Share

Home Stories

Stories 02 Agustus 2024

Tradisi Emas Olimpiade yang Memudar

Trauma 2012 terancam terulang kembali

Salah satu apresiasi terhadap Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad yang menyumbangkan medali emas pada Olimpiade Rio de Jeneiro 2016 silam

Context.id,JAKARTA- Akankah tradisi sumbangan medali emas olimpiade dari cabang bulutangkis bagi kontingen Indonesia kandas kali ini?

Seperti diketahui, Indonesia mengutus enam wakil untuk berlaga di putaran Final Olimpiade Paris 2024. Para duta bangsa itu terbagi dalam terdiri dari tiga nomor tunggal, dan tiga pasangan ganda.

Untuk nomor tunggal, Indonesia memiliki Anthony Ginting, Jonatan Christie, keduanya di tunggal putra, dan Gregoria Mariska Tunjung untuk tunggal putri. Dari tiga nama itu, Ginting dan Jojo, gugur di fase grup, menyisakan Gregoria yang berhasil melaju ke sistem gugur.

Di nomor ganda putri, Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti keok di tiga pertandingan babak penyisihan grup. Untuk nomor ganda campuran Rinov Rivaldy dan rekannya Pitha Haningtyas Mentari terdepak hanya mampu menang sekali dari tiga pertandingan di fase grup.

Asa untuk memperthaankan tradisi emas olimpiade bergantung pada pasangan Alfian dan Muhammad Rian Ardianto yang bisa melalui babak penyisihan dengan baik serta Gregoriana.


Namun, hal itu dinilai cukup sulit. Pasalnya, Gregoria akan meladeni wakil Korea Selatan Kim Ga-eun untuk agar bisa melaju ke perempatfinal. Sementara Fajar dan Riang bakal menghadapi jagoan asal China Liang Weikeng dan Wang Chang dalam perebutan tiket ke semifinal.



Sejarah Tradisi Emas

Tradisi perolehan medali emas olimpiade dari cabang bulutangkis di mulai dari Barcelona 1992. Indonesia langsung menyabet dua medali emas setelah ketika Susi Susanti dan Alan Budikusuma melibas habis lawannya dari nomor tunggal putri dan putra.

Secara keseluruhan hingga Olimpiade 2020 lalu, ada delapan medali emas yang dikoleksi oleh Indonesia dan semuanya berasal dari cabang olahraga bulutangkis.

 

Selain Susi Susanti dan Alan Budikusuma, ganda putra Indonesia Rexy Mainaky/Ricky Subagja juga mempersembahkan medali emas empat tahun setelahnya (1996) tepatnya di Atlanta, Amerika Serikat. Setelah itu pada 2000 di Sydney, Australia, kembali ganda putra mempersembahkan medali emas, yang kali itu disumbangkan oleh Tony Gunawan dan Chandra Wijaya.

Kemudian pada Olimpiade 2004 di Athena, Yunani, giliran sang maestro Taufik Hidayat yang sukses mempersembahkan emas di sektor tunggal putra. Ganda putra kembali mempersembahkan medali emas pada Olimpiade Beijing 2008, dari jerih payah Hendra Setiawan/Markis Kido.

Sayangnya pada Olimpiade 2012, Indonesia gagal membawa pulang medali emas. Raihan ini menjadi cacatan buruk selama 20 tahun terakhir sejak 1992. Tapi tak berselang lama, cabor bulutangkis Indonesia kembali mempersembahkan emas pada Olimpiade 2016. Ganda campuran Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad memulihkan tradisi emas Olimpiade pada Olimpiade Rio de Janeiro.

Lima tahun setelah itu, dalam Olimpiade Tokyo 2020, giliran ganda putri menorehkan sejarah ketika Greysia Polii/Apriyani Rahayu mempersembahkan medali emas. Akankah kali ini Indonesia kembali melepas tradisi emas itu?



 



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Home Stories

Stories 02 Agustus 2024

Tradisi Emas Olimpiade yang Memudar

Trauma 2012 terancam terulang kembali

Salah satu apresiasi terhadap Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad yang menyumbangkan medali emas pada Olimpiade Rio de Jeneiro 2016 silam

Context.id,JAKARTA- Akankah tradisi sumbangan medali emas olimpiade dari cabang bulutangkis bagi kontingen Indonesia kandas kali ini?

Seperti diketahui, Indonesia mengutus enam wakil untuk berlaga di putaran Final Olimpiade Paris 2024. Para duta bangsa itu terbagi dalam terdiri dari tiga nomor tunggal, dan tiga pasangan ganda.

Untuk nomor tunggal, Indonesia memiliki Anthony Ginting, Jonatan Christie, keduanya di tunggal putra, dan Gregoria Mariska Tunjung untuk tunggal putri. Dari tiga nama itu, Ginting dan Jojo, gugur di fase grup, menyisakan Gregoria yang berhasil melaju ke sistem gugur.

Di nomor ganda putri, Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti keok di tiga pertandingan babak penyisihan grup. Untuk nomor ganda campuran Rinov Rivaldy dan rekannya Pitha Haningtyas Mentari terdepak hanya mampu menang sekali dari tiga pertandingan di fase grup.

Asa untuk memperthaankan tradisi emas olimpiade bergantung pada pasangan Alfian dan Muhammad Rian Ardianto yang bisa melalui babak penyisihan dengan baik serta Gregoriana.


Namun, hal itu dinilai cukup sulit. Pasalnya, Gregoria akan meladeni wakil Korea Selatan Kim Ga-eun untuk agar bisa melaju ke perempatfinal. Sementara Fajar dan Riang bakal menghadapi jagoan asal China Liang Weikeng dan Wang Chang dalam perebutan tiket ke semifinal.



Sejarah Tradisi Emas

Tradisi perolehan medali emas olimpiade dari cabang bulutangkis di mulai dari Barcelona 1992. Indonesia langsung menyabet dua medali emas setelah ketika Susi Susanti dan Alan Budikusuma melibas habis lawannya dari nomor tunggal putri dan putra.

Secara keseluruhan hingga Olimpiade 2020 lalu, ada delapan medali emas yang dikoleksi oleh Indonesia dan semuanya berasal dari cabang olahraga bulutangkis.

 

Selain Susi Susanti dan Alan Budikusuma, ganda putra Indonesia Rexy Mainaky/Ricky Subagja juga mempersembahkan medali emas empat tahun setelahnya (1996) tepatnya di Atlanta, Amerika Serikat. Setelah itu pada 2000 di Sydney, Australia, kembali ganda putra mempersembahkan medali emas, yang kali itu disumbangkan oleh Tony Gunawan dan Chandra Wijaya.

Kemudian pada Olimpiade 2004 di Athena, Yunani, giliran sang maestro Taufik Hidayat yang sukses mempersembahkan emas di sektor tunggal putra. Ganda putra kembali mempersembahkan medali emas pada Olimpiade Beijing 2008, dari jerih payah Hendra Setiawan/Markis Kido.

Sayangnya pada Olimpiade 2012, Indonesia gagal membawa pulang medali emas. Raihan ini menjadi cacatan buruk selama 20 tahun terakhir sejak 1992. Tapi tak berselang lama, cabor bulutangkis Indonesia kembali mempersembahkan emas pada Olimpiade 2016. Ganda campuran Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad memulihkan tradisi emas Olimpiade pada Olimpiade Rio de Janeiro.

Lima tahun setelah itu, dalam Olimpiade Tokyo 2020, giliran ganda putri menorehkan sejarah ketika Greysia Polii/Apriyani Rahayu mempersembahkan medali emas. Akankah kali ini Indonesia kembali melepas tradisi emas itu?



 



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Konidin X Nobrands Luncurkan Sepatu Kekinian untuk Generasi Aktif

Konidin gandeng Nobrands luncurkan sepatu edisi terbatas \"The Unstoppable Step \" 14 April 2025, dorong semangat generasi muda terus maju tanpa batas

Media Digital . 17 April 2025

Bagaimana Efek Tarif Trump ke Pekerja Muda?

Tarif resiprokal atau tarif Trump tidak hanya berdampak pada pengusaha, namun juga pekerja muda. Seperti apa?

Renita Sukma . 16 April 2025

Trump Mau AI Ditenagai Batu Bara Indah dan Bersih, Apa Bisa?

Di mata Trump dan Amerika, batu bara adalah energi bersih yang ramah lingkungan

Noviarizal Fernandez . 15 April 2025

Google Gemini Kini Bisa Ubah Dokumen Jadi Podcast

Gemini bakal membacakan isi artikel atau laporan kamu, lengkap dengan intonasi ala penyiar podcast

Noviarizal Fernandez . 14 April 2025