Wisata Tidur Jadi Tren Baru yang Menjanjikan
Hotel-hotel di AS dan Australia semakin agresif melayani tamu yang ingin meningkatkan kualitas tidur mereka
Context.id, JAKARTA -TIdur yang tenang dan nyenyak pasti menjadi impian semua orang. Bukan hanya di rumah saja, tapi juga saat sedang bepergian atau liburan. Liburan dapat membantu kita menyegarkan pikiran, melepaskan diri dari rutinitas, dan menenangkan pikiran yang sibuk
Sayangnya, tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan itu. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, orang dewasa berusia 18 tahun ke atas harus tidur minimal tujuh jam per malam, tetapi lebih dari satu dari tiga orang dewasa kekurangan tidur.
Kualitas tidur yang baik dan menyenyakan menjadi masalah di Amerika. Banyak yang menganggapnya kemewahan, tapi padahal itu adalah kebutuhan medis, seperti dikutip dari ABC News, Senin (23/9) .
Berkaca dari hal itu, tren wisata tidur yang didukung oleh kesehatan dan terus meningkat sejak pandemi, memanfaatkan kurangnya tidur masyarakat Amerika dan keinginan untuk mendapatkan tidur malam yang benar-benar nyenyak.
Hotel-hotel di seluruh dunia telah menambahkan pengalaman khusus, mulai dari US$300 hingga US$2.500, yang dirancang untuk menyediakan suasana yang tenang bagi para tamu, teknologi pendamping tidur yang canggih, dan memberikan mereka perangkat untuk membangun dan mempertahankan praktik tidur yang lebih baik di rumah.
BACA JUGA
Dari produsen tempat tidur asal Swedia, Hastens, Sleep Spa Hotel pertama di Portugal hingga Four Seasons Resort Maui di Wailea, pengalaman tidur yang sehat ditetapkan sebagai tren utama di hotel-hotel mewah.
Meskipun tidak ada produk kesehatan yang ditawarkan oleh hotel-hotel ini, tren pariwisata sedang meningkat dan diperkirakan akan terus tumbuh.
Dalam catatan ABC News, banyak properti ataupun perhotelan yang memanggil para ahli medis untuk memberikan saran tentang ilmu pengetahuan mengenai tidur.
Dokter spesialis penyakit dalam lulusan Johns Hopkins dan Rumah Sakit Umum Massachusetts, Fiona Gispen, berharap hotel yang berinvestasi dalam pariwisata tidur akan "membuat tidur nyenyak menjadi hal yang menyenangkan" di mata publik.
"Ini bisa membantu wisatawan merasakan secara langsung pentingnya rutinitas [seputar tidur] dan betapa lebih mudahnya memiliki lingkungan yang baik untuk mendapatkan tidur nyenyak," ujarnya.
"Kurang tidur jelas berkorelasi dengan sindrom metabolik -- yang meliputi obesitas, diabetes, kelebihan berat badan, gangguan gula darah. Bahkan kurang tidur mungkin dapat dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular, tekanan darah tinggi, hipertensi, penyakit jantung koroner, dan stroke serta berkorelasi dengan gangguan suasana hati, depresi, kecemasan," ujarnya.
Sementara itu, di jantung pusat kota Los Angeles ada hotel yang meluncurkan suite R&R pada tahun 2021 sebagai respons terhadap "coronasomnia." Sindrom ini banyak muncul setelah pandemi.
Tidur itu sangat individual
Karena tidur sangat individual, konsep di balik tempat istirahat dan pemulihan yang sangat nyaman adalah cara bagi orang untuk datang dan mengeksplorasi sendiri apa yang cocok untuk mereka.
Bahkan tak sedikit juga resort atau hotel yang menyediakan dokter atau terapis untuk memandu para tamu melalui diskusi, strategi, meditasi, dan aktivitas pemusatan seperti yoga untuk meningkatkan kualitas tidur.
Bukan hanya di Amerika Serikat, hotel-hotel di Australia mulai menyadari pentingnya menawarkan tidur yang lelap dan memuaskan bagi para tamunya, dengan memanfaatkan industri "wisata tidur" global yang tengah berkembang.
Hotel-hotel berlomba-lomba untuk melayani orang-orang yang rela mengeluarkan uang untuk mendapatkan tidur yang menenangkan.
Kamar hotel, betapa pun mewahnya, tetap saja terasa asing jika dibandingkan dengan kamar tidur sendiri.
Tantangan ini sebagian disebabkan oleh "efek malam pertama", sebuah fenomena di mana "separuh otak kita masuk ke tahap kewaspadaan tinggi karena kita berada di lingkungan baru," menurut pakar tidur Australia Shea Morrison seperti dikutip dari Nikkei Asia, Senin (23/9)
Untuk itu, dia bermitra dengan Hotel MACq 01 di ibu kota Tasmania, Hobart tahun ini untuk "menyiapkan tempat tidur-sunyi yang ideal" bagi para tamu untuk dinikmati selama musim dingin yang dingin dan keras di pulau itu.
Begitu tamu memasuki kamar, mereka akan diselimuti aroma lavender yang menenangkan dan cahaya hangat lampu merah yang lembut, semuanya dirancang untuk melibatkan indra dan membantu mereka "bertransisi ke mode tidur," kata Morrison.
MACq 01 sangat yakin dengan kualitas kamarnya yang dapat membuat tidur lebih nyenyak sehingga memperkenalkan program "Bayar dengan Tidur".
Tamu yang memesan untuk menginap dua malam dapat memperoleh potongan sebesar 100 dolar Australia atau sekitar US$68 untuk setiap jam tidur yang mereka dapatkan secara terus-menerus lebih dari enam jam.
Mereka yang mendapatkan sembilan jam istirahat tanpa gangguan, yang dipantau oleh monitor kasur yang tersembunyi, menikmati malam pertama mereka secara gratis.
Di luar Hobart, jaringan hotel The Langham di Australia, yang beroperasi di Sydney, Melbourne, dan Gold Coast, juga memperkenalkan paket peningkatan kualitas tidurnya sendiri.
Nikkei Asia mencatat industri wisata tidur merupakan bisnis yang menguntungkan, yang saat ini bernilai sekitar US$70 miliar secara global.
Angka ini mencakup semuanya, mulai dari paket relaksasi dan peremajaan di hotel mewah hingga resor spa terapeutik yang menawarkan perawatan penyembuhan alternatif, serta klinik tidur khusus yang menyediakan program berbasis penilaian.
Menurut firma konsultan dan intelijen pasar Coherent Market Insights, industri ini akan berkembang lebih jauh dalam beberapa tahun mendatang. Dalam sebuah laporan, perusahaan tersebut menggambarkan Asia-Pasifik sebagai "kawasan penting yang mengalami pertumbuhan cepat."
Sama seperti di Amerika Serikat, riset yang dilakukan oleh Yayasan Kesehatan Tidur Australia menemukan hampir separuh warga Australia tidak mendapatkan tujuh hingga sembilan jam tidur yang mereka butuhkan per malam.
Masalah ini diperparah oleh krisis biaya hidup yang sedang berlangsung di Australia yang memberikan tekanan tambahan pada pikiran orang-orang, yang selanjutnya mengganggu pola tidur.
Sebuah studi oleh Deloitte pada tahun 2021 menunjukkan bahwa gangguan tidur merugikan ekonomi Australia lebih dari US$14,4 miliar dari tahun 2019 hingga 2020, dengan kerugian produktivitas yang menjadi penyebab utama kerugian tersebut.
RELATED ARTICLES
Wisata Tidur Jadi Tren Baru yang Menjanjikan
Hotel-hotel di AS dan Australia semakin agresif melayani tamu yang ingin meningkatkan kualitas tidur mereka
Context.id, JAKARTA -TIdur yang tenang dan nyenyak pasti menjadi impian semua orang. Bukan hanya di rumah saja, tapi juga saat sedang bepergian atau liburan. Liburan dapat membantu kita menyegarkan pikiran, melepaskan diri dari rutinitas, dan menenangkan pikiran yang sibuk
Sayangnya, tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan itu. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, orang dewasa berusia 18 tahun ke atas harus tidur minimal tujuh jam per malam, tetapi lebih dari satu dari tiga orang dewasa kekurangan tidur.
Kualitas tidur yang baik dan menyenyakan menjadi masalah di Amerika. Banyak yang menganggapnya kemewahan, tapi padahal itu adalah kebutuhan medis, seperti dikutip dari ABC News, Senin (23/9) .
Berkaca dari hal itu, tren wisata tidur yang didukung oleh kesehatan dan terus meningkat sejak pandemi, memanfaatkan kurangnya tidur masyarakat Amerika dan keinginan untuk mendapatkan tidur malam yang benar-benar nyenyak.
Hotel-hotel di seluruh dunia telah menambahkan pengalaman khusus, mulai dari US$300 hingga US$2.500, yang dirancang untuk menyediakan suasana yang tenang bagi para tamu, teknologi pendamping tidur yang canggih, dan memberikan mereka perangkat untuk membangun dan mempertahankan praktik tidur yang lebih baik di rumah.
BACA JUGA
Dari produsen tempat tidur asal Swedia, Hastens, Sleep Spa Hotel pertama di Portugal hingga Four Seasons Resort Maui di Wailea, pengalaman tidur yang sehat ditetapkan sebagai tren utama di hotel-hotel mewah.
Meskipun tidak ada produk kesehatan yang ditawarkan oleh hotel-hotel ini, tren pariwisata sedang meningkat dan diperkirakan akan terus tumbuh.
Dalam catatan ABC News, banyak properti ataupun perhotelan yang memanggil para ahli medis untuk memberikan saran tentang ilmu pengetahuan mengenai tidur.
Dokter spesialis penyakit dalam lulusan Johns Hopkins dan Rumah Sakit Umum Massachusetts, Fiona Gispen, berharap hotel yang berinvestasi dalam pariwisata tidur akan "membuat tidur nyenyak menjadi hal yang menyenangkan" di mata publik.
"Ini bisa membantu wisatawan merasakan secara langsung pentingnya rutinitas [seputar tidur] dan betapa lebih mudahnya memiliki lingkungan yang baik untuk mendapatkan tidur nyenyak," ujarnya.
"Kurang tidur jelas berkorelasi dengan sindrom metabolik -- yang meliputi obesitas, diabetes, kelebihan berat badan, gangguan gula darah. Bahkan kurang tidur mungkin dapat dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular, tekanan darah tinggi, hipertensi, penyakit jantung koroner, dan stroke serta berkorelasi dengan gangguan suasana hati, depresi, kecemasan," ujarnya.
Sementara itu, di jantung pusat kota Los Angeles ada hotel yang meluncurkan suite R&R pada tahun 2021 sebagai respons terhadap "coronasomnia." Sindrom ini banyak muncul setelah pandemi.
Tidur itu sangat individual
Karena tidur sangat individual, konsep di balik tempat istirahat dan pemulihan yang sangat nyaman adalah cara bagi orang untuk datang dan mengeksplorasi sendiri apa yang cocok untuk mereka.
Bahkan tak sedikit juga resort atau hotel yang menyediakan dokter atau terapis untuk memandu para tamu melalui diskusi, strategi, meditasi, dan aktivitas pemusatan seperti yoga untuk meningkatkan kualitas tidur.
Bukan hanya di Amerika Serikat, hotel-hotel di Australia mulai menyadari pentingnya menawarkan tidur yang lelap dan memuaskan bagi para tamunya, dengan memanfaatkan industri "wisata tidur" global yang tengah berkembang.
Hotel-hotel berlomba-lomba untuk melayani orang-orang yang rela mengeluarkan uang untuk mendapatkan tidur yang menenangkan.
Kamar hotel, betapa pun mewahnya, tetap saja terasa asing jika dibandingkan dengan kamar tidur sendiri.
Tantangan ini sebagian disebabkan oleh "efek malam pertama", sebuah fenomena di mana "separuh otak kita masuk ke tahap kewaspadaan tinggi karena kita berada di lingkungan baru," menurut pakar tidur Australia Shea Morrison seperti dikutip dari Nikkei Asia, Senin (23/9)
Untuk itu, dia bermitra dengan Hotel MACq 01 di ibu kota Tasmania, Hobart tahun ini untuk "menyiapkan tempat tidur-sunyi yang ideal" bagi para tamu untuk dinikmati selama musim dingin yang dingin dan keras di pulau itu.
Begitu tamu memasuki kamar, mereka akan diselimuti aroma lavender yang menenangkan dan cahaya hangat lampu merah yang lembut, semuanya dirancang untuk melibatkan indra dan membantu mereka "bertransisi ke mode tidur," kata Morrison.
MACq 01 sangat yakin dengan kualitas kamarnya yang dapat membuat tidur lebih nyenyak sehingga memperkenalkan program "Bayar dengan Tidur".
Tamu yang memesan untuk menginap dua malam dapat memperoleh potongan sebesar 100 dolar Australia atau sekitar US$68 untuk setiap jam tidur yang mereka dapatkan secara terus-menerus lebih dari enam jam.
Mereka yang mendapatkan sembilan jam istirahat tanpa gangguan, yang dipantau oleh monitor kasur yang tersembunyi, menikmati malam pertama mereka secara gratis.
Di luar Hobart, jaringan hotel The Langham di Australia, yang beroperasi di Sydney, Melbourne, dan Gold Coast, juga memperkenalkan paket peningkatan kualitas tidurnya sendiri.
Nikkei Asia mencatat industri wisata tidur merupakan bisnis yang menguntungkan, yang saat ini bernilai sekitar US$70 miliar secara global.
Angka ini mencakup semuanya, mulai dari paket relaksasi dan peremajaan di hotel mewah hingga resor spa terapeutik yang menawarkan perawatan penyembuhan alternatif, serta klinik tidur khusus yang menyediakan program berbasis penilaian.
Menurut firma konsultan dan intelijen pasar Coherent Market Insights, industri ini akan berkembang lebih jauh dalam beberapa tahun mendatang. Dalam sebuah laporan, perusahaan tersebut menggambarkan Asia-Pasifik sebagai "kawasan penting yang mengalami pertumbuhan cepat."
Sama seperti di Amerika Serikat, riset yang dilakukan oleh Yayasan Kesehatan Tidur Australia menemukan hampir separuh warga Australia tidak mendapatkan tujuh hingga sembilan jam tidur yang mereka butuhkan per malam.
Masalah ini diperparah oleh krisis biaya hidup yang sedang berlangsung di Australia yang memberikan tekanan tambahan pada pikiran orang-orang, yang selanjutnya mengganggu pola tidur.
Sebuah studi oleh Deloitte pada tahun 2021 menunjukkan bahwa gangguan tidur merugikan ekonomi Australia lebih dari US$14,4 miliar dari tahun 2019 hingga 2020, dengan kerugian produktivitas yang menjadi penyebab utama kerugian tersebut.
POPULAR
RELATED ARTICLES