Share

Home Stories

Stories 17 April 2024

Masuk ke Indonesia, Starlink Ciptakan Tantangan atau Peluang?

Perizinan operasi satelit Starlink telah memenuhi standarisasi dari Kominfo

Peluncuran roket satelit Starlink/Reuters

Context.id, JAKARTA - Layanan internet global Starlink milik Elon Musk dikabarkan sudah mendapatkan izin operasional dari pemerintah untuk melakukan uji coba perdananya di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara pada bulan Mei mendatang.

Melansir Bisnis, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi mengatakan jika pengembangan satelit Starlink milik Elon Musk telah mengantongi izin operasional di Indonesia. 

Direktur Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kominfo Wayan Toni Supriyanto mengatakan jika perizinan operasi satelit Starlink telah memenuhi standarisasi dari Ditjen Sumber Daya Perangkat  Pos dan Informatika.

“Mereka ada kemungkinan sudah comply untuk VSAT. Untuk internet [ISP] dia harus bekerja sama dengan NAP, mungkin belum selesai perjanjian kerja sama,” pungkas Wayan, seperti dikutip, Selasa, (16/4).

Kendati demikian, Wayan menegaskan jika ada terdapat perbedaan antara Starlink Global dan Starlink Indonesia.



“Mereka global, ya, Starlink saja, kalau Starlink Indonesia pemegang izin VSAT dan izin ISP-nya. Mereka beli perangkat dan internetnya ke Starlink global, jangan disamakan dengan mereka, makanya harus membangun hub disini,” tegas Wayan.

Peluang dan Tantangan Operator Seluler Lokal
Penyedia layanan internet terbesar di Indonesia PT Telkom Indonesia menyatakan mereka optimistis bahwa Starlink akan memberikan peluang positif pada keuntungan dan pertumbuhan pelanggan perusahaan.

“Apapun kebijakan Kemenkominfo, kita harus comply. Tapi secara bisnis kita optimis. Secara bisnis dengan kerjasama ini kita tetap optimis,” tutur VP Corporate Communication Telkom Andri Herawan Sasoko, Selasa, (16/4).

SVP-Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison Steve Saerang menilai keberadaan Starlink ini dapat meningkatkan peluang industri telekomunikasi nasional untuk perluasan jangkauan.

Sementara, Head of External Communication XL Axiata Henry Wijayanto menyatakan kehadiran Starlink di Indonesia dapat menyediakan layanan Internet kecepatan tinggi khususnya wilayah pelosok.

“Starlink bisa memberikan pilihan ketersediaan teknologi yang dapat mendukung operator untuk dapat menyediakan layanan Internet kecepatan tinggi khususnya di wilayah-wilayah pelosok sebagai penyediaan backhaul,” turut Henry, seperti dikutip, Selasa, (16/4).

Kendati demikian, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menilai kehadiran layanan internet milik Elon Musk itu akan menjadi tantangan baru karena dapat menggerus pasar pemain telekomunikasi dalam jangka menengah dan panjang. 

“Jangan kaget saja jika ada operator telekomunikasi yang dalam 3-5 tahun akan collapse. Kalau operator telekomunikasi gulung tikar ini juga akan berdampak pada penyedia menara,” kata Heru, seperti dikutip, Selasa, (16/4).

Tak hanya itu, Heru menambahkan harga layanan dan kehadiran satelit orbit rendah (LEO) dari Starlink juga menjadi tantangan bagi penyedia layanan serupa seperti Telkomsel.

Pasalnya mereka dapat menjual produk dengan harga serendah mungkin sampai ISP dan operator seluler dalam negeri berguguran. 

“Sekarang saja dari rata-rata Rp1,5 juta Starlink sudah menurunkan tarifnya menjadi separuh, Rp750.000,” jelas Heru, seperti dikutip, Selasa, (16/4).

Oleh karena itu, Heru menekankan perlunya campur tangan pemerintah untuk menciptakan peta pertarungan yang lebih adil

Penulis: Candra Soemirat

 



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 17 April 2024

Masuk ke Indonesia, Starlink Ciptakan Tantangan atau Peluang?

Perizinan operasi satelit Starlink telah memenuhi standarisasi dari Kominfo

Peluncuran roket satelit Starlink/Reuters

Context.id, JAKARTA - Layanan internet global Starlink milik Elon Musk dikabarkan sudah mendapatkan izin operasional dari pemerintah untuk melakukan uji coba perdananya di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara pada bulan Mei mendatang.

Melansir Bisnis, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi mengatakan jika pengembangan satelit Starlink milik Elon Musk telah mengantongi izin operasional di Indonesia. 

Direktur Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kominfo Wayan Toni Supriyanto mengatakan jika perizinan operasi satelit Starlink telah memenuhi standarisasi dari Ditjen Sumber Daya Perangkat  Pos dan Informatika.

“Mereka ada kemungkinan sudah comply untuk VSAT. Untuk internet [ISP] dia harus bekerja sama dengan NAP, mungkin belum selesai perjanjian kerja sama,” pungkas Wayan, seperti dikutip, Selasa, (16/4).

Kendati demikian, Wayan menegaskan jika ada terdapat perbedaan antara Starlink Global dan Starlink Indonesia.



“Mereka global, ya, Starlink saja, kalau Starlink Indonesia pemegang izin VSAT dan izin ISP-nya. Mereka beli perangkat dan internetnya ke Starlink global, jangan disamakan dengan mereka, makanya harus membangun hub disini,” tegas Wayan.

Peluang dan Tantangan Operator Seluler Lokal
Penyedia layanan internet terbesar di Indonesia PT Telkom Indonesia menyatakan mereka optimistis bahwa Starlink akan memberikan peluang positif pada keuntungan dan pertumbuhan pelanggan perusahaan.

“Apapun kebijakan Kemenkominfo, kita harus comply. Tapi secara bisnis kita optimis. Secara bisnis dengan kerjasama ini kita tetap optimis,” tutur VP Corporate Communication Telkom Andri Herawan Sasoko, Selasa, (16/4).

SVP-Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison Steve Saerang menilai keberadaan Starlink ini dapat meningkatkan peluang industri telekomunikasi nasional untuk perluasan jangkauan.

Sementara, Head of External Communication XL Axiata Henry Wijayanto menyatakan kehadiran Starlink di Indonesia dapat menyediakan layanan Internet kecepatan tinggi khususnya wilayah pelosok.

“Starlink bisa memberikan pilihan ketersediaan teknologi yang dapat mendukung operator untuk dapat menyediakan layanan Internet kecepatan tinggi khususnya di wilayah-wilayah pelosok sebagai penyediaan backhaul,” turut Henry, seperti dikutip, Selasa, (16/4).

Kendati demikian, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menilai kehadiran layanan internet milik Elon Musk itu akan menjadi tantangan baru karena dapat menggerus pasar pemain telekomunikasi dalam jangka menengah dan panjang. 

“Jangan kaget saja jika ada operator telekomunikasi yang dalam 3-5 tahun akan collapse. Kalau operator telekomunikasi gulung tikar ini juga akan berdampak pada penyedia menara,” kata Heru, seperti dikutip, Selasa, (16/4).

Tak hanya itu, Heru menambahkan harga layanan dan kehadiran satelit orbit rendah (LEO) dari Starlink juga menjadi tantangan bagi penyedia layanan serupa seperti Telkomsel.

Pasalnya mereka dapat menjual produk dengan harga serendah mungkin sampai ISP dan operator seluler dalam negeri berguguran. 

“Sekarang saja dari rata-rata Rp1,5 juta Starlink sudah menurunkan tarifnya menjadi separuh, Rp750.000,” jelas Heru, seperti dikutip, Selasa, (16/4).

Oleh karena itu, Heru menekankan perlunya campur tangan pemerintah untuk menciptakan peta pertarungan yang lebih adil

Penulis: Candra Soemirat

 



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025