Share

Stories 27 Februari 2024

Melalui 4 Pilar ini Kanker Serviks Dapat Dicegah

Indonesia menduduki peringkat keempat pada angka kematian yang disebabkan oleh kanker serviks

Context.id, JAKARTA - Indonesia menduduki peringkat ketiga tertinggi sebagai kawasan dengan angka kasus baru dan peringkat keempat pada angka kematian yang disebabkan oleh kanker serviks berdasarkan data WHO Regional Asia Tenggara. 

Sementara International Agency for Research on Cancer (IARC) memperkirakan jumlah kasus baru mencapai 408.661 dengan 242.988 angka kematian di Indonesia pada tahun 2022 silam.

Bahkan, IARC memprediksikan peningkatan kasus kanker sebesar 77% di tahun 2050 seperti dilansir dari laman Kemenkes.

Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono berpendapat bahwa tujuh puluh persen perempuan terdiagnosis kanker serviks stadium lanjut. Di sisi lain pengobatan pada stadium ini masih kurang efektif. 
 
"Kanker serviks merupakan kanker kedua yang paling umum terjadi pada perempuan di Indonesia. Namun, 70% perempuan terdiagnosis kanker serviks sudah memasuki stadium lanjut. Padahal, pengobatan pada stadium ini menjadi kurang efektif. Akibatnya, 50% perempuan yang terdiagnosis kanker serviks meninggal dunia karena penyakit tersebut", ungkapnya.

Kanker serviks adalah kondisi tidak terkendalinya pertumbuhan sel-sel ganas yang terjadi pada leher rahim/serviks. Kanker ini disebabkan oleh infeksi persisten Human Papilloma Virus (HPV) onkogenik. 



Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) melakukan berbagai tindakan untuk mendukung turunnya penghapusan kanker serviks melalui Rencana Aksi Nasional (RAN) yang telah diluncurkan pada 2023 lalu. 

Terdapat empat pilar penting pada RAN Eliminasi Kanker Serviks, di antaranya Pilar 1 yang memberikan pelayanan mengenai vaksinasi, skrining, hingga tata laksana.

Pilar 2 yaitu pemberian edukasi, penyuluhan, dan pelatihan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan petugas kesehatan. 

Pilar selanjutnya yaitu pendorong kemajuan berisi kegiatan monitoring, evaluasi, penelitian dan pendukung digital (digital enablers).

Pilar 4 pengelolaan dan pengorganisasian berisi kegiatan tata kelola dan kebijakan, pembiayaan untuk eliminasi, kolaborasi dan kemitraan antar-sektor.

Kemenkes berencana melakukan tahap vaksinasi, skrining dan tata kelola dengan dua fase. Di fase pertama dilakukan pada 2023-2027 dan fase ke-2 pada 2028-2030.

Vaksinasi
Melalui agenda pemberian vaksinasi menargetkan 90% anak perempuan usia 11 dan 12. Serta anak perempuan yang belum menerima vaksin berusia 15 tahun.

Di fase selanjutnya dilakukan vaksinasi lengkap untuk anak perempuan dan laki-laki usia 11 dan 12 tahun dengan target 90%. 

Lalu Kemenkes akan melakukan vaksinasi lanjutan pada anak perempuan dengan usia 15 tahun. Serta seluruh perempuan dewasa dengan usia di atas 21-26 tahun menyesuaikan permintaan dan kebutuhan. 

Sedangkan untuk skrining, perempuan berusia 30-69 tahun akan diskrining menggunakan tes DNA HPV dengan target 70%. Fase selanjutnya, sebanyak 75% perempuan dengan usia 30-69 tahun dilakukan skrining selama 10 tahun sekali. 

Pada pilar ini juga dilakukan kotesling yang bertujuan untuk mengambil sampel serta mengamati langsung adanya tanda atau lesi pra-kanker serviks.

Para perempuan dengan lesi pra-kanker maupun telah terdiagnosis kanker serviks Kemenkes menyediakan jalur pengobatan tepat waktu dan menyeluruh. 

Melalui tata laksana sebanyak 90% serviks yang terinfeksi HPV berisiko tinggi dapat tereliminasi. Namun sayangnya HPV yang tidak terdeteksi dan tereliminasi lambat laun akan menjadi kanker yang disebut sebagai pra-kanker. 

Shanty Eka, penyintas kanker serviks dan anggota komunitas kanker CISC berbagi pengalamannya selama menjadi penyintas kanker serviks.

Ia melewati berbagai tahap proses penyembuhan mulai dari operasi, terapi, 25 kali radiasi luar, hingga tiga kali radiasi dalam. Ia berharap melalui program ini dapat mencegah kanker serviks bagi semua perempuan di Indonesia. 

“Dengan adanya program eliminasi kanker serviks, saya ingin sekali semua perempuan di Indonesia mendapatkan vaksinasi agar tidak ada perempuan-perempuan Indonesia yang terkena kanker serviks,” katanya. 

Penulis: Diandra Zahra



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 27 Februari 2024

Melalui 4 Pilar ini Kanker Serviks Dapat Dicegah

Indonesia menduduki peringkat keempat pada angka kematian yang disebabkan oleh kanker serviks

Context.id, JAKARTA - Indonesia menduduki peringkat ketiga tertinggi sebagai kawasan dengan angka kasus baru dan peringkat keempat pada angka kematian yang disebabkan oleh kanker serviks berdasarkan data WHO Regional Asia Tenggara. 

Sementara International Agency for Research on Cancer (IARC) memperkirakan jumlah kasus baru mencapai 408.661 dengan 242.988 angka kematian di Indonesia pada tahun 2022 silam.

Bahkan, IARC memprediksikan peningkatan kasus kanker sebesar 77% di tahun 2050 seperti dilansir dari laman Kemenkes.

Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono berpendapat bahwa tujuh puluh persen perempuan terdiagnosis kanker serviks stadium lanjut. Di sisi lain pengobatan pada stadium ini masih kurang efektif. 
 
"Kanker serviks merupakan kanker kedua yang paling umum terjadi pada perempuan di Indonesia. Namun, 70% perempuan terdiagnosis kanker serviks sudah memasuki stadium lanjut. Padahal, pengobatan pada stadium ini menjadi kurang efektif. Akibatnya, 50% perempuan yang terdiagnosis kanker serviks meninggal dunia karena penyakit tersebut", ungkapnya.

Kanker serviks adalah kondisi tidak terkendalinya pertumbuhan sel-sel ganas yang terjadi pada leher rahim/serviks. Kanker ini disebabkan oleh infeksi persisten Human Papilloma Virus (HPV) onkogenik. 



Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) melakukan berbagai tindakan untuk mendukung turunnya penghapusan kanker serviks melalui Rencana Aksi Nasional (RAN) yang telah diluncurkan pada 2023 lalu. 

Terdapat empat pilar penting pada RAN Eliminasi Kanker Serviks, di antaranya Pilar 1 yang memberikan pelayanan mengenai vaksinasi, skrining, hingga tata laksana.

Pilar 2 yaitu pemberian edukasi, penyuluhan, dan pelatihan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan petugas kesehatan. 

Pilar selanjutnya yaitu pendorong kemajuan berisi kegiatan monitoring, evaluasi, penelitian dan pendukung digital (digital enablers).

Pilar 4 pengelolaan dan pengorganisasian berisi kegiatan tata kelola dan kebijakan, pembiayaan untuk eliminasi, kolaborasi dan kemitraan antar-sektor.

Kemenkes berencana melakukan tahap vaksinasi, skrining dan tata kelola dengan dua fase. Di fase pertama dilakukan pada 2023-2027 dan fase ke-2 pada 2028-2030.

Vaksinasi
Melalui agenda pemberian vaksinasi menargetkan 90% anak perempuan usia 11 dan 12. Serta anak perempuan yang belum menerima vaksin berusia 15 tahun.

Di fase selanjutnya dilakukan vaksinasi lengkap untuk anak perempuan dan laki-laki usia 11 dan 12 tahun dengan target 90%. 

Lalu Kemenkes akan melakukan vaksinasi lanjutan pada anak perempuan dengan usia 15 tahun. Serta seluruh perempuan dewasa dengan usia di atas 21-26 tahun menyesuaikan permintaan dan kebutuhan. 

Sedangkan untuk skrining, perempuan berusia 30-69 tahun akan diskrining menggunakan tes DNA HPV dengan target 70%. Fase selanjutnya, sebanyak 75% perempuan dengan usia 30-69 tahun dilakukan skrining selama 10 tahun sekali. 

Pada pilar ini juga dilakukan kotesling yang bertujuan untuk mengambil sampel serta mengamati langsung adanya tanda atau lesi pra-kanker serviks.

Para perempuan dengan lesi pra-kanker maupun telah terdiagnosis kanker serviks Kemenkes menyediakan jalur pengobatan tepat waktu dan menyeluruh. 

Melalui tata laksana sebanyak 90% serviks yang terinfeksi HPV berisiko tinggi dapat tereliminasi. Namun sayangnya HPV yang tidak terdeteksi dan tereliminasi lambat laun akan menjadi kanker yang disebut sebagai pra-kanker. 

Shanty Eka, penyintas kanker serviks dan anggota komunitas kanker CISC berbagi pengalamannya selama menjadi penyintas kanker serviks.

Ia melewati berbagai tahap proses penyembuhan mulai dari operasi, terapi, 25 kali radiasi luar, hingga tiga kali radiasi dalam. Ia berharap melalui program ini dapat mencegah kanker serviks bagi semua perempuan di Indonesia. 

“Dengan adanya program eliminasi kanker serviks, saya ingin sekali semua perempuan di Indonesia mendapatkan vaksinasi agar tidak ada perempuan-perempuan Indonesia yang terkena kanker serviks,” katanya. 

Penulis: Diandra Zahra



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Apakah Asteroid yang Kaya Logam Mulia Ribuan Triliun Dolar Bisa Ditambang?

Sebuah wahana antariksa sedang dalam perjalanan menuju sebuah asteroid yang mungkin mengandung logam berharga senilai sekitar US 100 ribu kuadrili ...

Context.id . 22 November 2024

Sertifikasi Halal Perkuat Daya Saing Produk Dalam Negeri

Sertifikasi halal menjadi salah satu tameng bagi pengusaha makanan dan minuman dari serbuan produk asing.

Noviarizal Fernandez . 22 November 2024

Paus Fransiskus Bakal Kanonisasi Carlo Acutis, Santo Millenial Pertama

Paus Fransiskus akan mengkanonisasi Carlo Acutis pada 27 April 2025, menjadikannya santo millenial pertama dan simbol kesatuan iman dengan dunia d ...

Context.id . 22 November 2024

Benar-benar Komedi, Pisang Dilakban Bisa Dilelang hingga Rp98,8 Miliar

Karya seni konseptual pisang karya Maurizio Cattelan, \"Comedian,\" saat dilelang di rumah lelang Sotheby’s jatuh ke tangan seorang pengusaha kr ...

Context.id . 22 November 2024