Share

Stories 04 Oktober 2024

Soal Keuangan Generasi Z Tidak Jauh Lebih Baik dari Milenial

Generasi Z menghadapi tantangan keuangan yang serupa dengan milenial, menunjukkan kondisi finansial mereka tidak jauh lebih baik.

Ilustrasi Gen Z/Istimewa

Context.id, JAKARTA  – Ketika Generasi Z (Gen Z) yang lahir pada periode 1997-2012 memasuki dunia keuangan, mereka membawa pendekatan baru yang dinamis dan inovatif dibandingkan dengan generasi sebelumnya yang lahir pada 1981-1996 atau biasa disebut Milenial. . 

Meskipun terlihat periode lahirnya seperti tidak begitu jauh, pengalaman yang berbeda dan pengaruh perkembangan dunia teknologi yang pesat pada akhirnya sangat mempengaruhi budaya mereka, terutama hal mengelola keuangan. 

Salah satu faktor yang paling memengaruhi cara Gen Z dan Milenial mengelola keuangan adalah konteks ekonomi yang berbeda. 

Milenial tumbuh di tengah beberapa kali resesi dan krisis keuangan, yang menyebabkan banyak dari mereka menghadapi banyak persoalan dan ketidakpastian finansial. 

Hal ini seperti dikutip NCR Atleos, generasi ini cenderung lebih berhati-hati dalam membuat keputusan investasi, memilih instrumen yang stabil seperti reksa dana dan properti. 



Namun, bukan hanya milenial yang mengalami krisis, Gen Z juga menyaksikan dampak krisis ekonomi dan pandemi Covid-19 sejak usia muda. Mereka justru lebih berani dalam hal pengeluaran. 

Investasi? 
Gen Z bisa disebut sebagai anak kandung digital, mereka diasuh oleh budaya digital dengan teknologi canggih dan juga media sosial. Alhasil mereka memiliki akses yang lebih besar dan lebih cepat terhadap teknologi keuangan. 

Mereka tidak hanya menggunakan aplikasi untuk menghabiskan uang, tetapi juga terlibat dalam investasi dengan memanfaatkan platform digital dan media sosial. 

Melansir Bisnis yang mengutip data OJK, jumlah investor di pasar modal Indonesia mencapai 13,43 juta yang dikuasai lebih dari separuhnya oleh Gen Z. Namun, aset investasi milik Gen Z di pasar modal tercatat paling kecil. 

Jumlah investor di pasar modal Indonesia terus bertumbuh hingga mencapai 13,43 juta per 8 Agustus 2024. Jumlah investor itu naik 10,4% dibandingkan dengan 2023, yang sebanyak 12,16 juta. 

Tercatat, pada 2021 terjadi peningkatan jumlah investor di pasar modal hampir dua kali lipat atau 92,99% secara tahunan (year on year/yoy), seiring dengan pandemi Covid-19. 

Jika dilihat dari demografi investor individu, Gen Z mendominasi jumlah investor di pasar modal. Tercatat, kelompok investor individu berusia di bawah 30 tahun, termasuk Gen Z mencapai porsi 55,38%. 

Bukan hanya saham, karena lekat dengan dunia teknologi Gen Z juga berinvestasi di kripto  dan instrumen investasi baru lainnya.

Sebaliknya, Milenial, meskipun juga telah mengadopsi teknologi, lebih lambat dalam menggunakan platform investasi modern dan lebih cenderung memilih metode yang telah terbukti. 

Sama-sama dihantam
Saat ini, kendati Gen Z terekam berinvestasi, bukan berarti mereka fokus pada masa depan. Justru lebih banyak duit yang dihabiskan untuk hal lain ketimbang investasi. 

Baik Gen Z maupun milenial sama-sama terpukul oleh kenaikan harga, biaya perumahan yang lebih tinggi, biaya pendidikan yang semakin mahal (tentunya ini mayoritas dibebankan kepada orang tua) dan total utang yang lebih banyak daripada generasi milenial sebelumnya.

Meskipun kedua generasi tersebut tumbuh di tengah pergolakan ekonomi, Gen Z menghabiskan lebih banyak uang untuk kebutuhan pokok daripada generasi milenial pada usia yang sama. 

Sejauh ini, pekerja Gen Z lebih mungkin untuk kuliah, memiliki pekerjaan, dan menghasilkan lebih banyak uang daripada generasi milenial. Namun, mereka juga membayar 31% lebih mahal untuk perumahan daripada rekan-rekan mereka satu dekade lalu. 

Sementara penghasilan yang didapatkan Gen Z tidak jauh berbeda dengan milenial. Parahnya lagi, Gen juga lebih boros dari milenial. Mereka menghabiskan uang mereka untuk barang-barang mewah dan bepergian ke tempat-tempat yang jauh. 

Pada 2022 lalu, studi dari McKinsey melaporkan banyak dari Gen Z  yang meragukan mereka mampu untuk pensiun dengan bahagia dan akan memiliki rumah. Hal itulah yang membuat mereka merasa lebih baik membeli kebahagiaan dari sekarang. 

Alhasil, Gen Z memiliki lebih banyak utang dalam berbagai bentuk, mulai dari kartu kredit paylater, cicilan mobil dan lainnya.

Generasi ini juga lebih mungkin menunggak pembayaran kartu kredit dan pinjaman mobil daripada generasi sebelumnya, menurut lembaga pelaporan kredit tersebut.

Itulah yang membuat beban utang meningkat lebih cepat daripada peningkatan pendapatan bagi Gen Z , menurut temuan TransUnion. Utang setara dengan sekitar 16% pendapatan Gen Z pada akhir tahun lalu, dibandingkan dengan 12% bagi generasi milenial satu dekade sebelumnya.

Yang paling membuat pengeluaran Gen Z melonjak juga saat pandemi. Mereka banyak menghabiskan waktu untuk menonton dan belanja secara daring. Kondisi lebih parah lagi saat dunia dibuka kembali pada tahun 2021. 

Mereka merasa butuh balas dendam dengan belanja, ngopi-ngopi cantik dan jalan-jalan ke tempat eksotis. Bayarnya? Menggunakan paylater alias utang dulu. 

Milenial juga tidak jauh berbeda. Namun generasi ini lebih banyak terhimpit oleh cicilan rumah, mobil dan biaya kehidupan. Sebagian lagi terjerat pinjol, kartu kredit dan juga paylater. 



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 04 Oktober 2024

Soal Keuangan Generasi Z Tidak Jauh Lebih Baik dari Milenial

Generasi Z menghadapi tantangan keuangan yang serupa dengan milenial, menunjukkan kondisi finansial mereka tidak jauh lebih baik.

Ilustrasi Gen Z/Istimewa

Context.id, JAKARTA  – Ketika Generasi Z (Gen Z) yang lahir pada periode 1997-2012 memasuki dunia keuangan, mereka membawa pendekatan baru yang dinamis dan inovatif dibandingkan dengan generasi sebelumnya yang lahir pada 1981-1996 atau biasa disebut Milenial. . 

Meskipun terlihat periode lahirnya seperti tidak begitu jauh, pengalaman yang berbeda dan pengaruh perkembangan dunia teknologi yang pesat pada akhirnya sangat mempengaruhi budaya mereka, terutama hal mengelola keuangan. 

Salah satu faktor yang paling memengaruhi cara Gen Z dan Milenial mengelola keuangan adalah konteks ekonomi yang berbeda. 

Milenial tumbuh di tengah beberapa kali resesi dan krisis keuangan, yang menyebabkan banyak dari mereka menghadapi banyak persoalan dan ketidakpastian finansial. 

Hal ini seperti dikutip NCR Atleos, generasi ini cenderung lebih berhati-hati dalam membuat keputusan investasi, memilih instrumen yang stabil seperti reksa dana dan properti. 



Namun, bukan hanya milenial yang mengalami krisis, Gen Z juga menyaksikan dampak krisis ekonomi dan pandemi Covid-19 sejak usia muda. Mereka justru lebih berani dalam hal pengeluaran. 

Investasi? 
Gen Z bisa disebut sebagai anak kandung digital, mereka diasuh oleh budaya digital dengan teknologi canggih dan juga media sosial. Alhasil mereka memiliki akses yang lebih besar dan lebih cepat terhadap teknologi keuangan. 

Mereka tidak hanya menggunakan aplikasi untuk menghabiskan uang, tetapi juga terlibat dalam investasi dengan memanfaatkan platform digital dan media sosial. 

Melansir Bisnis yang mengutip data OJK, jumlah investor di pasar modal Indonesia mencapai 13,43 juta yang dikuasai lebih dari separuhnya oleh Gen Z. Namun, aset investasi milik Gen Z di pasar modal tercatat paling kecil. 

Jumlah investor di pasar modal Indonesia terus bertumbuh hingga mencapai 13,43 juta per 8 Agustus 2024. Jumlah investor itu naik 10,4% dibandingkan dengan 2023, yang sebanyak 12,16 juta. 

Tercatat, pada 2021 terjadi peningkatan jumlah investor di pasar modal hampir dua kali lipat atau 92,99% secara tahunan (year on year/yoy), seiring dengan pandemi Covid-19. 

Jika dilihat dari demografi investor individu, Gen Z mendominasi jumlah investor di pasar modal. Tercatat, kelompok investor individu berusia di bawah 30 tahun, termasuk Gen Z mencapai porsi 55,38%. 

Bukan hanya saham, karena lekat dengan dunia teknologi Gen Z juga berinvestasi di kripto  dan instrumen investasi baru lainnya.

Sebaliknya, Milenial, meskipun juga telah mengadopsi teknologi, lebih lambat dalam menggunakan platform investasi modern dan lebih cenderung memilih metode yang telah terbukti. 

Sama-sama dihantam
Saat ini, kendati Gen Z terekam berinvestasi, bukan berarti mereka fokus pada masa depan. Justru lebih banyak duit yang dihabiskan untuk hal lain ketimbang investasi. 

Baik Gen Z maupun milenial sama-sama terpukul oleh kenaikan harga, biaya perumahan yang lebih tinggi, biaya pendidikan yang semakin mahal (tentunya ini mayoritas dibebankan kepada orang tua) dan total utang yang lebih banyak daripada generasi milenial sebelumnya.

Meskipun kedua generasi tersebut tumbuh di tengah pergolakan ekonomi, Gen Z menghabiskan lebih banyak uang untuk kebutuhan pokok daripada generasi milenial pada usia yang sama. 

Sejauh ini, pekerja Gen Z lebih mungkin untuk kuliah, memiliki pekerjaan, dan menghasilkan lebih banyak uang daripada generasi milenial. Namun, mereka juga membayar 31% lebih mahal untuk perumahan daripada rekan-rekan mereka satu dekade lalu. 

Sementara penghasilan yang didapatkan Gen Z tidak jauh berbeda dengan milenial. Parahnya lagi, Gen juga lebih boros dari milenial. Mereka menghabiskan uang mereka untuk barang-barang mewah dan bepergian ke tempat-tempat yang jauh. 

Pada 2022 lalu, studi dari McKinsey melaporkan banyak dari Gen Z  yang meragukan mereka mampu untuk pensiun dengan bahagia dan akan memiliki rumah. Hal itulah yang membuat mereka merasa lebih baik membeli kebahagiaan dari sekarang. 

Alhasil, Gen Z memiliki lebih banyak utang dalam berbagai bentuk, mulai dari kartu kredit paylater, cicilan mobil dan lainnya.

Generasi ini juga lebih mungkin menunggak pembayaran kartu kredit dan pinjaman mobil daripada generasi sebelumnya, menurut lembaga pelaporan kredit tersebut.

Itulah yang membuat beban utang meningkat lebih cepat daripada peningkatan pendapatan bagi Gen Z , menurut temuan TransUnion. Utang setara dengan sekitar 16% pendapatan Gen Z pada akhir tahun lalu, dibandingkan dengan 12% bagi generasi milenial satu dekade sebelumnya.

Yang paling membuat pengeluaran Gen Z melonjak juga saat pandemi. Mereka banyak menghabiskan waktu untuk menonton dan belanja secara daring. Kondisi lebih parah lagi saat dunia dibuka kembali pada tahun 2021. 

Mereka merasa butuh balas dendam dengan belanja, ngopi-ngopi cantik dan jalan-jalan ke tempat eksotis. Bayarnya? Menggunakan paylater alias utang dulu. 

Milenial juga tidak jauh berbeda. Namun generasi ini lebih banyak terhimpit oleh cicilan rumah, mobil dan biaya kehidupan. Sebagian lagi terjerat pinjol, kartu kredit dan juga paylater. 



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Apakah Asteroid yang Kaya Logam Mulia Ribuan Triliun Dolar Bisa Ditambang?

Sebuah wahana antariksa sedang dalam perjalanan menuju sebuah asteroid yang mungkin mengandung logam berharga senilai sekitar US 100 ribu kuadrili ...

Context.id . 22 November 2024

Sertifikasi Halal Perkuat Daya Saing Produk Dalam Negeri

Sertifikasi halal menjadi salah satu tameng bagi pengusaha makanan dan minuman dari serbuan produk asing.

Noviarizal Fernandez . 22 November 2024

Paus Fransiskus Bakal Kanonisasi Carlo Acutis, Santo Millenial Pertama

Paus Fransiskus akan mengkanonisasi Carlo Acutis pada 27 April 2025, menjadikannya santo millenial pertama dan simbol kesatuan iman dengan dunia d ...

Context.id . 22 November 2024

Benar-benar Komedi, Pisang Dilakban Bisa Dilelang hingga Rp98,8 Miliar

Karya seni konseptual pisang karya Maurizio Cattelan, \"Comedian,\" saat dilelang di rumah lelang Sotheby’s jatuh ke tangan seorang pengusaha kr ...

Context.id . 22 November 2024