Share

Stories 30 Agustus 2024

India Kebut Produksi Etanol dari Sari Tebu, Solusi BBM Berkelanjutan?

India menargetkan peningkatan produksi etanol sebagai campuran bensin sebesar 20 persen pada 2025/2026,

Iustrasi biofuel/ Kumar Metal Industries

Context.id, JAKARTA - India mengizinkan penggunaan sari tebu dan molase kelas B untuk memproduksi etanol sebagai bahan campuran bensin. Dalam pengumumannya pada Kamis (29/8/2024), Pemerintah India mengatakan aturan ini mulai berlaku pada 1 November 2024. 

Melansir Reuters, India menargetkan peningkatan produksi etanol sebagai campuran bensin sebesar 20 persen pada tahun 2025/2026, dari realisasi saat ini sebesar 13 persen. 

Negara Anak Benua itu juga memperbolehkan pabrik penyulingan membeli maksimal 2,3 juta ton beras dari Food Corporation of India–organisasi pemerintah untuk ketersediaan pangan– demi kepentingan memproduksi etanol.

Kedua kebijakan tersebut tidak hanya membantu meningkatkan produksi etanol dalam campuran bahan bakar tetapi juga membantu pabrik penyulingan agar tidak terlambat melakukan pembayaran kepada para petani tebu. 

Sebelumnya kedua aturan ini tidak berlaku. Mengutip The Economic Times, pada 7 Desember 2023, Pemerintah India melarang penggunaan sari tebu dan molase kelas B dalam pembuatan etanol dalam rangka memastikan pasokan gula yang cukup di pasar domestik. 



Selain itu, ada upaya untuk meningkatkan produksi gula yang turun akibat curah hujan yang tidak menentu serta mengendalikan harga. 

Saat itu, India hanya akan mengizinkan penggunaan molase kelas C, produk sampingan tebu yang hampir tidak memiliki kandungan gula di dalamnya untuk produksi etanol. 

Langkah-langkah ini akan membantu pengalihan 1,04 juta ton molase kelas B dan 2,14 juta ton sari tebu untuk peningkatan produksi gula, yang sebelumnya digunakan untuk produksi etanol. 

Pemerintah India memprediksi bahwa akan terjadi penurunan produksi gula. Menurut data Statista, produksi gula di India turun menjadi 34 juta ton pada musim 2023–2024, tahun sebelumnya pada periode yang sama menghasilkan gula sebesar 37 juta ton. 

Kebijakan Pemerintah India tersebut dianggap sebagai kemunduran bagi Industri. Melansir The Hindu, Asosiasi Pabrik Gula India mengatakan industri telah menginvestasikan sekitar ₹150 miliar untuk menciptakan kapasitas produksi etanol. 

Dalam tiga tahun terakhir, produksi etanol meningkat dari 2,8 juta kubik meter menjadi 76,6 juta kubik meter.

Menurut ISMA kebijakan tersebut pun masih mendatangkan peluang pengalihan 1,7 juta ton gula untuk produksi etanol dari total kapasitas produksi gula di India. 

India dengan cepat bergabung dengan jajaran produsen dan konsumen biofuel utama berkat serangkaian kebijakan terkoordinasi, dukungan politik tingkat tinggi, dan melimpahnya bahan baku. 

India kini menjadi produsen dan konsumen etanol terbesar ketiga di dunia berkat produksi yang meningkat hampir tiga kali lipat selama lima tahun terakhir.

Selama lima tahun ke depan, India berpotensi untuk melipatgandakan konsumsi dan produksi hampir tiga kali lipat dengan menghilangkan hambatan terhadap campuran etanol yang lebih tinggi dan mendiversifikasi penggunaan biofuel untuk menggantikan bahan bakar diesel dan jet. 

Namun, India perlu memperhatikan biaya, keberlanjutan bahan baku, dan menerapkan kebijakan yang mendukung biofuel lain di luar etanol.

India memiliki peluang lain untuk meningkatkan penggunaan biofuel global melalui Aliansi Biofuel Global, yang diluncurkan pada tahun 2023 bersama para pemimpin dari delapan negara lainnya. 

Sayangnya di Indonesia, pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN), khususnya untuk jenis bioetanol, sebagai sumber energi alternatif dan ramah lingkungan tidak bisa semaju di India. 

Di Indonesia BBN atau Biofuel yang masih terganja aturan pungutan bea cukai untuk produk etanol. Persoalan ini menjadikan biaya produksi yang belum efisien. 

Padahal negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Brasil, dan India berhasil mengembangkan dengan adanya berbagai insentif dari pemerintah. 

Pertamina Patra Niaga, Subholding Commercial & Trading Pertamina, mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk membebaskan cukai bagi bioetanol untuk campuran BBM.

Pasalnya, pengenaan cukai berdampak pada harga jual bensin dengan campuran bioetanol ini menjadi lebih mahal.

Jika bioetanol sebagai campuran BBM dapat bebas cukai, produksi bensin berkualitas yang ramah lingkungan dapat terus berlanjut. 

Kontributor: Fadlan Priatna



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 30 Agustus 2024

India Kebut Produksi Etanol dari Sari Tebu, Solusi BBM Berkelanjutan?

India menargetkan peningkatan produksi etanol sebagai campuran bensin sebesar 20 persen pada 2025/2026,

Iustrasi biofuel/ Kumar Metal Industries

Context.id, JAKARTA - India mengizinkan penggunaan sari tebu dan molase kelas B untuk memproduksi etanol sebagai bahan campuran bensin. Dalam pengumumannya pada Kamis (29/8/2024), Pemerintah India mengatakan aturan ini mulai berlaku pada 1 November 2024. 

Melansir Reuters, India menargetkan peningkatan produksi etanol sebagai campuran bensin sebesar 20 persen pada tahun 2025/2026, dari realisasi saat ini sebesar 13 persen. 

Negara Anak Benua itu juga memperbolehkan pabrik penyulingan membeli maksimal 2,3 juta ton beras dari Food Corporation of India–organisasi pemerintah untuk ketersediaan pangan– demi kepentingan memproduksi etanol.

Kedua kebijakan tersebut tidak hanya membantu meningkatkan produksi etanol dalam campuran bahan bakar tetapi juga membantu pabrik penyulingan agar tidak terlambat melakukan pembayaran kepada para petani tebu. 

Sebelumnya kedua aturan ini tidak berlaku. Mengutip The Economic Times, pada 7 Desember 2023, Pemerintah India melarang penggunaan sari tebu dan molase kelas B dalam pembuatan etanol dalam rangka memastikan pasokan gula yang cukup di pasar domestik. 



Selain itu, ada upaya untuk meningkatkan produksi gula yang turun akibat curah hujan yang tidak menentu serta mengendalikan harga. 

Saat itu, India hanya akan mengizinkan penggunaan molase kelas C, produk sampingan tebu yang hampir tidak memiliki kandungan gula di dalamnya untuk produksi etanol. 

Langkah-langkah ini akan membantu pengalihan 1,04 juta ton molase kelas B dan 2,14 juta ton sari tebu untuk peningkatan produksi gula, yang sebelumnya digunakan untuk produksi etanol. 

Pemerintah India memprediksi bahwa akan terjadi penurunan produksi gula. Menurut data Statista, produksi gula di India turun menjadi 34 juta ton pada musim 2023–2024, tahun sebelumnya pada periode yang sama menghasilkan gula sebesar 37 juta ton. 

Kebijakan Pemerintah India tersebut dianggap sebagai kemunduran bagi Industri. Melansir The Hindu, Asosiasi Pabrik Gula India mengatakan industri telah menginvestasikan sekitar ₹150 miliar untuk menciptakan kapasitas produksi etanol. 

Dalam tiga tahun terakhir, produksi etanol meningkat dari 2,8 juta kubik meter menjadi 76,6 juta kubik meter.

Menurut ISMA kebijakan tersebut pun masih mendatangkan peluang pengalihan 1,7 juta ton gula untuk produksi etanol dari total kapasitas produksi gula di India. 

India dengan cepat bergabung dengan jajaran produsen dan konsumen biofuel utama berkat serangkaian kebijakan terkoordinasi, dukungan politik tingkat tinggi, dan melimpahnya bahan baku. 

India kini menjadi produsen dan konsumen etanol terbesar ketiga di dunia berkat produksi yang meningkat hampir tiga kali lipat selama lima tahun terakhir.

Selama lima tahun ke depan, India berpotensi untuk melipatgandakan konsumsi dan produksi hampir tiga kali lipat dengan menghilangkan hambatan terhadap campuran etanol yang lebih tinggi dan mendiversifikasi penggunaan biofuel untuk menggantikan bahan bakar diesel dan jet. 

Namun, India perlu memperhatikan biaya, keberlanjutan bahan baku, dan menerapkan kebijakan yang mendukung biofuel lain di luar etanol.

India memiliki peluang lain untuk meningkatkan penggunaan biofuel global melalui Aliansi Biofuel Global, yang diluncurkan pada tahun 2023 bersama para pemimpin dari delapan negara lainnya. 

Sayangnya di Indonesia, pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN), khususnya untuk jenis bioetanol, sebagai sumber energi alternatif dan ramah lingkungan tidak bisa semaju di India. 

Di Indonesia BBN atau Biofuel yang masih terganja aturan pungutan bea cukai untuk produk etanol. Persoalan ini menjadikan biaya produksi yang belum efisien. 

Padahal negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Brasil, dan India berhasil mengembangkan dengan adanya berbagai insentif dari pemerintah. 

Pertamina Patra Niaga, Subholding Commercial & Trading Pertamina, mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk membebaskan cukai bagi bioetanol untuk campuran BBM.

Pasalnya, pengenaan cukai berdampak pada harga jual bensin dengan campuran bioetanol ini menjadi lebih mahal.

Jika bioetanol sebagai campuran BBM dapat bebas cukai, produksi bensin berkualitas yang ramah lingkungan dapat terus berlanjut. 

Kontributor: Fadlan Priatna



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Klaster AI Kempner Raih Predikat Superkomputer Hijau Tercepat di Dunia

Melalui peningkatan daya komputasi ini, kita dapat mempelajari lebih dalam bagaimana model generatif belajar untuk bernalar dan menyelesaikan tuga ...

Context.id . 23 November 2024

Apakah Asteroid yang Kaya Logam Mulia Ribuan Triliun Dolar Bisa Ditambang?

Sebuah wahana antariksa sedang dalam perjalanan menuju sebuah asteroid yang mungkin mengandung logam berharga senilai sekitar US 100 ribu kuadrili ...

Context.id . 22 November 2024

Sertifikasi Halal Perkuat Daya Saing Produk Dalam Negeri

Sertifikasi halal menjadi salah satu tameng bagi pengusaha makanan dan minuman dari serbuan produk asing.

Noviarizal Fernandez . 22 November 2024

Paus Fransiskus Bakal Kanonisasi Carlo Acutis, Santo Millenial Pertama

Paus Fransiskus akan mengkanonisasi Carlo Acutis pada 27 April 2025, menjadikannya santo millenial pertama dan simbol kesatuan iman dengan dunia d ...

Context.id . 22 November 2024