Menyambangi Kebun Teh Pertama di Bali
Bali terkenal dengan produk kopinya namun teh mulai naik daun
Context.id, DENPASAR - Salah satu produk pertanian dari Bali yang terkenal adalah kopi. Namun, siapa sangka, di daerah ini ada produk teh yang tengah naik daun?
Brew Me Find Blend, saat ini merupakan satu-satunya produk teh asal Pulau Dewata.
Produk ini teh kering dari tanaman yang dibudidayakan secara massal di daerah Baturiti, Kabupaten Tabanan yang terhampar di dua desa yakni Mayungan dan Angsri.
Secara total, luasan perkenunan teh di dua desa itu mencapai 50 hektare dan sekaligus merupakan perkebunan teh pertama dan satu-satunya di Bali.
Pada Kamis (29/8/2024), Context berkesepatan menyambangi 25 hektare perkebunan di Mayungan.
BACA JUGA
Jalan yang berkelok dan menanjak dari Denpasar, terlebih pada fase Baturiti menuju Mayungan yang sempit, cukup menyiutkan nyali. Pemandangan aneka kebun sayur tak cukup kuat mengusir kerisauan.
Namun, segala kerisauan itu terbayar tuntas begitu sampai di perkebunan Mayungan dengan udara segar, langit biru dengan latar belakang Gunung Agung yang polos tanpa awan.
Perkebunan teh di Pulau Bali merupakan pemikiran panjang seorang pengusaha asal Bali, Ketut Gede Yudantara.
Setelah melanglang buana memiliki usaha di berbagai daerah, dia kemudian menancapkan visi menjadikan Bali, tidak hanya dikenal dengan pariwisatanya, tetapi juga dikenal dengan produk-produk berkualitas, salah satunya minuman teh.
Produk teh tersebut diharapkan menjadi ikon minuman Indonesia dan menjadi salah satu produk lokal yang mendunia.
“Di awal tahun 2000-an, banyak produk teh premium yang beredar di Indonesia maupun di Pulau Bali merupakan produk impor, sehingga dengan kehadiran brand kami sudah menguasai pasar teh artisan dapat menyaingi produk impor tersebut," ujar Tjokorda Alit Darma Putra, Direktur Brew Me Tea.
Dia melanjutkan, produk teh otu pun mulai mengembangkan pasar di luar Bali, seperti Jakarta, Jawa, Sumatra, Nusa Tenggara Barat, bahkan merambah pasar internasional.
"Untuk pasar internasional kami sudah menjajaki Singapura, China dan Amerika Serikat," tuturnya.
Dalam mengelola perkebunan itu, pihaknya memperhatikan tata kelola berprinsip environment, social, and governance (ESG). Tigs jenis tanaman teh, brahma, gangga, dan shinta, ditanam dan dirawat secara organik.
"Kami tidak menggunakan pupuk atau pestisida alami. Kalau ada hama pun kami menggunakan pestisida alami berupa rendaman air daun bluntas dan campuran daun lainnya, jelas I Komang Gede Agus Wira Susila, head plantation perkebunan.
Pihaknya juga melibatkan masyarakat sekitar dalam setiap proses produksi awal mulai dari pemetikan, penyortiran, dan pengeringan. Secara keseluruhan, ada sekitar 70-an warga sekitar yang terlibat dalam proses produksi itu.
Agus Wira Susila melanjutkan, setiap ha perkebunan mampu menghasilkan 3 ton daun teh pertahun jadi 50 ha sehingga setiap tahun, perkebunan itu menghasilkan 150 ton daun trh kering yang kemudian diolah dan dipasarkan dengan merk Brew Me Tea.
"Kami juga konsisten melakukan pengujian secara terus-menerus dan inovasi berkelanjutan yang terus ditingkatkan untuk menghadirkan produk-produk dengan kualitas terbaik dan berbeda, "paparnya.
Segala proses produksi itu kemudian bwrmuara pada penjualan. Corporate Sales & Marketing Manager Brew Me Tea, Putu Gede Dananjaya menjelaskan partisipasi pihaknya di platform penjualan daring seperti Tokopedia dan ShopTokopedia, membawa produknya bisa diakses masyarakat di seluruh penjuru Indonesia.
"Sejak bergabung, penjualan online bisa mencapai 80%," ucapnya.
Director of Communication Tokopedia and TikTok E-commerce, Nuraini Razak, mengatakan, peningkatan penjualan produk teh itu merupakan buah dari kampanye beli lokal.
"Kampanye Beli Lokal di Tokopedia mendorong kategori produk makanan dan miinuman menjadi salah satu kategori produk yang paling laris selama enam bulan terakhir secara nasional, dengan kenaikan penjualan yang mencapai hampir 2 kali lipat," ujarnya.
Kampanye ini, tuturnya, juga terbukti telah menjangkau berbagai daerah di Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa daerah dengan jumlah transaksi paling tinggi lewat kampanye Beli Lokal di Tokopedia, antara lain, seluruh Pulau Jawa, Bali, Sumatra Utara, Sumatra Selatan dan Lampung.
RELATED ARTICLES
Menyambangi Kebun Teh Pertama di Bali
Bali terkenal dengan produk kopinya namun teh mulai naik daun
Context.id, DENPASAR - Salah satu produk pertanian dari Bali yang terkenal adalah kopi. Namun, siapa sangka, di daerah ini ada produk teh yang tengah naik daun?
Brew Me Find Blend, saat ini merupakan satu-satunya produk teh asal Pulau Dewata.
Produk ini teh kering dari tanaman yang dibudidayakan secara massal di daerah Baturiti, Kabupaten Tabanan yang terhampar di dua desa yakni Mayungan dan Angsri.
Secara total, luasan perkenunan teh di dua desa itu mencapai 50 hektare dan sekaligus merupakan perkebunan teh pertama dan satu-satunya di Bali.
Pada Kamis (29/8/2024), Context berkesepatan menyambangi 25 hektare perkebunan di Mayungan.
BACA JUGA
Jalan yang berkelok dan menanjak dari Denpasar, terlebih pada fase Baturiti menuju Mayungan yang sempit, cukup menyiutkan nyali. Pemandangan aneka kebun sayur tak cukup kuat mengusir kerisauan.
Namun, segala kerisauan itu terbayar tuntas begitu sampai di perkebunan Mayungan dengan udara segar, langit biru dengan latar belakang Gunung Agung yang polos tanpa awan.
Perkebunan teh di Pulau Bali merupakan pemikiran panjang seorang pengusaha asal Bali, Ketut Gede Yudantara.
Setelah melanglang buana memiliki usaha di berbagai daerah, dia kemudian menancapkan visi menjadikan Bali, tidak hanya dikenal dengan pariwisatanya, tetapi juga dikenal dengan produk-produk berkualitas, salah satunya minuman teh.
Produk teh tersebut diharapkan menjadi ikon minuman Indonesia dan menjadi salah satu produk lokal yang mendunia.
“Di awal tahun 2000-an, banyak produk teh premium yang beredar di Indonesia maupun di Pulau Bali merupakan produk impor, sehingga dengan kehadiran brand kami sudah menguasai pasar teh artisan dapat menyaingi produk impor tersebut," ujar Tjokorda Alit Darma Putra, Direktur Brew Me Tea.
Dia melanjutkan, produk teh otu pun mulai mengembangkan pasar di luar Bali, seperti Jakarta, Jawa, Sumatra, Nusa Tenggara Barat, bahkan merambah pasar internasional.
"Untuk pasar internasional kami sudah menjajaki Singapura, China dan Amerika Serikat," tuturnya.
Dalam mengelola perkebunan itu, pihaknya memperhatikan tata kelola berprinsip environment, social, and governance (ESG). Tigs jenis tanaman teh, brahma, gangga, dan shinta, ditanam dan dirawat secara organik.
"Kami tidak menggunakan pupuk atau pestisida alami. Kalau ada hama pun kami menggunakan pestisida alami berupa rendaman air daun bluntas dan campuran daun lainnya, jelas I Komang Gede Agus Wira Susila, head plantation perkebunan.
Pihaknya juga melibatkan masyarakat sekitar dalam setiap proses produksi awal mulai dari pemetikan, penyortiran, dan pengeringan. Secara keseluruhan, ada sekitar 70-an warga sekitar yang terlibat dalam proses produksi itu.
Agus Wira Susila melanjutkan, setiap ha perkebunan mampu menghasilkan 3 ton daun teh pertahun jadi 50 ha sehingga setiap tahun, perkebunan itu menghasilkan 150 ton daun trh kering yang kemudian diolah dan dipasarkan dengan merk Brew Me Tea.
"Kami juga konsisten melakukan pengujian secara terus-menerus dan inovasi berkelanjutan yang terus ditingkatkan untuk menghadirkan produk-produk dengan kualitas terbaik dan berbeda, "paparnya.
Segala proses produksi itu kemudian bwrmuara pada penjualan. Corporate Sales & Marketing Manager Brew Me Tea, Putu Gede Dananjaya menjelaskan partisipasi pihaknya di platform penjualan daring seperti Tokopedia dan ShopTokopedia, membawa produknya bisa diakses masyarakat di seluruh penjuru Indonesia.
"Sejak bergabung, penjualan online bisa mencapai 80%," ucapnya.
Director of Communication Tokopedia and TikTok E-commerce, Nuraini Razak, mengatakan, peningkatan penjualan produk teh itu merupakan buah dari kampanye beli lokal.
"Kampanye Beli Lokal di Tokopedia mendorong kategori produk makanan dan miinuman menjadi salah satu kategori produk yang paling laris selama enam bulan terakhir secara nasional, dengan kenaikan penjualan yang mencapai hampir 2 kali lipat," ujarnya.
Kampanye ini, tuturnya, juga terbukti telah menjangkau berbagai daerah di Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa daerah dengan jumlah transaksi paling tinggi lewat kampanye Beli Lokal di Tokopedia, antara lain, seluruh Pulau Jawa, Bali, Sumatra Utara, Sumatra Selatan dan Lampung.
POPULAR
RELATED ARTICLES