Share

Home Stories

Stories 23 Mei 2022

Cacar Monyet Makin Gempar dan Menyebar

Penyakit cacar monyet atau monkeypox menggemparkan dunia. Kasus yang muncul sejak 7 Mei ini kini sudah menyebar di 12 negara termasuk Australia.

Partikel virus cacar monyet. - Istimewa -

Context.id, JAKARTA - Penyakit cacar monyet atau monkeypox menggemparkan dunia. Kasus yang muncul sejak 7 Mei ini kini sudah menyebar di 12 negara termasuk Australia dan masih belum diketahui penyebabnya.

Menurut data dari WHO, pada periode 13-21 Mei 2022, sudah terdapat 92 korban dari regional Eropa, Amerika Utara, dan Australia. Monkeypox sendiri merupakan virus zoonosis atau virus yang ditularkan dari hewan ke manusia dengan gejala yang sangat mirip dengan pasien cacar dan tidak menyebabkan kematian. Gejala yang timbul diawali dengan demam, sakit kepala parah, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri punggung, nyeri otot, dan lemas. 

Orang yang paling berisiko terkena virus ini adalah mereka yang pernah kontak fisik pada pengidap monkeypox. Virus ditularkan melalui kontak dekat dengan cairan tubuh, tetesan pernapasan, hingga bahan yang terkontaminasi seperti tempat tidur. Lalu, masa inkubasi cacar monyet pada umumnya hanya 6 hingga 13 hari. Namun, untuk beberapa kasus khusus, masa inkubasi bisa 5 hingga 21 hari.

Cacar monyet biasanya dapat sembuh dengan sendirinya, setelah gejala berlangsung selama 14-21 hari. Namun, kasus yang lebih parah dapat terjadi pada anak-anak, karena tingkat paparan virus yang berbeda, status kesehatan pasien tersebut, serta seberapa parah komplikasinya. 

Saat ini WHO sedang menyelidiki lebih lanjut mengenai penyakit ini. Mulai dari cara virus tersebut dapat bertahan di alam, hingga masa hidup virus tersebut.

 

Menyebar di Negara Non-endemik

Penyakit Monkeypox ini sebenarnya pernah mewabah di daratan Afrika pada 2018 dan 2019 silam. Namun, ketika ditelusuri, pengidap penyakit cacar monyet yang berada di Amerika dan Eropa ternyata tidak pernah mengadakan perjalanan langsung ke daerah Afrika, ataupun melakukan kontak dari para pendatang dari Afrika.

Oleh karena itu wabah ini cukup unik dan tidak biasa. Selain itu, muncul juga kekhawatiran angka penyebaran yang lebih tinggi. 
“(Wabah) ini langka dan tidak biasa,” ujar ahli epidemiologi, Susan Hopkins dalam pernyataannya, Senin (16/5/2022).

Negara yang merupakan endemik dari cacar monyet adalah Benin, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Kongo, Gabon, Ghana, Pantai Gading, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, Sierra Leone, dan Sudan Selatan.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Stories 23 Mei 2022

Cacar Monyet Makin Gempar dan Menyebar

Penyakit cacar monyet atau monkeypox menggemparkan dunia. Kasus yang muncul sejak 7 Mei ini kini sudah menyebar di 12 negara termasuk Australia.

Partikel virus cacar monyet. - Istimewa -

Context.id, JAKARTA - Penyakit cacar monyet atau monkeypox menggemparkan dunia. Kasus yang muncul sejak 7 Mei ini kini sudah menyebar di 12 negara termasuk Australia dan masih belum diketahui penyebabnya.

Menurut data dari WHO, pada periode 13-21 Mei 2022, sudah terdapat 92 korban dari regional Eropa, Amerika Utara, dan Australia. Monkeypox sendiri merupakan virus zoonosis atau virus yang ditularkan dari hewan ke manusia dengan gejala yang sangat mirip dengan pasien cacar dan tidak menyebabkan kematian. Gejala yang timbul diawali dengan demam, sakit kepala parah, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri punggung, nyeri otot, dan lemas. 

Orang yang paling berisiko terkena virus ini adalah mereka yang pernah kontak fisik pada pengidap monkeypox. Virus ditularkan melalui kontak dekat dengan cairan tubuh, tetesan pernapasan, hingga bahan yang terkontaminasi seperti tempat tidur. Lalu, masa inkubasi cacar monyet pada umumnya hanya 6 hingga 13 hari. Namun, untuk beberapa kasus khusus, masa inkubasi bisa 5 hingga 21 hari.

Cacar monyet biasanya dapat sembuh dengan sendirinya, setelah gejala berlangsung selama 14-21 hari. Namun, kasus yang lebih parah dapat terjadi pada anak-anak, karena tingkat paparan virus yang berbeda, status kesehatan pasien tersebut, serta seberapa parah komplikasinya. 

Saat ini WHO sedang menyelidiki lebih lanjut mengenai penyakit ini. Mulai dari cara virus tersebut dapat bertahan di alam, hingga masa hidup virus tersebut.

 

Menyebar di Negara Non-endemik

Penyakit Monkeypox ini sebenarnya pernah mewabah di daratan Afrika pada 2018 dan 2019 silam. Namun, ketika ditelusuri, pengidap penyakit cacar monyet yang berada di Amerika dan Eropa ternyata tidak pernah mengadakan perjalanan langsung ke daerah Afrika, ataupun melakukan kontak dari para pendatang dari Afrika.

Oleh karena itu wabah ini cukup unik dan tidak biasa. Selain itu, muncul juga kekhawatiran angka penyebaran yang lebih tinggi. 
“(Wabah) ini langka dan tidak biasa,” ujar ahli epidemiologi, Susan Hopkins dalam pernyataannya, Senin (16/5/2022).

Negara yang merupakan endemik dari cacar monyet adalah Benin, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Kongo, Gabon, Ghana, Pantai Gading, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, Sierra Leone, dan Sudan Selatan.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Pengibaran Bendera Inggris di Sepanjang Jalan dan Sentimen Anti Imigran

Berkibarnya bendera bendera St. George s Cross dan bendera Union Jack bertebaran di seluruh wilayah Inggris menimbulkan kekhawatiran atas meluasny ...

Renita Sukma . 27 August 2025

Bukan Cuma Kafe, di Blok M Juga Ada Koperasi Kelurahan Merah Putih

Koperasi Kelurahan Merah Putih (KKMP) Melawai di Blok M Hub, Jakarta Selatan merupakan Koperasi Merah Putih tingkat kelurahan pertama di Indonesia

Renita Sukma . 26 August 2025

TikTok Rilis Fitur Kampus, Mirip Facebook Versi Awal

Survei Pew Research Center pada 2024 menemukan enam dari sepuluh remaja di AS mengaku rutin menggunakan TikTok dan fitur ini bisa menggaet lebih ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 26 August 2025

Bubur Ayam Indonesia Dinobatkan sebagai Bubur Terenak di Dunia!

TasteAtlas menempatkan bubur ayam Indonesia sebagai bubur terenak dunia mengungguli Arroz Caldo dari Filipina serta Chè ba màu, bubur khas Vietn ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 26 August 2025