Bermodal Membangun Bandara Baru, Bisakah Kamboja Saingi Singapura?
Kamboja berencana membangun Bandara Internasional Techo Takhmao seharga US 1,2 miliar untuk menyaingi Singapura, dengan kapasitas penumpang hingga 50 juta per tahun pada 2050
Context.id, JAKARTA - Kamboja, negara yang dikenal dengan sejarah panjang peperangan dan kekerasan oleh rezim komunis Khmer Merah namun juga memiliki keindahan alam yang memukau, kini memasuki babak baru dalam perjalanan ekonominya.
Hal itu terungkap dari rencana negara ini yang akan membangun Bandara Internasional Techo Takhmao, yang menghabiskan biaya sebesar US$1,2 miliar, seperti dikutip dari Khmer Times.
Pembangunan dengan dana jumbo itu merupakan upaya Kamboja berupaya untuk menjadi “Singapura kedua” di kawasan Asia Tenggara.
Proyek ini tidak hanya ambisius, tetapi juga merupakan simbol transformasi bagi negara yang tengah berkembang pesat ini.
Terletak sekitar 20 kilometer dari pusat kota Phnom Penh, Techo Takhmao dirancang untuk melayani antara 13 hingga 15 juta penumpang dan 175.000 ton kargo setiap tahunnya pada tahap pertama yang dijadwalkan selesai pada awal 2025.
BACA JUGA
Rencana pembangunan mencakup tiga tahap, dengan target akhir untuk menampung hingga 50 juta penumpang per tahun pada tahun 2050.
Sebagai informasi, saat ini Bandara Changi Singapura melayani dn menampung sekitar 42 juta penumpang setiap tahunnya dan menjadi salah satu bandara tersibuk di dunia.
Jika terwujud, bandara ini menjadi yang terbesar kesembilan di dunia, menggantikan Bandara Internasional Phnom Penh sebagai bandara utama negara.
Laporan dari Airport Technology mencatat bandara baru ini akan fokus pada penerbangan internasional, sementara bandara lama akan dialihkan untuk penerbangan domestik dan fungsi militer.
Ini adalah langkah strategis yang menunjukkan komitmen Kamboja untuk memperkuat posisi globalnya di industri penerbangan.
Desain unik
Salah satu elemen paling menarik dari Bandara Techo Takhmao adalah desain arsitekturnya yang unik. Menggambarkan hutan Kamboja, kanopi atap dirancang menyerupai batang pohon yang menjulang tinggi, menawarkan nuansa alami yang kuat kepada pengunjung.
Sistem ventilasi yang terinspirasi dari gubuk tradisional Kamboja akan digunakan untuk menjaga suhu yang nyaman di dalam bandara. Teknik ini penting, mengingat suhu di Kamboja dapat melonjak hingga 40 derajat celsius.
Desain ini tidak hanya estetis tetapi juga berkelanjutan karena mengadopsi prinsip bangunan hijau. Bandara ini diharapkan dapat meminimalkan penggunaan energi dan memaksimalkan kenyamanan penumpang.
Ini adalah contoh nyata bagaimana Kamboja berusaha menggabungkan kemodernan dengan tradisi, menciptakan ruang yang tidak hanya fungsional tetapi juga mencerminkan identitas budaya bangsa.
Pendorong pembangunan
Ambisi menyaingi Singapura bukan tanpa alasan. Saat ini Kamboja telah mencatat pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara.
Menurut laporan The B1M, negara ini berhasil melayani 3 juta penumpang di tiga bandara pada paruh pertama tahun ini, mengalami peningkatan sebesar 22% dibandingkan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ini sebagian besar didorong oleh inisiatif Kebijakan Langit Terbuka yang memfasilitasi lebih banyak maskapai untuk beroperasi di Kamboja.
Bandara Techo Takhmao akan memfasilitasi arus barang dan wisatawan yang lebih besar, menjadikan Kamboja sebagai hub logistik penting di kawasan. Bandara ini diharapkan dapat mendukung perdagangan dan pariwisata, dua sektor yang sangat vital bagi Kamboja.
Ulasan di Inter Press Service memperlihatkan potensi Kamboja untuk maju terbuka luas. Populasi anak muda yang besar dan melek teknologi menjadi salah satu faktor penting.
Setelah bertahun-tahun, Phnom Penh telah berubah drastis dan meninggalkan kesan ibu kota negara yang kuno.
Meskipun tetap saja ambisi menjadi Singapura kedua tampaknya masih angan-angan yang jauh dan sulit untuk diwujudkan, proyek ini mencerminkan harapan dan impian rakyat Kamboja untuk masa depan yang lebih baik.
RELATED ARTICLES
Bermodal Membangun Bandara Baru, Bisakah Kamboja Saingi Singapura?
Kamboja berencana membangun Bandara Internasional Techo Takhmao seharga US 1,2 miliar untuk menyaingi Singapura, dengan kapasitas penumpang hingga 50 juta per tahun pada 2050
Context.id, JAKARTA - Kamboja, negara yang dikenal dengan sejarah panjang peperangan dan kekerasan oleh rezim komunis Khmer Merah namun juga memiliki keindahan alam yang memukau, kini memasuki babak baru dalam perjalanan ekonominya.
Hal itu terungkap dari rencana negara ini yang akan membangun Bandara Internasional Techo Takhmao, yang menghabiskan biaya sebesar US$1,2 miliar, seperti dikutip dari Khmer Times.
Pembangunan dengan dana jumbo itu merupakan upaya Kamboja berupaya untuk menjadi “Singapura kedua” di kawasan Asia Tenggara.
Proyek ini tidak hanya ambisius, tetapi juga merupakan simbol transformasi bagi negara yang tengah berkembang pesat ini.
Terletak sekitar 20 kilometer dari pusat kota Phnom Penh, Techo Takhmao dirancang untuk melayani antara 13 hingga 15 juta penumpang dan 175.000 ton kargo setiap tahunnya pada tahap pertama yang dijadwalkan selesai pada awal 2025.
BACA JUGA
Rencana pembangunan mencakup tiga tahap, dengan target akhir untuk menampung hingga 50 juta penumpang per tahun pada tahun 2050.
Sebagai informasi, saat ini Bandara Changi Singapura melayani dn menampung sekitar 42 juta penumpang setiap tahunnya dan menjadi salah satu bandara tersibuk di dunia.
Jika terwujud, bandara ini menjadi yang terbesar kesembilan di dunia, menggantikan Bandara Internasional Phnom Penh sebagai bandara utama negara.
Laporan dari Airport Technology mencatat bandara baru ini akan fokus pada penerbangan internasional, sementara bandara lama akan dialihkan untuk penerbangan domestik dan fungsi militer.
Ini adalah langkah strategis yang menunjukkan komitmen Kamboja untuk memperkuat posisi globalnya di industri penerbangan.
Desain unik
Salah satu elemen paling menarik dari Bandara Techo Takhmao adalah desain arsitekturnya yang unik. Menggambarkan hutan Kamboja, kanopi atap dirancang menyerupai batang pohon yang menjulang tinggi, menawarkan nuansa alami yang kuat kepada pengunjung.
Sistem ventilasi yang terinspirasi dari gubuk tradisional Kamboja akan digunakan untuk menjaga suhu yang nyaman di dalam bandara. Teknik ini penting, mengingat suhu di Kamboja dapat melonjak hingga 40 derajat celsius.
Desain ini tidak hanya estetis tetapi juga berkelanjutan karena mengadopsi prinsip bangunan hijau. Bandara ini diharapkan dapat meminimalkan penggunaan energi dan memaksimalkan kenyamanan penumpang.
Ini adalah contoh nyata bagaimana Kamboja berusaha menggabungkan kemodernan dengan tradisi, menciptakan ruang yang tidak hanya fungsional tetapi juga mencerminkan identitas budaya bangsa.
Pendorong pembangunan
Ambisi menyaingi Singapura bukan tanpa alasan. Saat ini Kamboja telah mencatat pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara.
Menurut laporan The B1M, negara ini berhasil melayani 3 juta penumpang di tiga bandara pada paruh pertama tahun ini, mengalami peningkatan sebesar 22% dibandingkan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ini sebagian besar didorong oleh inisiatif Kebijakan Langit Terbuka yang memfasilitasi lebih banyak maskapai untuk beroperasi di Kamboja.
Bandara Techo Takhmao akan memfasilitasi arus barang dan wisatawan yang lebih besar, menjadikan Kamboja sebagai hub logistik penting di kawasan. Bandara ini diharapkan dapat mendukung perdagangan dan pariwisata, dua sektor yang sangat vital bagi Kamboja.
Ulasan di Inter Press Service memperlihatkan potensi Kamboja untuk maju terbuka luas. Populasi anak muda yang besar dan melek teknologi menjadi salah satu faktor penting.
Setelah bertahun-tahun, Phnom Penh telah berubah drastis dan meninggalkan kesan ibu kota negara yang kuno.
Meskipun tetap saja ambisi menjadi Singapura kedua tampaknya masih angan-angan yang jauh dan sulit untuk diwujudkan, proyek ini mencerminkan harapan dan impian rakyat Kamboja untuk masa depan yang lebih baik.
POPULAR
RELATED ARTICLES