Iran Berhasil Luncurkan Satelit ke Luar Angkasa dengan Teknologi Terbaru
Pemerintah Barat menuding Iran bisa menggunakan teknologi terbaru itu untuk memperpendek jangka waktu nuklir antarbenua
Context.id, JAKARTA - Iran meluncurkan satelit ke luar angkasa pada hari Sabtu (14/9) dengan roket yang dibuat oleh Garda Revolusi, pasukan khusus negeri para mullah itu.
Melansir media pemerintah Iran, Kantor Berita Tasnim, peluncuran satelit terbaru itu menarik perhatian Barat karena kekhawatiran akan teknologi Iran yang semakin maju baik di bidang antariksa maupun militer.
Kantor Berita Tasnim melaporkan roket yang diidentifikasi sebagai Qaem-100 itu adalah roket berbahan bakar padat tiga tahap yang meluncurkan satelit Chamran-1, yang beratnya 132 pon, ke orbit sejauh 340 mil.
Melansir Newsweek, roket itu diluncurkan dari platform bergerak di dekat kota Shahroud, sekitar 215 juta di sebelah timur ibu kota Teheran.
Peluncuran ini, yang digambarkan sebagai keberhasilan oleh Iran, menandai kedua kalinya roket Qaem-100 membawa satelit ke orbit, setelah peluncuran awal tahun ini.
BACA JUGA
Peluncuran ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah yang lebih luas atas perang Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza dan juga serangan-serangan spontan dari milisi Houthi di Yaman ke Israel.
Iran sendiri tetap menjadi pendukung setia Hamas, kelompok militan Palestina, sejak serangan mematikannya di Israel selatan pada 7 Oktober 2023, yang memicu konflik yang sedang berlangsung di Gaza.
Bisakah membawa nuklir?
Laporan TNA peluncuran tersebut merupakan upaya gabungan oleh departemen antariksa Industri Elektronik Iran, Institut Penelitian Dirgantara Iran, dan perusahaan swasta dalam negeri untuk menguji sistem perangkat keras dan perangkat lunak untuk validasi teknologi manuver orbital.
Namun, seperti yang dilaporkan Al Jazeera, pemerintah Barat, seperti AS, menuding Iran bisa saja menggunakan teknologi yang sama untuk memperpendek jangka waktu untuk mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM), yang berpotensi membawa senjata nuklir.
Komunitas intelijen AS dan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) telah memperingatkan bahwa Iran memiliki cukup uranium yang diperkaya untuk memproduksi beberapa senjata nuklir, jika negara itu memilih untuk melakukannya.
Mereka menuding Iran melanggar resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan meminta Iran untuk tidak melakukan aktivitas apa pun yang melibatkan rudal balistik yang mampu membawa senjata nuklir.
Iran membantah hal itu dan mengklaim program luar angkasanya ditujukan untuk tujuan sipil. Hal ini terjadi karena program luar angkasa Iran sebelumnya melambat di bawah mantan Presiden Hassan Rouhani, yang khawatir akan memicu Barat.
Namun program tersebut telah mendapat momentum di bawah kepemimpinan garis keras Presiden Ebrahim Raisi yang meninggal awal tahun ini dalam sebuah kecelakaan helikopter.
RELATED ARTICLES
Iran Berhasil Luncurkan Satelit ke Luar Angkasa dengan Teknologi Terbaru
Pemerintah Barat menuding Iran bisa menggunakan teknologi terbaru itu untuk memperpendek jangka waktu nuklir antarbenua
Context.id, JAKARTA - Iran meluncurkan satelit ke luar angkasa pada hari Sabtu (14/9) dengan roket yang dibuat oleh Garda Revolusi, pasukan khusus negeri para mullah itu.
Melansir media pemerintah Iran, Kantor Berita Tasnim, peluncuran satelit terbaru itu menarik perhatian Barat karena kekhawatiran akan teknologi Iran yang semakin maju baik di bidang antariksa maupun militer.
Kantor Berita Tasnim melaporkan roket yang diidentifikasi sebagai Qaem-100 itu adalah roket berbahan bakar padat tiga tahap yang meluncurkan satelit Chamran-1, yang beratnya 132 pon, ke orbit sejauh 340 mil.
Melansir Newsweek, roket itu diluncurkan dari platform bergerak di dekat kota Shahroud, sekitar 215 juta di sebelah timur ibu kota Teheran.
Peluncuran ini, yang digambarkan sebagai keberhasilan oleh Iran, menandai kedua kalinya roket Qaem-100 membawa satelit ke orbit, setelah peluncuran awal tahun ini.
BACA JUGA
Peluncuran ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah yang lebih luas atas perang Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza dan juga serangan-serangan spontan dari milisi Houthi di Yaman ke Israel.
Iran sendiri tetap menjadi pendukung setia Hamas, kelompok militan Palestina, sejak serangan mematikannya di Israel selatan pada 7 Oktober 2023, yang memicu konflik yang sedang berlangsung di Gaza.
Bisakah membawa nuklir?
Laporan TNA peluncuran tersebut merupakan upaya gabungan oleh departemen antariksa Industri Elektronik Iran, Institut Penelitian Dirgantara Iran, dan perusahaan swasta dalam negeri untuk menguji sistem perangkat keras dan perangkat lunak untuk validasi teknologi manuver orbital.
Namun, seperti yang dilaporkan Al Jazeera, pemerintah Barat, seperti AS, menuding Iran bisa saja menggunakan teknologi yang sama untuk memperpendek jangka waktu untuk mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM), yang berpotensi membawa senjata nuklir.
Komunitas intelijen AS dan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) telah memperingatkan bahwa Iran memiliki cukup uranium yang diperkaya untuk memproduksi beberapa senjata nuklir, jika negara itu memilih untuk melakukannya.
Mereka menuding Iran melanggar resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan meminta Iran untuk tidak melakukan aktivitas apa pun yang melibatkan rudal balistik yang mampu membawa senjata nuklir.
Iran membantah hal itu dan mengklaim program luar angkasanya ditujukan untuk tujuan sipil. Hal ini terjadi karena program luar angkasa Iran sebelumnya melambat di bawah mantan Presiden Hassan Rouhani, yang khawatir akan memicu Barat.
Namun program tersebut telah mendapat momentum di bawah kepemimpinan garis keras Presiden Ebrahim Raisi yang meninggal awal tahun ini dalam sebuah kecelakaan helikopter.
POPULAR
RELATED ARTICLES