Share

Home Stories

Stories 14 Mei 2024

Ekonom Sebut Kenaikan BI Rate Terlalu Tergesa-gesa

Ketidakpastian disebabkan oleh ketegangan geopolitik global bukan suku bunga Bank Indonesia yang terlalu rendah

Ekonom Segara Institute, Piter Abdullah/ Media Siar

Context.id, JAKARTA - Perang Rusia-Ukraina yang sampai sekarang belum diketahui kapan akan selesai ditambah dengan ketegangan Iran dan Israel membuat kondisi ekonomi global semakin tidak menentu. 

Ketidakpastian ini menyebabkan aliran modal global juga terdampak. Banyak investor yang menahan dananya sambil wait and see apakah iklim ekonomi dunia semakin memburuk atau perlahan membaik. 

Tak sedikit investor yang memindahkan dananya pada instrumen-instrumen yang dianggap lebih aman atau safe haven. 

Kendati situasi global terutama Timur Tengah sedang memanas, Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah mengatakan tidak perlu menjadi kekhawatiran yang berlebihan.

Terlebih lagi soal penguatan dolar terhadap rupiah yang semakin tinggi, bagi Piter seharusnya Bank Indonesia tidak harus terburu-buru menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate.  



“Karena dengan menaikkan suku bunga di tengah ketidakpastian global itu, saya meragukan efektivitasnya untuk menurunkan dan memperkuat kembali rupiah,” jelas Piter seperti dikutip dari Podcast Broadcash Bisnis Indonesia, Selasa, (13/5).

Pasalnya menurut Piter, ketidakpastian saat ini disebabkan oleh ketegangan geopolitik global bukan suku bunga Bank Indonesia yang terlalu rendah.

“Melemahnya rupiah itu merupakan dampak kekhawatiran pasar yang membuat para investor mengalihkan dana mereka ke instrumen-instrumen yang dianggap lebih safe, lebih aman,” jelasnya.

Bahkan menurut Direktur Eksekutif itu menaikan suku bunga bank saat ini tergolong percuma, karena untuk menarik para investor kita harus membuat mereka merasa tidak khawatir akan potensi ketidakpastian ini.

“Jadi tidak serta-merta dengan menaikkan suku bunga kemudian rupiah akan kembali menguat,” imbuh Piter.

Meskipun demikian, Piter menjelaskan jika pasar modal Negara saat ini sudah cukup hijau dan investor asing sudah mulai kembali melakukan akumulasi saham-saham yang sebelumnya mengalami penurunan harga yang cukup dalam. 

“Jadi kalau menurut saya, investor asing pun melihat bahwa ketegangan Iran-Israel ini tidak akan berkepanjangan,” ucap Piter.

Piter beranggapan, kenaikan suku bunga acuan oleh BI sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan untuk meredakan kelemahan nilai tukar uang rupiah saat ini.

Penulis: Candra Sumirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 14 Mei 2024

Ekonom Sebut Kenaikan BI Rate Terlalu Tergesa-gesa

Ketidakpastian disebabkan oleh ketegangan geopolitik global bukan suku bunga Bank Indonesia yang terlalu rendah

Ekonom Segara Institute, Piter Abdullah/ Media Siar

Context.id, JAKARTA - Perang Rusia-Ukraina yang sampai sekarang belum diketahui kapan akan selesai ditambah dengan ketegangan Iran dan Israel membuat kondisi ekonomi global semakin tidak menentu. 

Ketidakpastian ini menyebabkan aliran modal global juga terdampak. Banyak investor yang menahan dananya sambil wait and see apakah iklim ekonomi dunia semakin memburuk atau perlahan membaik. 

Tak sedikit investor yang memindahkan dananya pada instrumen-instrumen yang dianggap lebih aman atau safe haven. 

Kendati situasi global terutama Timur Tengah sedang memanas, Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah mengatakan tidak perlu menjadi kekhawatiran yang berlebihan.

Terlebih lagi soal penguatan dolar terhadap rupiah yang semakin tinggi, bagi Piter seharusnya Bank Indonesia tidak harus terburu-buru menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate.  



“Karena dengan menaikkan suku bunga di tengah ketidakpastian global itu, saya meragukan efektivitasnya untuk menurunkan dan memperkuat kembali rupiah,” jelas Piter seperti dikutip dari Podcast Broadcash Bisnis Indonesia, Selasa, (13/5).

Pasalnya menurut Piter, ketidakpastian saat ini disebabkan oleh ketegangan geopolitik global bukan suku bunga Bank Indonesia yang terlalu rendah.

“Melemahnya rupiah itu merupakan dampak kekhawatiran pasar yang membuat para investor mengalihkan dana mereka ke instrumen-instrumen yang dianggap lebih safe, lebih aman,” jelasnya.

Bahkan menurut Direktur Eksekutif itu menaikan suku bunga bank saat ini tergolong percuma, karena untuk menarik para investor kita harus membuat mereka merasa tidak khawatir akan potensi ketidakpastian ini.

“Jadi tidak serta-merta dengan menaikkan suku bunga kemudian rupiah akan kembali menguat,” imbuh Piter.

Meskipun demikian, Piter menjelaskan jika pasar modal Negara saat ini sudah cukup hijau dan investor asing sudah mulai kembali melakukan akumulasi saham-saham yang sebelumnya mengalami penurunan harga yang cukup dalam. 

“Jadi kalau menurut saya, investor asing pun melihat bahwa ketegangan Iran-Israel ini tidak akan berkepanjangan,” ucap Piter.

Piter beranggapan, kenaikan suku bunga acuan oleh BI sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan untuk meredakan kelemahan nilai tukar uang rupiah saat ini.

Penulis: Candra Sumirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025