Stories - 10 September 2024

Apakah di Bulan Ada Air?

Di dalam kawah-kawah bulan tersimpan air yang membeku, namun belum diketahui seberapa besar sumber airnya


Bulan/NASA

Context.id, JAKARTA - Saat kita yang berada di bumi melihat bulan, yang terlihat hanyalah benda putih.  Selain informasi dari berita atau potongan video tentang misi pendaratan di bulan, kita tidak punya informasi apa-apa lagi tentang planet itu. 

Selama ini yang kita ketahui, di bulan sangat tandus, dalam arti tidak terlihat suatu bentuk kehidupan. Selain daratan yang seperti kawah-kawah berlubang. Hal in tentunya jauh berbeda dengan Bumi,  sebuah planet memiliki suhu yang tepat agar air dapat berada di lautan dan sungai dalam bentuk cair dan sebagai es di kutub utara dan selatan.

Bumi juga memiliki atmosfer setebal lebih dari 6.000 mil (9.650 kilometer) yang dipenuhi oksigen untuk kita hirup. Atmosfer ini, bersama dengan magnet besar di pusat Bumi , membantu melindungi kita dari radiasi Matahari yang berbahaya, terutama angin matahari dan sinar kosmik .

Namun, Bulan sama sekali tidak tampak seperti dunia air. Di bulan tidak tampak awan, hujan, atau salju, hanya langit yang hanya berupa kegelapan angkasa, dengan permukaan yang dipanaskan oleh Matahari.

Suhu Bulan mencapai 273 derajat Fahrenheit (134 Celsius) pada siang hari dan turun hingga -243 F (-153 C) pada malam hari. Lalu, dengan suhu seperti itu apakah di bulan ada air dan juga sangat dingin? 

Melansir penelitian yang dilakukan para ilmuwan dari Institut Teknologi Georgia yang dipublikasikan di Conversation, pada tahun 2009, NASA menabrakkan wahana antariksa Satelit Pengamatan dan Penginderaan Kawah Bulan, atau LCROSS – ke permukaan Bulan, di dalam kawah Cabeus. Ketika itu terjadi, es air pun terlontar .

Hal ini menegaskan kepada para ilmuwan bahwa es air berada di dasar kawah. Namun, menentukan berapa banyak air yang ada di sana akan sulit.

Satu hal yang pasti, Bulan pada dasarnya adalah lubang besar, dengan area yang sangat teduh sehingga Matahari tidak pernah bersinar di dalamnya. Tempat-tempat ini sangat dingin, jauh di bawah -300 F (-184 C).

Setelah molekul-molekul air beku ini terjebak di kawah, mereka akan tetap berada di sana selamanya, kecuali jika ada panas atau energi yang melepaskannya. Mereka tidak mungkin menguap secara alami atau menyublim menjadi uap – di sana terlalu dingin.

Namun, itu tidak berarti air hanya tersimpan di kawah. Pada tahun 2023, para ilmuwan yang menggunakan SOFIA (Stratospheric Observatory for Infrared Astronomy), mencari air di permukaan Bulan di area yang tidak sedingin kawah. Mereka menemukannya – bukan di atas tanah, tetapi mungkin di dalam butiran tanah.

Bagaimana Bulan mendapatkan airnya? Belum ada yang tahu pasti, tetapi ada beberapa teori.

Berabad-abad yang lalu, komet – yang pada dasarnya adalah bola-bola salju beku dan kotor – menabrak Bumi, meninggalkan air di kometnya. Itulah salah satu cara Bumi mengembangkan lautannya ; mungkin begitulah cara Bulan memperoleh sebagian airnya juga.

Ilmuwan lain berpendapat bahwa gunung berapi purba di Bulan melepaskan uap air saat meletus miliaran tahun lalu. Akhirnya, uap itu turun ke permukaan sebagai es. Seiring berjalannya waktu, lapisan es itu terkumpul, terutama di kutub; sebagian besarnya mungkin masuk ke dalam kawah bulan sebagai es.

Hingga kini Bulan masih menyimpan misteri dan belum semuanya terungkap. Eksplorasi luar angkasa yang menghabiskan waktu puluhan tahun, miliaran dolar terus dilakukan untuk mengungkap berbagai misteri di planet itu. 


Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

MORE  STORIES

Lepas Tanggung Jawab Iklim, Perusahaan Energi Fosil Jadi Sponsor Olahraga

Lembaga penelitian iklim menemukan aliran dana besar perusahaan migas ke acara olahraga untuk mengelabui masyarakat soal krisis iklim\r\n

Context.id | 18-09-2024

Ini Rahasia Sukses Norwegia Mengganti Mobil Bensin dengan Listrik!

Norwegia, salah satu negara Nordik yang juga penghasil minyak dan gas terbesar di Eropa justru memimpin penggunaan mobil listrik

Context.id | 18-09-2024

Riset IDEA Temukan Kemunduran Demokrasi Dunia Selama 8 Tahun Beruntun

Kredibilitas pemilu dunia terancam oleh menurunnya jumlah pemilih dan hasil pemilu yang digugat serta diragukan.

Fahri N. Muharom | 18-09-2024

Warga Amerika Sebut Kuliah Tidak Lagi Bermanfaat, Kenapa?

Biaya yang semakin tinggi sehingga membuat mahasiswa terjerat utang pinjaman kuliah membuat warga AS banyak yang tidak ingin kuliah

Naufal Jauhar Nazhif | 17-09-2024