WHO Peringatkan Waspadai Wabah Cacar Monyet
WHO meminta dunia bersiap karena kasus cacar monyet mengalami peningkatan sebesar 160% kasus di 18 negara dibandingkan periode yang sama tahun lalu
Context.id, JAKARTA - Badan Kesehatan Publik di Afrika mengumumkan darurat seiring penyebaran wabah virus mpox atau cacar monyet di Republik Demokratik Kongo ke negara-negara tetangga seperti Burundi, Kenya, Rwanda, dan Uganda pada Selasa (13/8/2024).
Melansir situs Badan Kesehatan Dunia (WHO), hingga Mei 2024, total kasus virus mpox di Kongo mencapai 7.851 kasus, dengan 384 kasus kematian.
Kasus-kasus ini terjadi di 177 dari 519 zona kesehatan yang tersebar di 26 provinsi di Kenya.
Sebelumnya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (Africa Centres for Disease Control and Prevention) telah memperingatkan tingkat penyebaran infeksi virus mpox yang ditularkan melalui kontak fisik pada minggu lalu.
Melansir Reuters, menurut data dari badan tersebut, jumlah kasus mpox di benua Afrika pada tahun ini mencapai 17.000 kasus dengan 500 kematian.
BACA JUGA
Angka ini mengalami peningkatan sebesar 160% dari periode yang sama tahun lalu. Sebanyak 18 negara juga telah melaporkan kasus serupa.
Imbas lonjakan kasus cacar monyet di benua Afrika, WHO pada Rabu (14/8/2024) menyatakan wabah virus mpox di Afrika sebagai darurat kesehatan global.
Pernyataan WHO ini sekaligus menjadi alarm untuk negara-negara di dunia untuk melakukan persiapan dalam mengendalikan virus mpox.
Sebelumnya WHO juga pernah menyatakan virus cacar monyet sebagai kondisi darurat pada Juli 2022. Hal itu dilakukan setelah virus tersebut tersebar ke 70 negara yang sebagian besar menjangkit penyuka sesama jenis. Kondisi darurat ini berakhir pada Mei 2023.
Virus mpox merupakan varian virus yang dapat menjangkit manusia dan hewan. Seperti ditulis Al Jazeera, virus ini masuk ke dalam kelompok virus dengan genus Orthopoxvirus, yang dapat menyebabkan cacar disertai dengan ruam, benjolan, dan kulit yang melepuh.
Asal muasal penamaan virus “cacar monyet” ini dilakukan mengidentifikasi monyet di Denmark tahun 1958.
Kasus virus cacar monyet pertama pada manusia dilaporkan terjadi pada 1970 yang menjangkiti anak laki-laki berusia sembilan tahun di Kongo.
Virus mpox dapat menular melalui kontak langsung dengan manusia atau hewan yang terinfeksi.
Penularan dari hewan ke manusia umumnya melalui gigitan, cakaran, atau interaksi dengan darah, cairan, atau luka hewan tersebut.
Sementara untuk penularan antar manusia, dapat terjadi dengan sentuhan kulit atau droplet cairan dan pernapasan orang yang terjangkit.
Untuk mendeteksi virus cacar monyet, ada beberapa gejala yang muncul apabila terinfeksi seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, ruam yang muncul di wajah, tangan, kaki, dan bagian tubuh lainnya.
Nantinya, ruam tersebut akan membentuk pustula–benjolan pada kulit yang berisi nanah– berwarna kuning atau putih.
Infeksi virus cacar monyet dapat terjadi selama empat minggu. Gejalanya dapat muncul setelah tiga sampai 21 hari.
Namun, penularan virus berpotensi terjadi dari hari pertama sampai hari keempat sebelum gejala muncul. Untuk mengidentifikasi virus cacar monyet, dapat dilakukan pengujian cairan yang diambil dari ruam.
Dalam upaya mencegah dan mengobati virus mpox, sebuah vaksin bernama TPOXX, yang mulanya untuk cacar, sedang dipelajari untuk mengatasi mpox.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat pun telah menyetujui vaksin JYNNEOS (dikenal dengan Imvamune atau Imvanex, sebagai vaksin virus cacar monyet untuk usia 18 tahun ke atas.
Melansir situs Africa CDC, JYNNEOS merupakan vaksin dengan dua dosis yang dikembangkan untuk melindungi dari virus mpox.
Agar mendapat perlindungan maksimal, seseorang perlu disuntikkan dua dosis vaksin tersebut. Dosis kedua diberikan dengan rentang empat minggu setelah dosis pertama.
Kontributor: Fadlan Priatna
RELATED ARTICLES
WHO Peringatkan Waspadai Wabah Cacar Monyet
WHO meminta dunia bersiap karena kasus cacar monyet mengalami peningkatan sebesar 160% kasus di 18 negara dibandingkan periode yang sama tahun lalu
Context.id, JAKARTA - Badan Kesehatan Publik di Afrika mengumumkan darurat seiring penyebaran wabah virus mpox atau cacar monyet di Republik Demokratik Kongo ke negara-negara tetangga seperti Burundi, Kenya, Rwanda, dan Uganda pada Selasa (13/8/2024).
Melansir situs Badan Kesehatan Dunia (WHO), hingga Mei 2024, total kasus virus mpox di Kongo mencapai 7.851 kasus, dengan 384 kasus kematian.
Kasus-kasus ini terjadi di 177 dari 519 zona kesehatan yang tersebar di 26 provinsi di Kenya.
Sebelumnya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (Africa Centres for Disease Control and Prevention) telah memperingatkan tingkat penyebaran infeksi virus mpox yang ditularkan melalui kontak fisik pada minggu lalu.
Melansir Reuters, menurut data dari badan tersebut, jumlah kasus mpox di benua Afrika pada tahun ini mencapai 17.000 kasus dengan 500 kematian.
BACA JUGA
Angka ini mengalami peningkatan sebesar 160% dari periode yang sama tahun lalu. Sebanyak 18 negara juga telah melaporkan kasus serupa.
Imbas lonjakan kasus cacar monyet di benua Afrika, WHO pada Rabu (14/8/2024) menyatakan wabah virus mpox di Afrika sebagai darurat kesehatan global.
Pernyataan WHO ini sekaligus menjadi alarm untuk negara-negara di dunia untuk melakukan persiapan dalam mengendalikan virus mpox.
Sebelumnya WHO juga pernah menyatakan virus cacar monyet sebagai kondisi darurat pada Juli 2022. Hal itu dilakukan setelah virus tersebut tersebar ke 70 negara yang sebagian besar menjangkit penyuka sesama jenis. Kondisi darurat ini berakhir pada Mei 2023.
Virus mpox merupakan varian virus yang dapat menjangkit manusia dan hewan. Seperti ditulis Al Jazeera, virus ini masuk ke dalam kelompok virus dengan genus Orthopoxvirus, yang dapat menyebabkan cacar disertai dengan ruam, benjolan, dan kulit yang melepuh.
Asal muasal penamaan virus “cacar monyet” ini dilakukan mengidentifikasi monyet di Denmark tahun 1958.
Kasus virus cacar monyet pertama pada manusia dilaporkan terjadi pada 1970 yang menjangkiti anak laki-laki berusia sembilan tahun di Kongo.
Virus mpox dapat menular melalui kontak langsung dengan manusia atau hewan yang terinfeksi.
Penularan dari hewan ke manusia umumnya melalui gigitan, cakaran, atau interaksi dengan darah, cairan, atau luka hewan tersebut.
Sementara untuk penularan antar manusia, dapat terjadi dengan sentuhan kulit atau droplet cairan dan pernapasan orang yang terjangkit.
Untuk mendeteksi virus cacar monyet, ada beberapa gejala yang muncul apabila terinfeksi seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, ruam yang muncul di wajah, tangan, kaki, dan bagian tubuh lainnya.
Nantinya, ruam tersebut akan membentuk pustula–benjolan pada kulit yang berisi nanah– berwarna kuning atau putih.
Infeksi virus cacar monyet dapat terjadi selama empat minggu. Gejalanya dapat muncul setelah tiga sampai 21 hari.
Namun, penularan virus berpotensi terjadi dari hari pertama sampai hari keempat sebelum gejala muncul. Untuk mengidentifikasi virus cacar monyet, dapat dilakukan pengujian cairan yang diambil dari ruam.
Dalam upaya mencegah dan mengobati virus mpox, sebuah vaksin bernama TPOXX, yang mulanya untuk cacar, sedang dipelajari untuk mengatasi mpox.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat pun telah menyetujui vaksin JYNNEOS (dikenal dengan Imvamune atau Imvanex, sebagai vaksin virus cacar monyet untuk usia 18 tahun ke atas.
Melansir situs Africa CDC, JYNNEOS merupakan vaksin dengan dua dosis yang dikembangkan untuk melindungi dari virus mpox.
Agar mendapat perlindungan maksimal, seseorang perlu disuntikkan dua dosis vaksin tersebut. Dosis kedua diberikan dengan rentang empat minggu setelah dosis pertama.
Kontributor: Fadlan Priatna
POPULAR
RELATED ARTICLES