Share

Home Stories

Stories 10 Mei 2024

Bahaya! Varian Rasa Liquid Vape Picu Kanker Paru

Beberapa varian cairan isi ulang vape rasa buah seperti stroberi, melon, dan blueberry menghasilkan senyawa berbahaya yang disebut karbonil

Context.id, JAKARTA - Penelitian terbaru yang dilakukan RSCI University of Medicine and Health Science, Dublin menemukan kandungan bahan kimia yang digunakan dalam produk rasa rokok elektrik Vape sangat berbahaya ketika dipanaskan dan dihirup.

Melansir The Guardian, penelitian yang menganalisis komposisi kimia dari 180 rasa vape itu mendapati beberapa varian cairan isi ulang  atau liquid vape rasa buah seperti stroberi, melon, dan blueberry menghasilkan senyawa berbahaya yang disebut karbonil.

Senyawa tersebut sangat berbahaya untuk kesehatan tubuh, karena memicu dampak negatif terhadap kesehatan pengguna seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), penyakit kardiovaskular, dan kanker.

Tak hanya itu, penelitian yang dilakukan salah satu kampus di Dublin ini juga menemukan jika Vape dapat menghasilkan 127 bahan kimia beracun, 153 bahan kimia yang berbahaya dan 225 bahan kimia yang menyebabkan iritasi.

Bahkan penelitian yang dibantu dengan teknologi kecerdasan buatan atau AI itu juga menemukan setidaknya terdapat satu produk yang diklasifikasikan berbahaya bagi kesehatan berdasarkan klasifikasi penyedap rasa Vape.



“Sangat penting untuk memahami dampak vape beraroma pada kesehatan sebelum terlambat,” jelas Profesor Kimia RCSI, Donal O'Shea, seperti dikutip, Jumat, (10/5).

Terlebih lagi menurut penelitian tersebut popularitas Vape di kalangan remaja semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir.  

“Sangat masuk akal bahwa kita berada di puncak gelombang baru penyakit kronis yang akan muncul 15 hingga 20 tahun dari sekarang karena paparan ini.” ujar Donal O'Shea.

Tak hanya itu, tim peneliti juga menyimpulkan perlunya pembatasan khusus atau regulasi khusus untuk mencegah risiko kesehatan yang lebih parah. 

“Tanpa regulasi yang komprehensif, ada resiko besar untuk mentransfer masalah kesehatan baru ke generasi yang lebih muda.” tegas O'Shea.

Senada dengan O'Shea, penasihat khusus Royal College of Physicians Prof Sanjay Agrawal juga menyatakan bahwa Vape tidak bebas resiko, hanya boleh digunakan untuk meminimalisir seseorang yang kecanduan tembakau dan tidak untuk tujuan lain.

“Vaping tidak bebas risiko, jadi mereka yang tidak merokok, termasuk anak-anak dan remaja, juga tidak boleh menggunakan Vape,” jelas Agrawal

Penulis: Candra Sumirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 10 Mei 2024

Bahaya! Varian Rasa Liquid Vape Picu Kanker Paru

Beberapa varian cairan isi ulang vape rasa buah seperti stroberi, melon, dan blueberry menghasilkan senyawa berbahaya yang disebut karbonil

Context.id, JAKARTA - Penelitian terbaru yang dilakukan RSCI University of Medicine and Health Science, Dublin menemukan kandungan bahan kimia yang digunakan dalam produk rasa rokok elektrik Vape sangat berbahaya ketika dipanaskan dan dihirup.

Melansir The Guardian, penelitian yang menganalisis komposisi kimia dari 180 rasa vape itu mendapati beberapa varian cairan isi ulang  atau liquid vape rasa buah seperti stroberi, melon, dan blueberry menghasilkan senyawa berbahaya yang disebut karbonil.

Senyawa tersebut sangat berbahaya untuk kesehatan tubuh, karena memicu dampak negatif terhadap kesehatan pengguna seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), penyakit kardiovaskular, dan kanker.

Tak hanya itu, penelitian yang dilakukan salah satu kampus di Dublin ini juga menemukan jika Vape dapat menghasilkan 127 bahan kimia beracun, 153 bahan kimia yang berbahaya dan 225 bahan kimia yang menyebabkan iritasi.

Bahkan penelitian yang dibantu dengan teknologi kecerdasan buatan atau AI itu juga menemukan setidaknya terdapat satu produk yang diklasifikasikan berbahaya bagi kesehatan berdasarkan klasifikasi penyedap rasa Vape.



“Sangat penting untuk memahami dampak vape beraroma pada kesehatan sebelum terlambat,” jelas Profesor Kimia RCSI, Donal O'Shea, seperti dikutip, Jumat, (10/5).

Terlebih lagi menurut penelitian tersebut popularitas Vape di kalangan remaja semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir.  

“Sangat masuk akal bahwa kita berada di puncak gelombang baru penyakit kronis yang akan muncul 15 hingga 20 tahun dari sekarang karena paparan ini.” ujar Donal O'Shea.

Tak hanya itu, tim peneliti juga menyimpulkan perlunya pembatasan khusus atau regulasi khusus untuk mencegah risiko kesehatan yang lebih parah. 

“Tanpa regulasi yang komprehensif, ada resiko besar untuk mentransfer masalah kesehatan baru ke generasi yang lebih muda.” tegas O'Shea.

Senada dengan O'Shea, penasihat khusus Royal College of Physicians Prof Sanjay Agrawal juga menyatakan bahwa Vape tidak bebas resiko, hanya boleh digunakan untuk meminimalisir seseorang yang kecanduan tembakau dan tidak untuk tujuan lain.

“Vaping tidak bebas risiko, jadi mereka yang tidak merokok, termasuk anak-anak dan remaja, juga tidak boleh menggunakan Vape,” jelas Agrawal

Penulis: Candra Sumirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Ketika Google AI Jadi Penata Gaya Kostum Pribadi

Bosan menebak-nebak apakah jaket baru itu bakal cocok dengan bentuk badanmu? Google punya jawabannya dan jawabannya bukan coba-coba, tapi algoritma.

Renita Sukma . 22 May 2025

Bioskop Tua dan Jejak Politik yang Tak Pernah Usai

Bagi Yosep Anggi Noen, gedung bioskop bukan sekadar tempat memutar film, tapi ruang yang menjadi saksi propaganda rezim dan ruang tarik ulur suara ...

Renita Sukma . 21 May 2025

Netflix, Iklan dan Ilusi Tanpa Jeda

Netflix punya visi untuk membuat iklan tidak terlihat seperti pariwara melainkan berbaur dalam serial atau film yang sedang ditonton

Noviarizal Fernandez . 20 May 2025

Gen Z Lawan Krisis Iklim, Suara Nina dari Gresik

Aktivis muda Aeshnina Azzahra atau Nina lantang mengkritik produsen dan pemerintah soal krisis iklim dan sampah plastik di Indonesia

Renita Sukma . 20 May 2025