Share

Stories 24 September 2024

Satelit Starlink Membutakan Teleskop Astronom

Gelombang radio yang dipancarkan satelit menghalangi pandangan para astronom untuk melihat luar angkasarn

Satelit Starlink/NASA

Context.id, JAKARTA - Starlink dan jaringan satelit lainnya penting untuk menyediakan internet cepat ke daerah terpencil, seperti yang coba dilakukan di Indonesia. Hanya saja, kebocoran radiasi yang tidak disengaja membuat astronom kesulitan karena mereka membutuhkan langit yang bersih.

Upaya untuk mempelajari alam semesta terganggu oleh gelombang radio yang dipancarkan dari jaringan satelit Starlink, menurut sebuah studi baru.

Melansir DW, sebuah studi yang dipimpin oleh Netherlands Institute for Radio Astronomy (ASTRON) menemukan satelit generasi kedua Starlink, yang disebut "V2", memancarkan UEMR atau radiasi elektromagnetik tak sengaja 32 kali lebih terang dibandingkan satelit generasi pertama mereka, V1

Saat ini lebih dari 6.000 satelit Starlink kini beroperasi alias mengorbit pada ketinggian 550 km dari Bumi. Jumlah ini sudah lebih dari setengah dari semua satelit yang mengelilingi planet Bumi.

Bayangkan saja bagaimana gelombang radio yang dipancarkannya menghalangi pandangan para ilmuwan terhadap luar angkasa



Seperti yang diulas ASTRON, semua satelit tersebut menghasilkan "kebisingan" radio, yang dikenal sebagai UEMR.

Harus diakui jaringan Starlink memungkinkan penyediaan layanan internet cepat di seluruh dunia, terutama bagi komunitas tanpa infrastruktur internet yang baik. 

Hanya saja, kebisingan dari satelit ini bisa merusak pekerjaan para astronom yang juga penting keberadaannya bagi ilmu pengetahuan dan teknologi yang nantinya akan dibutuhkan manusia. 

Sebenarnya kegeraman komunitas astronomi pada satelit Starlink sudah ada sejak 2022 lalu. Satelit Starlink generasi pertama, yang saat ini mayoritas dari jaringan tersebut sudah terdeteksi kebocoran UEMR-nya pertama kali dan sudah mengganggu. 

Benjamin Winkel, ilmuwan dari Max Planck Institute for Radio Astronomy yang turut menganalisis masalah ini, mengatakan gangguan tersebut "membutakan” pekerjaan para peneliti.

"Meski satelit generasi 1 memang menjadi lebih redup dalam setahun terakhir, jadi Starlink sebenarnya sudah melakukan sesuatu untuk mengurangi kebocoran radio, tetapi sayangnya satelit generasi baru justru lebih terang lagi," kata Winkel.

Bukan hanya Starlink

Sebenarnya bukan hanya Starlink. Jumlah satelit yang mengorbit dari berbagai operator bisa meningkat hingga 100.000 pada 2030.

Dengan satelit yang bisa dilihat dengan mata telanjang di langit malam, peningkatan besar ini bisa semakin menyulitkan astronom yang menggunakan teleskop optik dan radio.

Penemuan terbaru ini berdampak buruk bagi pengamatan teleskop radio. Akibatnya bisa berupa munculnya "noda" cahaya di gambar yang diambil oleh alat-alat canggih ini. 

Kebocoran cahaya ini tidak selalu bisa dihilangkan, sehingga merusak data observasi yang berharga.

Selain itu bukan hanya soal satelit, sebenarnya jaringan seluler dan polusi radio dari perangkat elektronik di darat juga bisa mengganggu pengamatan luar angkasa. 

Hanya saja polusi mereka ini diatur dengan ketat oleh lembaga seperti International Telecommunications Union.

Hal berbeda di luar angkasa. Saat ini sedikit regulasi untuk operator satelit, komunitas peneliti bergantung pada kerja sama baik dengan perusahaan yang meluncurkan teknologi ke luar angkasa.

Pada Agustus, SpaceX (perusahaan pemilik Starlink) menjelaskan upaya mereka untuk mengarahkan emisi radio agar tidak mengenai teleskop, sebuah teknik yang dikenal sebagai metode penghindaran garis pandang teleskop.

Dalam pernyataan tersebut, SpaceX mengatakan, "SpaceX selalu membuka diri untuk bekerja sama dengan organisasi astronomi radio di seluruh dunia guna melindungi penelitian ilmiah penting mereka."

Namun, Starlink bukan satu-satunya pelaku gangguan astronomi di masa depan.

Satu pesaing baru di dunia internet satelit adalah OneWeb, yang memiliki sekitar 630 satelit di orbit. 

Proyek Kuiper milik Amazon baru memiliki dua satelit, tetapi jumlah ini diprediksi akan bertambah seiring upaya mereka menguasai pasar internet konsumen.

Ini adalah bisnis besar, tetapi perusahaan-perusahaan ini mengambil ruang yang sangat dibutuhkan oleh para peneliti luar angkasa. 

Regulasi sangat penting, tetapi membutuhkan waktu, sehingga solusi jangka pendek terbaik adalah jika operator satelit mau terus memperbaiki kebocoran radio mereka.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 24 September 2024

Satelit Starlink Membutakan Teleskop Astronom

Gelombang radio yang dipancarkan satelit menghalangi pandangan para astronom untuk melihat luar angkasarn

Satelit Starlink/NASA

Context.id, JAKARTA - Starlink dan jaringan satelit lainnya penting untuk menyediakan internet cepat ke daerah terpencil, seperti yang coba dilakukan di Indonesia. Hanya saja, kebocoran radiasi yang tidak disengaja membuat astronom kesulitan karena mereka membutuhkan langit yang bersih.

Upaya untuk mempelajari alam semesta terganggu oleh gelombang radio yang dipancarkan dari jaringan satelit Starlink, menurut sebuah studi baru.

Melansir DW, sebuah studi yang dipimpin oleh Netherlands Institute for Radio Astronomy (ASTRON) menemukan satelit generasi kedua Starlink, yang disebut "V2", memancarkan UEMR atau radiasi elektromagnetik tak sengaja 32 kali lebih terang dibandingkan satelit generasi pertama mereka, V1

Saat ini lebih dari 6.000 satelit Starlink kini beroperasi alias mengorbit pada ketinggian 550 km dari Bumi. Jumlah ini sudah lebih dari setengah dari semua satelit yang mengelilingi planet Bumi.

Bayangkan saja bagaimana gelombang radio yang dipancarkannya menghalangi pandangan para ilmuwan terhadap luar angkasa



Seperti yang diulas ASTRON, semua satelit tersebut menghasilkan "kebisingan" radio, yang dikenal sebagai UEMR.

Harus diakui jaringan Starlink memungkinkan penyediaan layanan internet cepat di seluruh dunia, terutama bagi komunitas tanpa infrastruktur internet yang baik. 

Hanya saja, kebisingan dari satelit ini bisa merusak pekerjaan para astronom yang juga penting keberadaannya bagi ilmu pengetahuan dan teknologi yang nantinya akan dibutuhkan manusia. 

Sebenarnya kegeraman komunitas astronomi pada satelit Starlink sudah ada sejak 2022 lalu. Satelit Starlink generasi pertama, yang saat ini mayoritas dari jaringan tersebut sudah terdeteksi kebocoran UEMR-nya pertama kali dan sudah mengganggu. 

Benjamin Winkel, ilmuwan dari Max Planck Institute for Radio Astronomy yang turut menganalisis masalah ini, mengatakan gangguan tersebut "membutakan” pekerjaan para peneliti.

"Meski satelit generasi 1 memang menjadi lebih redup dalam setahun terakhir, jadi Starlink sebenarnya sudah melakukan sesuatu untuk mengurangi kebocoran radio, tetapi sayangnya satelit generasi baru justru lebih terang lagi," kata Winkel.

Bukan hanya Starlink

Sebenarnya bukan hanya Starlink. Jumlah satelit yang mengorbit dari berbagai operator bisa meningkat hingga 100.000 pada 2030.

Dengan satelit yang bisa dilihat dengan mata telanjang di langit malam, peningkatan besar ini bisa semakin menyulitkan astronom yang menggunakan teleskop optik dan radio.

Penemuan terbaru ini berdampak buruk bagi pengamatan teleskop radio. Akibatnya bisa berupa munculnya "noda" cahaya di gambar yang diambil oleh alat-alat canggih ini. 

Kebocoran cahaya ini tidak selalu bisa dihilangkan, sehingga merusak data observasi yang berharga.

Selain itu bukan hanya soal satelit, sebenarnya jaringan seluler dan polusi radio dari perangkat elektronik di darat juga bisa mengganggu pengamatan luar angkasa. 

Hanya saja polusi mereka ini diatur dengan ketat oleh lembaga seperti International Telecommunications Union.

Hal berbeda di luar angkasa. Saat ini sedikit regulasi untuk operator satelit, komunitas peneliti bergantung pada kerja sama baik dengan perusahaan yang meluncurkan teknologi ke luar angkasa.

Pada Agustus, SpaceX (perusahaan pemilik Starlink) menjelaskan upaya mereka untuk mengarahkan emisi radio agar tidak mengenai teleskop, sebuah teknik yang dikenal sebagai metode penghindaran garis pandang teleskop.

Dalam pernyataan tersebut, SpaceX mengatakan, "SpaceX selalu membuka diri untuk bekerja sama dengan organisasi astronomi radio di seluruh dunia guna melindungi penelitian ilmiah penting mereka."

Namun, Starlink bukan satu-satunya pelaku gangguan astronomi di masa depan.

Satu pesaing baru di dunia internet satelit adalah OneWeb, yang memiliki sekitar 630 satelit di orbit. 

Proyek Kuiper milik Amazon baru memiliki dua satelit, tetapi jumlah ini diprediksi akan bertambah seiring upaya mereka menguasai pasar internet konsumen.

Ini adalah bisnis besar, tetapi perusahaan-perusahaan ini mengambil ruang yang sangat dibutuhkan oleh para peneliti luar angkasa. 

Regulasi sangat penting, tetapi membutuhkan waktu, sehingga solusi jangka pendek terbaik adalah jika operator satelit mau terus memperbaiki kebocoran radio mereka.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Apakah Asteroid yang Kaya Logam Mulia Ribuan Triliun Dolar Bisa Ditambang?

Sebuah wahana antariksa sedang dalam perjalanan menuju sebuah asteroid yang mungkin mengandung logam berharga senilai sekitar US 100 ribu kuadrili ...

Context.id . 22 November 2024

Sertifikasi Halal Perkuat Daya Saing Produk Dalam Negeri

Sertifikasi halal menjadi salah satu tameng bagi pengusaha makanan dan minuman dari serbuan produk asing.

Noviarizal Fernandez . 22 November 2024

Paus Fransiskus Bakal Kanonisasi Carlo Acutis, Santo Millenial Pertama

Paus Fransiskus akan mengkanonisasi Carlo Acutis pada 27 April 2025, menjadikannya santo millenial pertama dan simbol kesatuan iman dengan dunia d ...

Context.id . 22 November 2024

Benar-benar Komedi, Pisang Dilakban Bisa Dilelang hingga Rp98,8 Miliar

Karya seni konseptual pisang karya Maurizio Cattelan, \"Comedian,\" saat dilelang di rumah lelang Sotheby’s jatuh ke tangan seorang pengusaha kr ...

Context.id . 22 November 2024