Share

Home Stories

Stories 23 Juni 2025

Meningkatnya Penculikan Miliarder Kripto

Awalnya, pencurian kripto identik dengan peretas tapi kini kembali ke cara konvensional, menculik investornya dan memindahkan kekayaannya ke rekening

Ilustrasi beberapa mata uang kripto/WEF

Context.id, JAKARTA - Ketika kekayaan tak lagi tersimpan di brankas, tapi dalam bentuk baris-baris angka terenkripsi di dompet digital, para kriminal pun menyesuaikan strategi mereka. 

Mereka tak lagi sekadar menyusup lewat jaringan virtual, tapi kini datang mengetuk pintu, membawa borgol dan gergaji mesin.

Michael Valentino Teofrasto Carturan, investor kripto muda dengan gaya hidup mewah di Manhattan, menjadi bukti keberuntungan digital bisa berubah menjadi mimpi buruk fisik. 

Dalam sebuah penyekapan berdurasi 17 hari pada Mei lalu, Carturan digantung, disetrum, dipaksa mengonsumsi kokain semuanya demi satu hal, password dompet Bitcoin miliknya senilai US$28 juta.

Menurut laporan ZdNet, fenomena ini bukan satu-dua kasus ekstrem. Penculikan kripto telah menjadi istilah nyata, menggabungkan teknologi tinggi dengan kekerasan kuno.

Dunia maya dan dunia nyata kini saling bersilangan di lorong gelap kejahatan global. Awalnya, pencurian kripto identik dengan peretas, orang-orang berkacamata biru menyusup ke server exchange dan menguras akun tanpa jejak. 

Tapi kini, pendekatan langsung brutal dan personal jadi pilihan. Dompet digital, tak seperti rekening bank, tidak punya mekanisme pembekuan dana atau perlindungan pihak ketiga. Begitu kata sandi didapat, kekayaan berpindah hanya dalam satu klik, tanpa bisa ditarik kembali.

Di Prancis, percobaan penculikan terhadap CEO perusahaan kripto Paymium dan keluarganya menandai bahwa tak ada tempat yang aman, bahkan di jantung Eropa. 

Di Belgia, istri influencer kripto disandera. Di Australia dan Kanada, kasus-kasus serupa bermunculan. Di Prancis, bahkan satu penculikan berujung amputasi jari korban sebagai alat tekanan untuk membuka dompet digital.

Sumber ancaman bukan hanya dari luar. Di era media sosial, banyak pemilik aset kripto tak ragu memamerkan kekayaannya, mobil mewah, jam tangan langka, dan perjalanan jet pribadi. Memamerkan kekayaan mengundang pelaku kriminal.

Mengkhawatirkannya lagi, ada sekitar 70 ribu alamat rumah pelanggan milik Coinbase bocor. Ini menunjukkan satu celah di sistem bisa membuat ribuan orang menjadi target.

Asuransi dan kode etik baru
Dunia asuransi mulai merespons. Menurut catatan ZdNet, beberapa perusahaan mulai menawarkan polis kidnap & ransom (K&R) khusus untuk investor kripto. 

Becca Rubenfeld dari AnchorWatch menyebut ketakutan dan ketegangan menjadi bahasan penting di Konferensi Bitcoin terbaru di Las Vegas. Tak hanya karena harga pasar, tapi juga penculikan.

Di sisi lain, investor mulai membentuk kebiasaan baru menggunakan nama samaran untuk transaksi, mengganti dompet digital secara berkala dan berhenti memamerkan kekayaan secara daring. 

Di mata hukum, kejahatan ini masih berada di wilayah abu-abu campuran antara pencurian digital, penculikan konvensional dan pemerasan lintas batas. 

Meskipun teknologi keuangan atau finansial semakin maju, dunia nyata tetap berada dalam situasi konvensional. Orang kaya bisa dirampok juga diculik untuk dimintai tebusan. 



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 23 Juni 2025

Meningkatnya Penculikan Miliarder Kripto

Awalnya, pencurian kripto identik dengan peretas tapi kini kembali ke cara konvensional, menculik investornya dan memindahkan kekayaannya ke rekening

Ilustrasi beberapa mata uang kripto/WEF

Context.id, JAKARTA - Ketika kekayaan tak lagi tersimpan di brankas, tapi dalam bentuk baris-baris angka terenkripsi di dompet digital, para kriminal pun menyesuaikan strategi mereka. 

Mereka tak lagi sekadar menyusup lewat jaringan virtual, tapi kini datang mengetuk pintu, membawa borgol dan gergaji mesin.

Michael Valentino Teofrasto Carturan, investor kripto muda dengan gaya hidup mewah di Manhattan, menjadi bukti keberuntungan digital bisa berubah menjadi mimpi buruk fisik. 

Dalam sebuah penyekapan berdurasi 17 hari pada Mei lalu, Carturan digantung, disetrum, dipaksa mengonsumsi kokain semuanya demi satu hal, password dompet Bitcoin miliknya senilai US$28 juta.

Menurut laporan ZdNet, fenomena ini bukan satu-dua kasus ekstrem. Penculikan kripto telah menjadi istilah nyata, menggabungkan teknologi tinggi dengan kekerasan kuno.

Dunia maya dan dunia nyata kini saling bersilangan di lorong gelap kejahatan global. Awalnya, pencurian kripto identik dengan peretas, orang-orang berkacamata biru menyusup ke server exchange dan menguras akun tanpa jejak. 

Tapi kini, pendekatan langsung brutal dan personal jadi pilihan. Dompet digital, tak seperti rekening bank, tidak punya mekanisme pembekuan dana atau perlindungan pihak ketiga. Begitu kata sandi didapat, kekayaan berpindah hanya dalam satu klik, tanpa bisa ditarik kembali.

Di Prancis, percobaan penculikan terhadap CEO perusahaan kripto Paymium dan keluarganya menandai bahwa tak ada tempat yang aman, bahkan di jantung Eropa. 

Di Belgia, istri influencer kripto disandera. Di Australia dan Kanada, kasus-kasus serupa bermunculan. Di Prancis, bahkan satu penculikan berujung amputasi jari korban sebagai alat tekanan untuk membuka dompet digital.

Sumber ancaman bukan hanya dari luar. Di era media sosial, banyak pemilik aset kripto tak ragu memamerkan kekayaannya, mobil mewah, jam tangan langka, dan perjalanan jet pribadi. Memamerkan kekayaan mengundang pelaku kriminal.

Mengkhawatirkannya lagi, ada sekitar 70 ribu alamat rumah pelanggan milik Coinbase bocor. Ini menunjukkan satu celah di sistem bisa membuat ribuan orang menjadi target.

Asuransi dan kode etik baru
Dunia asuransi mulai merespons. Menurut catatan ZdNet, beberapa perusahaan mulai menawarkan polis kidnap & ransom (K&R) khusus untuk investor kripto. 

Becca Rubenfeld dari AnchorWatch menyebut ketakutan dan ketegangan menjadi bahasan penting di Konferensi Bitcoin terbaru di Las Vegas. Tak hanya karena harga pasar, tapi juga penculikan.

Di sisi lain, investor mulai membentuk kebiasaan baru menggunakan nama samaran untuk transaksi, mengganti dompet digital secara berkala dan berhenti memamerkan kekayaan secara daring. 

Di mata hukum, kejahatan ini masih berada di wilayah abu-abu campuran antara pencurian digital, penculikan konvensional dan pemerasan lintas batas. 

Meskipun teknologi keuangan atau finansial semakin maju, dunia nyata tetap berada dalam situasi konvensional. Orang kaya bisa dirampok juga diculik untuk dimintai tebusan. 



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Meningkatnya Penculikan Miliarder Kripto

Awalnya, pencurian kripto identik dengan peretas tapi kini kembali ke cara konvensional, menculik investornya dan memindahkan kekayaannya ke rekening

Noviarizal Fernandez . 23 June 2025

Turang Sudah Pulang, Film Terbaik yang Lama Menghilang

Seniman Bunga Siagian berhasil membawa pulang film karya aktivis Lekra Bachtiar Siagian berjudul Turang, yang sempat hilang puluhan tahun dari per ...

Renita Sukma . 22 June 2025

Riuh Formula E Jakarta 2025, Dan Ticktum Melesat Menuju Podium Kemenangan

Dentuman suara knalpot terdengar bersahutan dari puluhan mobil balap yang berlaga di ajang Formula E di Jakarta. Di aspal panas itu Dan Tickum me ...

Renita Sukma . 21 June 2025

Peluang UMKM Indonesia Masuk ke Pasar Asia Tengah

Kedutaan Besar Kazakhstan untuk Indonesia memberikan peluang bagi UMKM Indonesia agar dapat memasarkan produknya di Kazakhstan.

Helen Angelia . 20 June 2025