasil dalam dunia pendidikan dan karier, muncul sebuah lelucon yang mengatakan untuk sukses berbisnis, jangan belajar di sekolah bisnis mentereng seperti Prasetiya Mulya, SBM ITB atau di kampus-kampus luar negeri. 

Sebaliknya, beberapa orang berpendapat jalur menuju kesuksesan justru terletak pada pendidikan di Akmil atau Akpol. 

Bagaimana tidak, contohnya sudah banyak dan jalurnya jelas. Jika meneruskan karier di militer atau kepolisian pasti akan menjadi perwira. 

Selepas dari institusi militer atau kepolisian, banyak parpol atau perusahaan yang sudah mengantri untuk mengajak bekerja sama atau menawarkan jabatan penting. 

Kok bisa begitu ya? 

Jawabannya terletak pada pendekatan holistik yang diajarkan di institusi-institusi ini, yang tidak hanya berfokus pada aspek ketentaraan dan kepolisian, tetapi juga pada kepemimpinan, strategi, dan manajemen.

“Lulusan dari Akmil dan Akpol memiliki keterampilan yang relevan untuk dunia bisnis. Kami diajarkan untuk mengambil keputusan dalam situasi penuh tekanan, beradaptasi dengan cepat, dan bekerja dalam tim. Itu semua keterampilan yang sangat dibutuhkan di dunia bisnis, politik maupun pemerintahan,” ungkap seorang mantan taruna yang kini berkarier di sektor swasta.

Strategis, koneksi dan relevan 
Lingkungan yang selalu berubah menuntut kemampuan untuk beradaptasi dan berinovasi. Di Akmil dan Akpol, para taruna dibekali dengan pelatihan yang menekankan pentingnya berpikir strategis dan memecahkan masalah secara efektif. 

Contohnya, dalam latihan, mereka sering dihadapkan pada simulasi krisis yang menuntut mereka untuk berpikir cepat dan memimpin tim dalam menghadapi tantangan. 

Prabowo Subianto saat retreat bersama anggota Kabinet Merah Putih mengatakan “The military way” yang membentuk karakternya bukan hanya tentang disiplin militer, tetapi juga tentang membentuk pemimpin yang mampu mengambil keputusan strategis di berbagai sektor, termasuk pemerintahan dan dunia usaha.

Selain berpikir strategis, relasi atau koneksi menjadi salah satu aset paling berharga dalam dunia bisnis. Dalam konteks ini, lulusan Akmil dan Akpol memiliki jaringan yang luas, berkat pengalaman mereka di lapangan. 

Banyak dari mereka mengisi posisi strategis di berbagai sektor, baik di pemerintahan maupun swasta, memanfaatkan jaringan yang dibangun selama pendidikan dan karier mereka. 

Prabowo juga mengungkapkan di kabinetnya terdapat enam peraih Adhi Makayasa—penghargaan tertinggi di Akmil—yang menunjukkan betapa signifikan pendidikan yang mereka terima. 

“Mereka adalah contoh nyata pendidikan di Akmil dapat melahirkan pemimpin yang tidak hanya kompeten, tetapi juga visioner,” ujarnya. 

Memiliki rekam jejak yang mengesankan, mereka diharapkan dapat membawa semangat dan disiplin militer ke dalam strategi pemerintahan.

Terbiasa mengambil keputusan di situasi yang penuh tekanan membuat mereka dapat lebih mudah beradaptasi dalam menghadapi tantangan bisnis yang serupa dan menjadi keunggulan di dunia profesional.

Prabowo juga menekankan pentingnya mentalitas yang dibangun di Akmil. “Setiap taruna harus memiliki ketahanan mental dan strategi yang tepat untuk memimpin. Ini adalah modal penting yang harus dimiliki setiap pemimpin masa depan,” tegasnya.

Dari barak hingga ruang rapat, lulusan Akmil dan Akpol menunjukkan pendidikan ketentaraan dan kepolisian bukan hanya tentang disiplin dan ketegasan. Lebih dari itu, mereka menghasilkan pemimpin masa depan yang memiliki kemampuan untuk mengelola kompleksitas dunia modern. 



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 28 Oktober 2024

Dari Barak ke Ruang Rapat: Sepak Terjang Lulusan Akmil dan Akpol

Para perwira lulusan Akmil dan Akpol memiliki keterampilan kepemimpinan yang berharga untuk dunia bisnis dan pemerintahan.

Akmil/TNI AD

Context.id, JAKARTA - Ketika mendengar nama Akademi Militer (Akmil) dan Akademi Kepolisian (Akpol), gambaran tentang barak, pelatihan fisik, dan disiplin ketat mungkin yang pertama kali muncul dalam benak banyak orang. 

Pandangan itu tidak sepenuhnya salah. Memang di Akmil atau Akpol, para taruna digembleng fisiknya sekaligus kedisiplinan dan kecemerlangan akademisnya. Soalnya, taruna-taruni ini nantinya akan menjadi perwira yang memimpin anak buahnya.   

Namun, di balik keras dan disiplin komando yang menjadi ciri khas militeristik, terdapat suatu sistem pendidikan yang menghasilkan pemimpin tangguh dengan keterampilan berharga yang dapat diterapkan di berbagai sektor, termasuk dunia bisnis.

Jadi jangan heran saat Presiden Prabowo Subianto mengajak anggota kabinetnya untuk merasakan digembleng di Akmil.

Prabowo ingin memperlihatkan bagaimana sistem Akmil bisa menghasilkan pemimpin seperti dirinya; sukses di politik, sukses juga di bisnis karena memiliki strategi kepemimpinan yang kuat. 



Sebenarnya cerita kesuksesan eks alumni Akmil-Akpol yang rata-rata mencapai jenjang perwira menengah dan perwira tinggi di masing-masing matranya bukan hanya dimiliki Prabowo. 

Sebelumnya ada Presiden ke-6 SBY yang juga kawan seangkatan Prabowo di Akmil. Lalu ada Wiranto, Luhut Binsar Pandjaitan, Sjafrie Sjamsoeddin, AHY, Sugiono, Iftitah, Tito Karnavian, Budi Gunawan dan banyak lagi yang juga jebolan kampus militer atau kepolisian dan menduduki posisi kunci di pemerintahan. 

Bukan hanya di pemerintahan, banyak purnawirawan TNI/Polri yang juga jadi pebisnis atau komisaris di berbagai entitas bisnis, baik BUMN maupun swasta. 

Alhasil dalam dunia pendidikan dan karier, muncul sebuah lelucon yang mengatakan untuk sukses berbisnis, jangan belajar di sekolah bisnis mentereng seperti Prasetiya Mulya, SBM ITB atau di kampus-kampus luar negeri. 

Sebaliknya, beberapa orang berpendapat jalur menuju kesuksesan justru terletak pada pendidikan di Akmil atau Akpol. 

Bagaimana tidak, contohnya sudah banyak dan jalurnya jelas. Jika meneruskan karier di militer atau kepolisian pasti akan menjadi perwira. 

Selepas dari institusi militer atau kepolisian, banyak parpol atau perusahaan yang sudah mengantri untuk mengajak bekerja sama atau menawarkan jabatan penting. 

Kok bisa begitu ya? 

Jawabannya terletak pada pendekatan holistik yang diajarkan di institusi-institusi ini, yang tidak hanya berfokus pada aspek ketentaraan dan kepolisian, tetapi juga pada kepemimpinan, strategi, dan manajemen.

“Lulusan dari Akmil dan Akpol memiliki keterampilan yang relevan untuk dunia bisnis. Kami diajarkan untuk mengambil keputusan dalam situasi penuh tekanan, beradaptasi dengan cepat, dan bekerja dalam tim. Itu semua keterampilan yang sangat dibutuhkan di dunia bisnis, politik maupun pemerintahan,” ungkap seorang mantan taruna yang kini berkarier di sektor swasta.

Strategis, koneksi dan relevan 
Lingkungan yang selalu berubah menuntut kemampuan untuk beradaptasi dan berinovasi. Di Akmil dan Akpol, para taruna dibekali dengan pelatihan yang menekankan pentingnya berpikir strategis dan memecahkan masalah secara efektif. 

Contohnya, dalam latihan, mereka sering dihadapkan pada simulasi krisis yang menuntut mereka untuk berpikir cepat dan memimpin tim dalam menghadapi tantangan. 

Prabowo Subianto saat retreat bersama anggota Kabinet Merah Putih mengatakan “The military way” yang membentuk karakternya bukan hanya tentang disiplin militer, tetapi juga tentang membentuk pemimpin yang mampu mengambil keputusan strategis di berbagai sektor, termasuk pemerintahan dan dunia usaha.

Selain berpikir strategis, relasi atau koneksi menjadi salah satu aset paling berharga dalam dunia bisnis. Dalam konteks ini, lulusan Akmil dan Akpol memiliki jaringan yang luas, berkat pengalaman mereka di lapangan. 

Banyak dari mereka mengisi posisi strategis di berbagai sektor, baik di pemerintahan maupun swasta, memanfaatkan jaringan yang dibangun selama pendidikan dan karier mereka. 

Prabowo juga mengungkapkan di kabinetnya terdapat enam peraih Adhi Makayasa—penghargaan tertinggi di Akmil—yang menunjukkan betapa signifikan pendidikan yang mereka terima. 

“Mereka adalah contoh nyata pendidikan di Akmil dapat melahirkan pemimpin yang tidak hanya kompeten, tetapi juga visioner,” ujarnya. 

Memiliki rekam jejak yang mengesankan, mereka diharapkan dapat membawa semangat dan disiplin militer ke dalam strategi pemerintahan.

Terbiasa mengambil keputusan di situasi yang penuh tekanan membuat mereka dapat lebih mudah beradaptasi dalam menghadapi tantangan bisnis yang serupa dan menjadi keunggulan di dunia profesional.

Prabowo juga menekankan pentingnya mentalitas yang dibangun di Akmil. “Setiap taruna harus memiliki ketahanan mental dan strategi yang tepat untuk memimpin. Ini adalah modal penting yang harus dimiliki setiap pemimpin masa depan,” tegasnya.

Dari barak hingga ruang rapat, lulusan Akmil dan Akpol menunjukkan pendidikan ketentaraan dan kepolisian bukan hanya tentang disiplin dan ketegasan. Lebih dari itu, mereka menghasilkan pemimpin masa depan yang memiliki kemampuan untuk mengelola kompleksitas dunia modern. 



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Apakah Curhat Membantu atau Justru Memperburuk Amarah?

Penelitian menunjukkan mengeluh atau curhat malah tidak baik bagi kesehatan mental

Context.id . 08 November 2024

Donald Trump Menang, Harga Bitcoin Melambung

Kemenangan Donald Trump di Pilpres AS 2024 disambut positif oleh pasar kripto, dengan harga Bitcoin yang melambung hingga US 75 ribu atau sekitar ...

Context.id . 08 November 2024

Jaga Kesehatan Sopir, Jepang Siapkan Jalan Otomatis untuk Logistik

Jepang merancang jalur transportasi otomatis antara Tokyo dan Osaka untuk mengantisipasi krisis pengemudi truk serta lonjakan kebutuhan logistik.

Context.id . 07 November 2024

Kolaborasi Manusia dan Kecerdasan Buatan Mengubah Metode Perawatan Kanker

Teknologi AI merevolusi deteksi, diagnosis, dan perawatan kanker dengan meningkatkan akurasi dan kecepatan, namun perlu kehati-hatian dan keputusa ...

Context.id . 06 November 2024