Share

Home Stories

Stories 25 Juni 2025

Bagaimana AI Meresap dalam Parfum

AI merevolusi proses pembuatan wewangian atau parfum. Benarkah hasilnya sesuai dengan hasil racikan tangan manusia?

Bunga untuk bahan parfum/Ulric de Varens

Context.id, JAKARTA - Di tepi pantai Manhattan di AS, ada laboratorium yang mengklaim bisa membuat wewangian atau parfum secara lebih cepat dan siap pakai. 

Laboratorium milik Osmo, perusahaan rintisan teknologi besutan Google Research menawarkan peracikan parfum siap pakai hanya dalam waktu 48 jam. Wangi parfum ini sesuai dengan permintaan klien. 

Secara tradisional, menciptakan wewangian tidaklah cepat. Peracik parfum harus menyesuaikan keinginan, suasana hati atau kenangan yang ingin klien munculkan dalam parfum tersebut.  

Ini membutuhkan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan bagi peracik untuk menciptakan formula parfum yang sesuai keinginan klien. Belum lagi menemukan bahan mentah yang tepat. 

Namun, problem waktu itu dapat diselesaikan Osmo dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) seperti dilaporkan The Verge.  

Mendapatkan kucuran dana US$60 juta dari Lux Capital dan GV (Google Ventures), Osmo memiliki ambisi untuk menciptakan generasi baru molekul aroma bukan hanya untuk parfum, tapi juga produk sehari-hari seperti sampo, losion, lilin dan lainnya. 

Kehadiran Osmo dan juga penggunaan AI bukan tanpa sebab. Saat ini, industri wewangian global sangat kesulitan dengan bahan baku mentah yang semakin langka. 

Persediaan bunga yang populer dalam wewangian semakin menipis karena cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. 

Sementara bahan baku lain dari spesies tertentu terancam punah karena dipanen tanpa kenal batas atau rentan terhadap gangguan rantai pasok akibat kekacauan geopolitik. 

Jika menggunakan alternatif sintetis masih mengundang pro-kontra karena persoalan kesehatan atau keamanan.  

Hal ini tentunya membuat pusing pemain industri wewangian global. Pasalnya seperti dilaporkan Wired, putaran uang di industri ini sangat jumbo, bisa mencapai U$30 miliar tiap tahunnya. 

Osmo ingin super komputernya memiiki indra penciuman setajam manusia sehingga mampu mendigitalkan aroma meskipun menghadapi beberapa tantangan teknis yang berat.

Mereka melihat ada peluang besar untuk membuat bahan-bahan yang aman, berkelanjutan dan terbarukan yang tidak mengharuskan industri memanen sumber hayati secara berlebihan. 



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 25 Juni 2025

Bagaimana AI Meresap dalam Parfum

AI merevolusi proses pembuatan wewangian atau parfum. Benarkah hasilnya sesuai dengan hasil racikan tangan manusia?

Bunga untuk bahan parfum/Ulric de Varens

Context.id, JAKARTA - Di tepi pantai Manhattan di AS, ada laboratorium yang mengklaim bisa membuat wewangian atau parfum secara lebih cepat dan siap pakai. 

Laboratorium milik Osmo, perusahaan rintisan teknologi besutan Google Research menawarkan peracikan parfum siap pakai hanya dalam waktu 48 jam. Wangi parfum ini sesuai dengan permintaan klien. 

Secara tradisional, menciptakan wewangian tidaklah cepat. Peracik parfum harus menyesuaikan keinginan, suasana hati atau kenangan yang ingin klien munculkan dalam parfum tersebut.  

Ini membutuhkan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan bagi peracik untuk menciptakan formula parfum yang sesuai keinginan klien. Belum lagi menemukan bahan mentah yang tepat. 

Namun, problem waktu itu dapat diselesaikan Osmo dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) seperti dilaporkan The Verge.  

Mendapatkan kucuran dana US$60 juta dari Lux Capital dan GV (Google Ventures), Osmo memiliki ambisi untuk menciptakan generasi baru molekul aroma bukan hanya untuk parfum, tapi juga produk sehari-hari seperti sampo, losion, lilin dan lainnya. 

Kehadiran Osmo dan juga penggunaan AI bukan tanpa sebab. Saat ini, industri wewangian global sangat kesulitan dengan bahan baku mentah yang semakin langka. 

Persediaan bunga yang populer dalam wewangian semakin menipis karena cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. 

Sementara bahan baku lain dari spesies tertentu terancam punah karena dipanen tanpa kenal batas atau rentan terhadap gangguan rantai pasok akibat kekacauan geopolitik. 

Jika menggunakan alternatif sintetis masih mengundang pro-kontra karena persoalan kesehatan atau keamanan.  

Hal ini tentunya membuat pusing pemain industri wewangian global. Pasalnya seperti dilaporkan Wired, putaran uang di industri ini sangat jumbo, bisa mencapai U$30 miliar tiap tahunnya. 

Osmo ingin super komputernya memiiki indra penciuman setajam manusia sehingga mampu mendigitalkan aroma meskipun menghadapi beberapa tantangan teknis yang berat.

Mereka melihat ada peluang besar untuk membuat bahan-bahan yang aman, berkelanjutan dan terbarukan yang tidak mengharuskan industri memanen sumber hayati secara berlebihan. 



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025