Share

Stories 02 Agustus 2024

Ini Penjelasan Salju Bisa Turun di Gurun yang Tandus

Keberadaan salju menggambarkan perpaduan khusus antara sirkulasi udara di atmosfer dan permukaan tanah tempat salju turun.

Salju di gurun yang tandus/ESO/S. Guisard (www.eso.org/~sguisard)

Context.id, JAKARTA - Umumnya, salju akan turun di wilayah dengan suhu yang sangat dingin seperti di Kutub Selatan, Kutub Utara atau kawasan yang dekat dengan keduanya.

Pasalnya, melansir Wits University, diperlukan dua sifat cuaca khusus agar salju bisa terbentuk yaitu suhu dingin dan udara lembap. 

Keberadaan salju menggambarkan perpaduan khusus antara sirkulasi udara di atmosfer dan permukaan tanah tempat salju turun.

Selain itu, menurut National Snow and Ice Data Center, salju akan terbentuk saat suhu atmosfer berada di bawah titik beku yaitu 0 derajat celcius atau 32 derajat fahrenheit. 

Salju merupakan kumpulan kristal es yang padat. Kualitas lapisan salju dapat ditentukan oleh berbagai hal seperti warna, suhu, dan kadar air.



Saat kondisi cuaca berubah, lapisan salju juga dapat berubah yang akan memengaruhi karakteristik salju.  

Apabila permukaan tanah mempunyai suhu di bawah titik beku, maka salju dapat terbentuk. Namun dalam kondisi tertentu, permukaan tanah dengan suhu di atas titik beku masih dapat membentuk salju. 

Nah yang menjadi pertanyaan, mengapa sempat ada fenomena turunnya salju di padang gurun yang tandus? Tampaknya itu sangat kontradiktif dan tidak mungkin terjadi.

Namun pada Januari 2022, salju turun di Gurun Sahara yang mempunyai suhu di atas 50 derajat celcius. 

Sahara disebut sebagai gurun terkering dan terpanas di dunia, bersanding dengan Death Valley di California, dan beberapa kota di dekat garis khatulistiwa seperti Dallol di Ethiopia dan Wadi Halfa di Sudan. 

Gurun Sahara membentang luas di 11 negara, yaitu Aljazair, Chad, Mesir, Libya, Mali, Mauritania, Maroko, Nigeria, Sudan, Tunisia, dan Sahara Barat– Wilayah yang disengketakan di Afrika Barat Laut.

Bukit pasirnya dapat mencapai ketinggian hingga 180 meter dan keberadaan air di wilayah tersebut sangat langka.

Melansir The Independent, salju yang turun di Gurun Sahara berada di Kota Ain Sefra, Aljazair. Wilayah tersebut hanya dituruni salju selama beberapa kali dalam 40 tahun terakhir. 

Hujan salju tersebut tercatat di Ain Sefra pada tahun 1979, 2017, 2018, dan 2021. Bahkan badai salju tahun 1979 sempat menghentikan arus lalu lintas dan pada tahun 2018, salju turun setebal 40 cm.

Ain Sefra berada di wilayah Pegunungan Atlas dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Ain Sefra terletak di provinsi Naâma, Aljazair, di bagian utara Sahara dekat perbatasan Maroko. Kota ini juga populer sebagai “gerbang menuju gurun”. 

Rata-rata suhu di Ain Sefra berkisar 37 derajat celcius di musim panas. Rekor suhu terendah mencapai -10,2 derajat celcius di musim dingin. Saat salju turun pada Januari 2022, suhu di sana turun hingga -2 derajat celcius. 

Selain itu, suhu rendah juga tercatat saat malam hari akibat permukaan tanah yang gundul dan langit yang tidak berawan. 

Seperti dikutip dari peneliti yang menulis di The Conversation, salju yang turun di Gurun Sahara disebabkan oleh sirkulasi udara di musim dingin dari Laut Atlantik dan Laut Mediterania yang berhembus ke arah utara Gurun Sahara. 

Hal ini mengakibatkan curah hujan di musim dingin jadi lebih tinggi di sepanjang pinggiran Gurun Sahara.

Selain itu, suhu dingin dan kelembapan udara di dataran tinggi seperti Pegunungan Atlas di Maroko dan Aljazair, dapat membentuk kristal yang akhirnya menjadi lapisan salju. 

Jika permukaan tanahnya cukup dingin, salju tidak akan cepat mencair. Dalam kondisi di daerah pegunungan seperti ini, salju di Gurun Sahara terkadang dapat muncul. 

Kontributor: Fadlan Priatna



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 02 Agustus 2024

Ini Penjelasan Salju Bisa Turun di Gurun yang Tandus

Keberadaan salju menggambarkan perpaduan khusus antara sirkulasi udara di atmosfer dan permukaan tanah tempat salju turun.

Salju di gurun yang tandus/ESO/S. Guisard (www.eso.org/~sguisard)

Context.id, JAKARTA - Umumnya, salju akan turun di wilayah dengan suhu yang sangat dingin seperti di Kutub Selatan, Kutub Utara atau kawasan yang dekat dengan keduanya.

Pasalnya, melansir Wits University, diperlukan dua sifat cuaca khusus agar salju bisa terbentuk yaitu suhu dingin dan udara lembap. 

Keberadaan salju menggambarkan perpaduan khusus antara sirkulasi udara di atmosfer dan permukaan tanah tempat salju turun.

Selain itu, menurut National Snow and Ice Data Center, salju akan terbentuk saat suhu atmosfer berada di bawah titik beku yaitu 0 derajat celcius atau 32 derajat fahrenheit. 

Salju merupakan kumpulan kristal es yang padat. Kualitas lapisan salju dapat ditentukan oleh berbagai hal seperti warna, suhu, dan kadar air.



Saat kondisi cuaca berubah, lapisan salju juga dapat berubah yang akan memengaruhi karakteristik salju.  

Apabila permukaan tanah mempunyai suhu di bawah titik beku, maka salju dapat terbentuk. Namun dalam kondisi tertentu, permukaan tanah dengan suhu di atas titik beku masih dapat membentuk salju. 

Nah yang menjadi pertanyaan, mengapa sempat ada fenomena turunnya salju di padang gurun yang tandus? Tampaknya itu sangat kontradiktif dan tidak mungkin terjadi.

Namun pada Januari 2022, salju turun di Gurun Sahara yang mempunyai suhu di atas 50 derajat celcius. 

Sahara disebut sebagai gurun terkering dan terpanas di dunia, bersanding dengan Death Valley di California, dan beberapa kota di dekat garis khatulistiwa seperti Dallol di Ethiopia dan Wadi Halfa di Sudan. 

Gurun Sahara membentang luas di 11 negara, yaitu Aljazair, Chad, Mesir, Libya, Mali, Mauritania, Maroko, Nigeria, Sudan, Tunisia, dan Sahara Barat– Wilayah yang disengketakan di Afrika Barat Laut.

Bukit pasirnya dapat mencapai ketinggian hingga 180 meter dan keberadaan air di wilayah tersebut sangat langka.

Melansir The Independent, salju yang turun di Gurun Sahara berada di Kota Ain Sefra, Aljazair. Wilayah tersebut hanya dituruni salju selama beberapa kali dalam 40 tahun terakhir. 

Hujan salju tersebut tercatat di Ain Sefra pada tahun 1979, 2017, 2018, dan 2021. Bahkan badai salju tahun 1979 sempat menghentikan arus lalu lintas dan pada tahun 2018, salju turun setebal 40 cm.

Ain Sefra berada di wilayah Pegunungan Atlas dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Ain Sefra terletak di provinsi Naâma, Aljazair, di bagian utara Sahara dekat perbatasan Maroko. Kota ini juga populer sebagai “gerbang menuju gurun”. 

Rata-rata suhu di Ain Sefra berkisar 37 derajat celcius di musim panas. Rekor suhu terendah mencapai -10,2 derajat celcius di musim dingin. Saat salju turun pada Januari 2022, suhu di sana turun hingga -2 derajat celcius. 

Selain itu, suhu rendah juga tercatat saat malam hari akibat permukaan tanah yang gundul dan langit yang tidak berawan. 

Seperti dikutip dari peneliti yang menulis di The Conversation, salju yang turun di Gurun Sahara disebabkan oleh sirkulasi udara di musim dingin dari Laut Atlantik dan Laut Mediterania yang berhembus ke arah utara Gurun Sahara. 

Hal ini mengakibatkan curah hujan di musim dingin jadi lebih tinggi di sepanjang pinggiran Gurun Sahara.

Selain itu, suhu dingin dan kelembapan udara di dataran tinggi seperti Pegunungan Atlas di Maroko dan Aljazair, dapat membentuk kristal yang akhirnya menjadi lapisan salju. 

Jika permukaan tanahnya cukup dingin, salju tidak akan cepat mencair. Dalam kondisi di daerah pegunungan seperti ini, salju di Gurun Sahara terkadang dapat muncul. 

Kontributor: Fadlan Priatna



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Inovasi Kesehatan Mental: Mengobati Depresi Melalui Aplikasi Digital

Aplikasi Rejoyn menawarkan solusi inovatif untuk mengobati depresi dengan latihan emosional yang \"mereset \" sirkuit otak

Context.id . 30 October 2024

Lewat Pertukaran Pelajar, Hubungan Indonesia-Kazakhstan Makin Erat

Hubungan Indonesia-Kazakhstan semakin erat melalui acara \"Kazakhstan-Indonesia Friendship Society\" dan program pertukaran pelajar untuk generasi ...

Helen Angelia . 30 October 2024

Jam Kerja Rendah Tapi Produktivitas Tinggi, Berkaca dari Jerman

Data OECD menunjukkan bmeskipun orang Jerman hanya bekerja rata-rata 1.340 jam per tahun, partisipasi perempuan yang tinggi dan regulasi bagus mem ...

Context.id . 29 October 2024

Konsep Adrenal Fatigue Hanyalah Mitos dan Bukan Diagnosis yang Sahih

Konsep adrenal fatigue adalah mitos tanpa dasar ilmiah dan bukan diagnosis medis sah yang hanyalah trik marketing dari pendengung

Context.id . 29 October 2024