Mengenal Paus Fransiskus Lewat Film The Two Popes
Paus Fransiskus merupakan pribadi dengan karakter yang terkenal dengan sifat rendah hati dan kesederhanaanya. Hal ini bisa kita lihat, melalui film dokumenter Netflix,
Context.id, JAKARTA - Hari ini, Selasa (3/9/2024), Paus Fransiskus tiba di Jakarta. Pemimpin tertinggi agama Katolik itu berkunjung ke Indonesia pada 3-6 September 2024.
Berdasarkan agenda perjalanan, Paus Fransiskus akan memimpin misa akbar yang akan diadakan di Stadion GBK pada 5 September. Selain itu, Paus akan bertemu dengan Presiden Joko Widodo, ketemu sejumlah pemuka agama dan mengunjungi masjid Istiqlal Jakarta melalui lorong perdamaian dari Gereja Katedral.
Peristiwa ini merupakan momen bersejarah bagi umat Katolik di Indonesia. Pasalnya, kedatangan pemimpin umat Katolik dunia ini sudah lama ditunggu-tunggu. Terakhir, pada 1989 Paus Johanes Paulus II berkunjung ke Indonesia.
Paus Fransiskus dikenal dengan pribadi yang rendah hati yang penuh kesederhanaan. Hal ini bisa dilihat, melalui film dokumenter Netflix, The Two Popes.
The Two Popes (2019) yang disutradarai oleh Fernando Meirelles sebuah film yang menggugah pemikiran tentang transisi kepemimpinan dalam Gereja Katolik Roma melalui lensa dua tokoh penting: Paus Benediktus XVI dan Kardinal Jorge Bergoglio, yang kelak naik tahta dengan nama Paus Fransiskus.
BACA JUGA
Dalam narasi yang intim dan penuh refleksi ini, film itu menggali kedalaman karakter dari Kardinal Bergoglio dan perjalanan spiritual serta kepemimpinan yang membentuknya.
Jorge Bergoglio, yang lahir di Buenos Aires, Argentina, pada 1936, adalah seorang tokoh yang dikenal luas karena kesederhanaan, keterhubungan dengan rakyat, dan pandangan progresifnya tentang Gereja Katolik.
Dalam The Two Popes, Bergoglio digambarkan mendalam oleh aktor Jonathan Pryce. Karakter ini menghadapi tantangan besar ketika harus berhadapan dengan Paus Benediktus XVI, yang diperankan oleh Anthony Hopkins, dalam percakapan yang penuh dengan ketegangan dan kejujuran.
Film ini menyajikan dialog-dialog yang menggugah mengenai masa depan Gereja Katolik dan bagaimana kepemimpinan Bergoglio bisa membawa perubahan.
Bergoglio, dengan latar belakang sebagai Jesuit dan keterhubungannya yang kuat dengan masyarakat, dikenal karena pendekatannya yang lebih terbuka dan reformis, berbeda dengan kebijakan konservatif yang sering diadopsi oleh Paus Benediktus XVI.
Pemikiran dan Kepemimpinan Bergoglio
Bergoglio dikenal sebagai seorang yang sangat peduli dengan isu-isu sosial dan keadilan. Dalam film ini, dapat dilihat bagaimana dia memandang Gereja Katolik sebagai institusi yang harus lebih terlibat dalam masalah-masalah duniawi, tidak hanya terfokus pada doktrin teologis.
Bergoglio sempat tersandung dalam kasus perang kotor tahun 70-an ketika dia terpaksa bersekongkol dengan pemerintah militer Junta Argentina untuk memerangi paham sayap kiri di masyarakat Argentina.
Pada saat itu, pemerintah militer Junta Argentina Jorge Rafael Videla bersifat otoriter dan represif hingga menghilangkan ribuan nyawa rakyat Argentina.
Setelah pemerintah militer Junta tumbang, menjadi demokratis pada era 80-an, Bergoglio diasingkan ke Cordoba karena dituduh sebagai tokoh agama yang mempunyai hubungan dengan pemerintahan Junta militer yang bersifat otoriter.
Pada saat pengasingan ini, Bergoglio belajar mengenai kemanusiaan ketika dia harus melayani mereka masyarakat yang kurang beruntung.
Berbekal pengalamannya melayani masyarakat miskin dan tertindas menjadi dorongan bagi Bergoglio untuk melakukan reformasi di dalam Gereja Katolik, agar lebih inklusif dan humanis.
Setelah menjadi Paus Fransiskus, dia masih dikenal dengan gaya hidupnya yang sederhana. Hal itu kontras dengan gaya hidup mencolok atau penuh kemewahan yang sering diasosiasikan pada Gereja Vatikan.
Film ini dengan cermat menggambarkan kesederhanaan ini dan bagaimana hal tersebut membentuk pandangannya tentang kepemimpinan. Bergoglio percaya bahwa kepemimpinan Gereja harus mencerminkan belas kasih dan kerendahan hati, nilai-nilai yang dia pegang teguh dalam hidup sehari-harinya.
Dialog dan Dinamika dalam Film
The Two Popes bukan hanya sebuah drama tentang transisi kepemimpinan, tetapi juga sebuah studi karakter yang mendalam. Percakapan antara Bergoglio dan Benediktus XVI, yang berlangsung di ruang pribadi mereka, menjadi inti dari film ini.
Dialog-dialog ini sering kali melibatkan perdebatan tentang masa depan Gereja Katolik dan pandangan pribadi mereka tentang iman dan kepemimpinan.
Film ini berhasil menangkap kerumitan karakter Bergoglio dengan nuansa yang halus. Dalam interaksi dengan Benediktus XVI, Bergoglio menunjukkan keberanian untuk mempertanyakan tradisi dan status quo, sambil tetap mempertahankan rasa hormat terhadap struktur Gereja Katolik yang ada.
Perdebatan ini menjadi cerminan dari ketegangan yang ada dalam Gereja Katolik antara konservatisme dan reformisme.
Bagi saya penulis, The Two Popes memberikan pandangan yang menyeluruh tentang bagaimana Kardinal Jorge Bergoglio—sekarang Paus Fransiskus—menghadapi tantangan besar dalam masa transisi kepemimpinan Gereja Katolik. Film ini tidak hanya menggali aspek-aspek pribadi dari karakter Bergoglio tetapi juga menyentuh isu-isu mendasar tentang arah masa depan Gereja Katolik.
Melalui cerita mendalam dan dialog yang tajam, The Two Popes mengundang penonton untuk merenung tentang peran kepemimpinan dalam konteks iman dan moralitas.
Bergoglio, dengan kepemimpinan yang penuh belas kasih dan visi reformisnya, menjadi simbol harapan dan pembaruan dalam sebuah institusi yang acap kali dipandang kaku dan tidak fleksibel.
Saat menonton film ini, penonton tidak hanya diberikan gambaran tentang dua paus yang berbeda, tetapi juga tentang bagaimana ide dan nilai-nilai individu dapat memengaruhi arah sejarah dan reformasi dalam sebuah institusi besar seperti Gereja Katolik.
RELATED ARTICLES
Mengenal Paus Fransiskus Lewat Film The Two Popes
Paus Fransiskus merupakan pribadi dengan karakter yang terkenal dengan sifat rendah hati dan kesederhanaanya. Hal ini bisa kita lihat, melalui film dokumenter Netflix,
Context.id, JAKARTA - Hari ini, Selasa (3/9/2024), Paus Fransiskus tiba di Jakarta. Pemimpin tertinggi agama Katolik itu berkunjung ke Indonesia pada 3-6 September 2024.
Berdasarkan agenda perjalanan, Paus Fransiskus akan memimpin misa akbar yang akan diadakan di Stadion GBK pada 5 September. Selain itu, Paus akan bertemu dengan Presiden Joko Widodo, ketemu sejumlah pemuka agama dan mengunjungi masjid Istiqlal Jakarta melalui lorong perdamaian dari Gereja Katedral.
Peristiwa ini merupakan momen bersejarah bagi umat Katolik di Indonesia. Pasalnya, kedatangan pemimpin umat Katolik dunia ini sudah lama ditunggu-tunggu. Terakhir, pada 1989 Paus Johanes Paulus II berkunjung ke Indonesia.
Paus Fransiskus dikenal dengan pribadi yang rendah hati yang penuh kesederhanaan. Hal ini bisa dilihat, melalui film dokumenter Netflix, The Two Popes.
The Two Popes (2019) yang disutradarai oleh Fernando Meirelles sebuah film yang menggugah pemikiran tentang transisi kepemimpinan dalam Gereja Katolik Roma melalui lensa dua tokoh penting: Paus Benediktus XVI dan Kardinal Jorge Bergoglio, yang kelak naik tahta dengan nama Paus Fransiskus.
BACA JUGA
Dalam narasi yang intim dan penuh refleksi ini, film itu menggali kedalaman karakter dari Kardinal Bergoglio dan perjalanan spiritual serta kepemimpinan yang membentuknya.
Jorge Bergoglio, yang lahir di Buenos Aires, Argentina, pada 1936, adalah seorang tokoh yang dikenal luas karena kesederhanaan, keterhubungan dengan rakyat, dan pandangan progresifnya tentang Gereja Katolik.
Dalam The Two Popes, Bergoglio digambarkan mendalam oleh aktor Jonathan Pryce. Karakter ini menghadapi tantangan besar ketika harus berhadapan dengan Paus Benediktus XVI, yang diperankan oleh Anthony Hopkins, dalam percakapan yang penuh dengan ketegangan dan kejujuran.
Film ini menyajikan dialog-dialog yang menggugah mengenai masa depan Gereja Katolik dan bagaimana kepemimpinan Bergoglio bisa membawa perubahan.
Bergoglio, dengan latar belakang sebagai Jesuit dan keterhubungannya yang kuat dengan masyarakat, dikenal karena pendekatannya yang lebih terbuka dan reformis, berbeda dengan kebijakan konservatif yang sering diadopsi oleh Paus Benediktus XVI.
Pemikiran dan Kepemimpinan Bergoglio
Bergoglio dikenal sebagai seorang yang sangat peduli dengan isu-isu sosial dan keadilan. Dalam film ini, dapat dilihat bagaimana dia memandang Gereja Katolik sebagai institusi yang harus lebih terlibat dalam masalah-masalah duniawi, tidak hanya terfokus pada doktrin teologis.
Bergoglio sempat tersandung dalam kasus perang kotor tahun 70-an ketika dia terpaksa bersekongkol dengan pemerintah militer Junta Argentina untuk memerangi paham sayap kiri di masyarakat Argentina.
Pada saat itu, pemerintah militer Junta Argentina Jorge Rafael Videla bersifat otoriter dan represif hingga menghilangkan ribuan nyawa rakyat Argentina.
Setelah pemerintah militer Junta tumbang, menjadi demokratis pada era 80-an, Bergoglio diasingkan ke Cordoba karena dituduh sebagai tokoh agama yang mempunyai hubungan dengan pemerintahan Junta militer yang bersifat otoriter.
Pada saat pengasingan ini, Bergoglio belajar mengenai kemanusiaan ketika dia harus melayani mereka masyarakat yang kurang beruntung.
Berbekal pengalamannya melayani masyarakat miskin dan tertindas menjadi dorongan bagi Bergoglio untuk melakukan reformasi di dalam Gereja Katolik, agar lebih inklusif dan humanis.
Setelah menjadi Paus Fransiskus, dia masih dikenal dengan gaya hidupnya yang sederhana. Hal itu kontras dengan gaya hidup mencolok atau penuh kemewahan yang sering diasosiasikan pada Gereja Vatikan.
Film ini dengan cermat menggambarkan kesederhanaan ini dan bagaimana hal tersebut membentuk pandangannya tentang kepemimpinan. Bergoglio percaya bahwa kepemimpinan Gereja harus mencerminkan belas kasih dan kerendahan hati, nilai-nilai yang dia pegang teguh dalam hidup sehari-harinya.
Dialog dan Dinamika dalam Film
The Two Popes bukan hanya sebuah drama tentang transisi kepemimpinan, tetapi juga sebuah studi karakter yang mendalam. Percakapan antara Bergoglio dan Benediktus XVI, yang berlangsung di ruang pribadi mereka, menjadi inti dari film ini.
Dialog-dialog ini sering kali melibatkan perdebatan tentang masa depan Gereja Katolik dan pandangan pribadi mereka tentang iman dan kepemimpinan.
Film ini berhasil menangkap kerumitan karakter Bergoglio dengan nuansa yang halus. Dalam interaksi dengan Benediktus XVI, Bergoglio menunjukkan keberanian untuk mempertanyakan tradisi dan status quo, sambil tetap mempertahankan rasa hormat terhadap struktur Gereja Katolik yang ada.
Perdebatan ini menjadi cerminan dari ketegangan yang ada dalam Gereja Katolik antara konservatisme dan reformisme.
Bagi saya penulis, The Two Popes memberikan pandangan yang menyeluruh tentang bagaimana Kardinal Jorge Bergoglio—sekarang Paus Fransiskus—menghadapi tantangan besar dalam masa transisi kepemimpinan Gereja Katolik. Film ini tidak hanya menggali aspek-aspek pribadi dari karakter Bergoglio tetapi juga menyentuh isu-isu mendasar tentang arah masa depan Gereja Katolik.
Melalui cerita mendalam dan dialog yang tajam, The Two Popes mengundang penonton untuk merenung tentang peran kepemimpinan dalam konteks iman dan moralitas.
Bergoglio, dengan kepemimpinan yang penuh belas kasih dan visi reformisnya, menjadi simbol harapan dan pembaruan dalam sebuah institusi yang acap kali dipandang kaku dan tidak fleksibel.
Saat menonton film ini, penonton tidak hanya diberikan gambaran tentang dua paus yang berbeda, tetapi juga tentang bagaimana ide dan nilai-nilai individu dapat memengaruhi arah sejarah dan reformasi dalam sebuah institusi besar seperti Gereja Katolik.
POPULAR
RELATED ARTICLES