Stories - 23 September 2024

Miliuner Teknologi China Tetap Berjalan di Bawah Bayang-Bayang PKC

Menjadi super kaya di China juga bukanlah sepenuhnya berkuasa seperti di Indonesia, tapi malah harus berhati-hati karena diawasi partai


Rich People/seoagencychina

Context.id, JAKARTA - Di China, orang-orang super kaya bertumbuh dengan pesat. Menurut Hurun Global Rich List, China memiliki lebih banyak miliarder daripada negara lain. 

Mereka rata-rata menjadi miliarder karena mendirikan perusahaan teknologi atau ritel seperti yang dilakukan Jack Ma. Namun, menjadi super kaya di China juga bukanlah sepenuhnya berkuasa seperti di Indonesia. 

Di China, menjadi miliuner atau pejabat keuangan justru harus berhati-hati. 

Pada 2023 lalu saja, seperti diberitakan Guardian, Fu Xiaodong, mantan pejabat senior di China Development Bank, dijatuhi hukuman 10 tahun penjara karena menerima suap sebesar 4,3 juta yuan atau sekitar 503.466 euro selama masa jabatannya antara tahun 2007 dan 2020. 

Beberapa hari sebelumnya, Meng Xiao mantan direktur biro penegakan hukum pengadilan rakyat agung dijatuhi hukuman 12 tahun penjara karena menerima suap senilai 22,74 juta yuan (£2,65 juta). 



Di bawah kepemimpinan XI Jinping, China melalui PKC melakukan pengawasan ketat, baik itu kepada pejabat PKC ataupun swasta yang menikmati keuntungan karena memiliki relasi dengan pejabat partai komunis. 

Sejak 2023 lalu, melansir Guardian lebih dari 50 tokoh senior dari bank-bank besar dan perusahaan milik negara telah diselidiki atau didisiplinkan oleh Komisi Pusat untuk Inspeksi Disiplin (CCDI), pengawas antikorupsi. 

Partai tersebut melihat risiko keuangan sebagai masalah keamanan nasional. Beberapa nama besar telah terseret dalam pembersihan tersebut. Pada bulan Maret, CCDI merujuk Zhao Weiguo, seorang taipan semikonduktor, ke jaksa penuntut setelah menyimpulkan bahwa Zhao terlibat dalam praktik korupsi ketika ia menjadi ketua Tsinghua Unigroup. 

Perusahaan tersebut pernah menjadi salah satu pembuat chip komputer terkemuka di Tiongkok, sebelum dinyatakan bangkrut pada tahun 2021. 

Dalam beberapa minggu terakhir, CCDI juga mengumumkan penyelidikan terhadap Liu Liange, mantan ketua Bank of China, dan Li Xiaopeng, mantan ketua konglomerat keuangan milik negara China Everbright Group. 

Bao Fan , seorang bankir teknologi miliarder, dibawa pergi oleh pihak berwenang pada bulan Februari untuk membantu penyelidikan dan tidak terlihat di depan umum sejak saat itu.

Atau masih ingat dengan Jack Ma? Selama beberapa tahun terakhir, miliarder pendiri Alibaba itu diketahui menghilang. Ini dimulai saat China mulai menindak kerajaan bisnisnya pada 2020 saat Jack ma mengkritik regulator.

Sejak saat itu, China diketahui melakukan penyelidikan pada Alibaba. Pemerintah setempat juga menghentikan IPO yang akan dilakukan Ant Group, dikutip dari Business Insider. .

Saat itu, China membuat peraturan baru untuk pinjaman online yang pada akhirnya membuat Ant Group gagal IPO. Keputusan China itu dianggap sebagai peringatan untuk Jack Ma agar jangan menentang PKC.

Sejak saat itu, Jack Ma mulai hilang dari mata publik. Hingga akhirnya muncul kembali dan tidak banyak lagi bersuara. 

Miliuner teknologi

Meskipun kendali pemerintah atas miliuner di China masih ketat, bukan berarti pertumbuhan orang super kaya di sana menurun. 

Menurut Bloomberg Billionaires Index terbaru, Pony Ma atau Ma Huateng, salah satu pendiri Tencent Holdings, menjadi salah satu orang terkaya di Tiongkok, kini dengan kekayaan bersih lebih dari US$45 miliar, menempatkannya di peringkat ke-28 secara global.

Berdempetan dengannya ada taipan air kemasan Zhong Shanshan, dan Zhang Yiming, salah satu pendiri raksasa teknologi ByteDance, yang memiliki TikTok.

Kebangkitan kembali Ma mungkin tampak seperti sinyal positif dari lingkungan pasar yang lebih permisif kendati sikap PKC yang tetap melancarkan sikap keras terhadap miliarder dan pemimpin bisnis lainnya. 

Namun ketika kita melihat sektor swasta China bertumbuh, kita harus ingat bahwa sektor ini mengikuti pedoman unik Neger Tirai Bambu itu. 

Seiring pertumbuhan ekonomi Tiongkok, banyak perusahaan teknologi dan internet China terus bertumbuh dan menjadi perusahaan terkemuka di dunia.

Tencent juga merupakan vendor video game terbesar di Tiongkok , dengan game populer seperti “Honour of Kings” dan “League of Legends”.

Bulan lalu, Tencent merilis “Black Myth: Wukong”, video game “AAA” pertama di Tiongkok. AAA adalah kata kunci industri game yang diakui secara global yang mengacu pada produksi besar, beranggaran tinggi, dan mandiri.

Game yang sangat digemari ini melampaui 10 juta penjualan di seluruh platform dalam waktu tiga hari setelah dirilis, menjadi salah satu game Tiongkok paling sukses sepanjang masa.

Permainan ini sendiri mengacu pada novel Tiongkok abad ke-16 berjudul “Journey to the West” dan menampilkan berbagai lanskap Tiongkok. Popularitasnya selaras dengan upaya berkelanjutan Beijing untuk meningkatkan daya tarik budaya internasional Tiongkok .

Dalam catatan peneliti dari ANU Wenting He di Conversation, media pemerintah Xin Hua sangat memuji permainan ini karena “menceritakan kisah China dengan kualitas kelas dunia” dan menawarkan cara baru bagi pemain global untuk memahami budaya mereka. 

Partai otoritas tertinggi

Penilaian resmi ini sangat berarti. Pada tahun-tahun sebelumnya, Tencent mengalami kesulitan dalam menghadapi peraturan game yang ketat di Beijing.

Menurut Wenting, di China mematuhi peraturan negara adalah hal yang penting jika tidak ingin nasibnya seperti Jack Ma, diisolasi dan perusahaannya dikenakan denda miliaran dolar karena dugaan pelanggaran peraturan keuangan.

Fase ini menandai postur regulasi yang lebih ketat dari China, para taipan teknologi harus beradaptasi dengan kenyataan baru.

Ma sendiri dengan lincah mencoba memberikan kesan mendukung semua kebijakan pemerintah. Pada 2021 Mas secara terbuka menekankan pentingnya mengatur bisnis internet dengan ketat, termasuk bisnisnya sendiri. 

Dia juga secara proaktif mengajukan diri untuk bertemu dengan otoritas antimonopoli. Tencent melakukan perampingan dengan mengalihkan kepemilikannya di berbagai sektor, dan pemerintah menuntut restrukturisasi bisnis keuangannya.

Meskipun menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi dunia dan banyak berinvestasi ataupun membuka pangsa bagi perusahaan asing, perekonomian China tetaplah “ekonomi pasar sosialis ”. 

Artinya, pemerintah China menganggap pasar sebagai alat yang berguna untuk mencapai tujuan sosialis. Hal ini tidak berarti sektor swasta tidak memainkan peran yang besar, namun pemerintah telah lama mewaspadai kekuatan oligarki di pasar negara berkembang sebagai potensi ancaman terhadap otoritas partai.

Selama beberapa dekade terakhir dalam melakukan reformasi dan keterbukaan, Beijing telah berkomitmen untuk melepaskan kekuatan pasar, mendorong pengembangan sektor swasta, dan memodernisasi lembaga keuangannya. 

Prasyaratnya adalah negara melalui PKC harus mempertahankan otoritas tertinggi untuk mengatur dan memobilisasi sumber daya pasar.


Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

MORE  STORIES

Genosida di Gaza, Apa yang Bisa Dipelajari dari Pemikiran Edward Said?

Edward Said menekankan pentingnya mendengarkan suara terpinggirkan dan konteks sejarah dalam konflik Gaza dan Timur Tengah

Context.id | 14-10-2024

Bagaimana Bambu Jadi Solusi Pangan dan Konstruksi Berkelanjutan?

Bambu muncul sebagai solusi berkelanjutan untuk tantangan konstruksi dan ketahanan pangan di tengah perubahan iklim

Context.id | 14-10-2024

Mengapa Sebagian Besar Miliarder AS Memilih Donald Trump?

Miliarder mendukung kandidat yang pro-bisnis untuk melindungi kepentingan ekonomi mereka.

Context.id | 14-10-2024

Apa yang Crazy Rich Masayoshi Son Ajarkan tentang Investasi

Masayoshi Son mengajarkan keberhasilan investasi bergantung pada keberanian mengambil risiko dan mengenali peluang.

Naufal Jauhar Nazhif | 14-10-2024