Kecerdasan Buatan Bisa Deteksi Kanker Payudara
AI berperan membantu radiolog mengidentifikasi kanker payudara tahap awal melalui peningkatan kualitas citra agar struktur anatomi payudara bisa terlihat jelas
Context.id, JAKARTA - Kanker payudara merupakan penyakit yang melanda kaum perempuan akibat sel-sel abnormal di payudara tumbuh tanpa terkendali.
Ada beberapa jenis kanker payudara, yang diklasifikan berdasarkan di bagian payudara mana sel-sel tersebut tumbuh dan berubah menjadi kanker.
Melansir Centers for Disease Control and Prevention, payudara terdiri dari tiga bagian, lobulus (kelenjar yang memproduksi air susu), duktus (tabung yang membawa air susu menuju puting), dan jaringan ikat (yang berfungsi menyatukan lobulus dan duktus).
Sebagian besar kanker payudara bermula di lobulus atau duktus. Pertumbuhan sel kanker pada bagian ini dapat dideteksi pada tahap awal.
Namun, apabila sudah menyebar ke jaringan payudara, maka akan terbentuk tumor yang menyebabkan benjolan.
BACA JUGA
Kanker payudara dapat menyebar ke luar payudara melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening yang berpotensi mengancam jiwa dan berakibat fatal.
Umumnya, ada dua jenis kanker payudara yaitu karsinoma duktal invasif dan karsinoma lobular invasif.
Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan pada tahun 2022, sebanyak 2,3 juta wanita didiagnosis menderita kanker payudara dengan jumlah kematian mencapai 670.000 kasus di seluruh dunia.
Namun, tingkat kematian akibat kanker payudara menurun 1,6 persen per tahun, dari 26,6 per 100 ribu wanita tahun 1999 menjadi 19,1 per 100 ribu wanita pada tahun 2020.
Kanker payudara dapat diobati dengan beberapa cara seperti operasi, kemoterapi, terapi hormonal, terapi biologis, terapi radiasi, serta pemberian obat yang teratur.
Saat ini, penggunaan kecerdasan buatan atau AI menjadi salah satu cara dalam mencegah kanker payudara.
Dalam mencegah kanker payudara, AI berfungsi untuk mendeteksi sel-sel kanker yang hinggap di payudara pada tahap awal.
Saat kanker payudara dapat diketahui secara dini, penderitanya cenderung dapat merencanakan tindakan yang tidak begitu agresif.
Mengutip Breast Cancer Research Foundation, umumnya deteksi dini kanker payudara melalui mamografi–pemeriksaan kelenjar payudara dengan sinar X.
Mamografi efektif untuk memeriksa kelainan pada payudara sebelum penderitanya mengalami benjolan.
Namun, mamografi masih memerlukan bantuan dari ultrasonografi (USG) dan magnetic resonance imaging (MRI) untuk mendeteksi sel kanker.
Meski begitu, mamografi, MRI, dan USG dapat membantu pencegahan kanker payudara. Penggunaan AI dalam meningkatkan teknologi skrining dan patologi menjadi hal yang penting.
Saat melakukan pemeriksaan kanker payudara, radiolog akan menjelaskan secara rinci setiap temuan sel yang berpotensi menjadi kanker seperti lokasi, ukuran, bentuk, dan kepadatan.
Praktik kerja radiolog ini akan lebih efisien dengan bantuan AI yang memberikan analisis data kuantitatif. AI juga secara otomatis menginterpretasikan hasil mamografi, USG, dan MRI pada payudara dengan lebih cepat.
AI berperan membantu radiolog mengidentifikasi kanker payudara pada tahap awal melalui peningkatan kualitas citra agar struktur anatomi payudara bisa terlihat dengan jelas.
Selain itu, perangkat yang didukung oleh AI dapat mendeteksi kelainan dan mengidentifikasi pola dan karakteristik sel kanker yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang.
Nantinya, ukuran dan bentuk tumor dapat diprediksi dengan akurat. Sinergi antara AI dan alat pendeteksi seperti USG, MRI, dan mamografi mempunyai potensi untuk memajukan pengobatan kanker payudara yang dapat membantu pengambilan keputusan klinis bagi para pasien.
Kontributor: Fadlan Priatna
RELATED ARTICLES
Kecerdasan Buatan Bisa Deteksi Kanker Payudara
AI berperan membantu radiolog mengidentifikasi kanker payudara tahap awal melalui peningkatan kualitas citra agar struktur anatomi payudara bisa terlihat jelas
Context.id, JAKARTA - Kanker payudara merupakan penyakit yang melanda kaum perempuan akibat sel-sel abnormal di payudara tumbuh tanpa terkendali.
Ada beberapa jenis kanker payudara, yang diklasifikan berdasarkan di bagian payudara mana sel-sel tersebut tumbuh dan berubah menjadi kanker.
Melansir Centers for Disease Control and Prevention, payudara terdiri dari tiga bagian, lobulus (kelenjar yang memproduksi air susu), duktus (tabung yang membawa air susu menuju puting), dan jaringan ikat (yang berfungsi menyatukan lobulus dan duktus).
Sebagian besar kanker payudara bermula di lobulus atau duktus. Pertumbuhan sel kanker pada bagian ini dapat dideteksi pada tahap awal.
Namun, apabila sudah menyebar ke jaringan payudara, maka akan terbentuk tumor yang menyebabkan benjolan.
BACA JUGA
Kanker payudara dapat menyebar ke luar payudara melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening yang berpotensi mengancam jiwa dan berakibat fatal.
Umumnya, ada dua jenis kanker payudara yaitu karsinoma duktal invasif dan karsinoma lobular invasif.
Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan pada tahun 2022, sebanyak 2,3 juta wanita didiagnosis menderita kanker payudara dengan jumlah kematian mencapai 670.000 kasus di seluruh dunia.
Namun, tingkat kematian akibat kanker payudara menurun 1,6 persen per tahun, dari 26,6 per 100 ribu wanita tahun 1999 menjadi 19,1 per 100 ribu wanita pada tahun 2020.
Kanker payudara dapat diobati dengan beberapa cara seperti operasi, kemoterapi, terapi hormonal, terapi biologis, terapi radiasi, serta pemberian obat yang teratur.
Saat ini, penggunaan kecerdasan buatan atau AI menjadi salah satu cara dalam mencegah kanker payudara.
Dalam mencegah kanker payudara, AI berfungsi untuk mendeteksi sel-sel kanker yang hinggap di payudara pada tahap awal.
Saat kanker payudara dapat diketahui secara dini, penderitanya cenderung dapat merencanakan tindakan yang tidak begitu agresif.
Mengutip Breast Cancer Research Foundation, umumnya deteksi dini kanker payudara melalui mamografi–pemeriksaan kelenjar payudara dengan sinar X.
Mamografi efektif untuk memeriksa kelainan pada payudara sebelum penderitanya mengalami benjolan.
Namun, mamografi masih memerlukan bantuan dari ultrasonografi (USG) dan magnetic resonance imaging (MRI) untuk mendeteksi sel kanker.
Meski begitu, mamografi, MRI, dan USG dapat membantu pencegahan kanker payudara. Penggunaan AI dalam meningkatkan teknologi skrining dan patologi menjadi hal yang penting.
Saat melakukan pemeriksaan kanker payudara, radiolog akan menjelaskan secara rinci setiap temuan sel yang berpotensi menjadi kanker seperti lokasi, ukuran, bentuk, dan kepadatan.
Praktik kerja radiolog ini akan lebih efisien dengan bantuan AI yang memberikan analisis data kuantitatif. AI juga secara otomatis menginterpretasikan hasil mamografi, USG, dan MRI pada payudara dengan lebih cepat.
AI berperan membantu radiolog mengidentifikasi kanker payudara pada tahap awal melalui peningkatan kualitas citra agar struktur anatomi payudara bisa terlihat dengan jelas.
Selain itu, perangkat yang didukung oleh AI dapat mendeteksi kelainan dan mengidentifikasi pola dan karakteristik sel kanker yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang.
Nantinya, ukuran dan bentuk tumor dapat diprediksi dengan akurat. Sinergi antara AI dan alat pendeteksi seperti USG, MRI, dan mamografi mempunyai potensi untuk memajukan pengobatan kanker payudara yang dapat membantu pengambilan keputusan klinis bagi para pasien.
Kontributor: Fadlan Priatna
POPULAR
RELATED ARTICLES