Share

Home Stories

Stories 06 Mei 2024

Ngeri, Senjata Nuklir Ruang Angkasa Bisa Dikendalikan AI

Negara-negara maju punya ambisi menggunakan kemampuan AI untuk senjata nuklir di angkasa

Context.id, JAKARTA - Kemajuan teknologi dalam hal kecerdasan buatan (AI) yang dilakukan oleh Amerika Serikat, China, dan Rusia dianggap membahayakan perdamaian dunia.

Pasalnya negara-negara maju ini punya ambisi menggunakan kemampuan AI sebagai bagian penguatan basis pertahanan bukan hanya di bumi, melainkan juga dan ruang angkasa. 

Hal ini tentunya dapat memicu perlombaan senjata di antara negara-negara besar yang memiliki nuklir seperti AS, China, dan Rusia.

Melansir Jurnal Space and Defense, negara adidaya tersebut telah menyatakan minatnya terhadap penggunaan AI dalam setiap operasi nuklirnya baik di muka bumi maupun luar angkasa.

Kendati demikian, dalam penelitian tersebut menyatakan penerapan AI dalam operasi nuklir dapat berisiko merusak infrastruktur nuklir dan perdamaian dunia.



Pasalnya integrasi AI ke dalam sistem senjata nuklir dan kemampuannya untuk membantu penargetan cepat dapat mempengaruhi stabilitas krisis dan senjata nuklir itu sendiri. Problemnya, AI adalah teknologi yang belum diketahui potensinya dan diliputi ketidakpastian.

“Akan sangat sulit bagi suatu negara untuk memprediksi bagaimana negara lain memanfaatkan dan mengandalkan AI.” tulis Kania, seperti dikutip dari Defense One, Senin, (6/5).

Meskipun demikian, isu penggunaan nuklir dan militer di ruang angkasa semakin menguat setelah diskusi antara Sekretaris Negara Amerika Serikat dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Beijing.

Kedua pejabat tersebut membahas mengenai situasi kebijakan dan pengelolaan resiko senjata nuklir, pertumbuhan kecerdasan buatan, dan keamanan seputar teknologi.

Sementara itu, Pejabat Departemen Luar Negeri Amerika Paul Dean mendesak China dan Rusia untuk berkomitmen seperti deklarasi AS yang terkait dengan operasi nuklirnya.

Deklarasi AS menyatakan hanya manusia saja yang dapat membuat keputusan dan kendali penuh tentang penyebaran dan penggunaan senjata nuklir bukan AI.

Bahkan Dean juga menyatakan jika sekutu terdekatnya yaitu Perancis dan Inggris juga telah melakukan hal yang sama.

“Kami akan menyambut pernyataan serupa dari Cina dan Federasi Rusia. Itu norma yang sangat penting dari perilaku bertanggung jawab dan akan sangat disambut baik oleh anggota tetap dewan keamanan ” kata Dean, seperti dikutip dari Reuters, Senin, (6/5).

Penulis: Candra Sumirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 06 Mei 2024

Ngeri, Senjata Nuklir Ruang Angkasa Bisa Dikendalikan AI

Negara-negara maju punya ambisi menggunakan kemampuan AI untuk senjata nuklir di angkasa

Context.id, JAKARTA - Kemajuan teknologi dalam hal kecerdasan buatan (AI) yang dilakukan oleh Amerika Serikat, China, dan Rusia dianggap membahayakan perdamaian dunia.

Pasalnya negara-negara maju ini punya ambisi menggunakan kemampuan AI sebagai bagian penguatan basis pertahanan bukan hanya di bumi, melainkan juga dan ruang angkasa. 

Hal ini tentunya dapat memicu perlombaan senjata di antara negara-negara besar yang memiliki nuklir seperti AS, China, dan Rusia.

Melansir Jurnal Space and Defense, negara adidaya tersebut telah menyatakan minatnya terhadap penggunaan AI dalam setiap operasi nuklirnya baik di muka bumi maupun luar angkasa.

Kendati demikian, dalam penelitian tersebut menyatakan penerapan AI dalam operasi nuklir dapat berisiko merusak infrastruktur nuklir dan perdamaian dunia.



Pasalnya integrasi AI ke dalam sistem senjata nuklir dan kemampuannya untuk membantu penargetan cepat dapat mempengaruhi stabilitas krisis dan senjata nuklir itu sendiri. Problemnya, AI adalah teknologi yang belum diketahui potensinya dan diliputi ketidakpastian.

“Akan sangat sulit bagi suatu negara untuk memprediksi bagaimana negara lain memanfaatkan dan mengandalkan AI.” tulis Kania, seperti dikutip dari Defense One, Senin, (6/5).

Meskipun demikian, isu penggunaan nuklir dan militer di ruang angkasa semakin menguat setelah diskusi antara Sekretaris Negara Amerika Serikat dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Beijing.

Kedua pejabat tersebut membahas mengenai situasi kebijakan dan pengelolaan resiko senjata nuklir, pertumbuhan kecerdasan buatan, dan keamanan seputar teknologi.

Sementara itu, Pejabat Departemen Luar Negeri Amerika Paul Dean mendesak China dan Rusia untuk berkomitmen seperti deklarasi AS yang terkait dengan operasi nuklirnya.

Deklarasi AS menyatakan hanya manusia saja yang dapat membuat keputusan dan kendali penuh tentang penyebaran dan penggunaan senjata nuklir bukan AI.

Bahkan Dean juga menyatakan jika sekutu terdekatnya yaitu Perancis dan Inggris juga telah melakukan hal yang sama.

“Kami akan menyambut pernyataan serupa dari Cina dan Federasi Rusia. Itu norma yang sangat penting dari perilaku bertanggung jawab dan akan sangat disambut baik oleh anggota tetap dewan keamanan ” kata Dean, seperti dikutip dari Reuters, Senin, (6/5).

Penulis: Candra Sumirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Tarif Trump Membuat Industri Solar Panel Asia Tenggara di Ambang Kehancuran

Sekitar 80% panel surya yang dijual di Amerika pada 2024 berasal dari Asia Tenggara

Noviarizal Fernandez . 18 June 2025

Ketika Taman Menyala dan Jakarta Mencoba Ramah

Ruang publik di Jakarta harus dikembalikan kepada mereka yang berhak yakni warganya sendiri

Renita Sukma . 17 June 2025

Benarkah Mozilla Firefox Mulai Ditinggalkan?

Firefox dianggap tertinggal dalam pengelolaan tab dan perlindungan privasi menjadi setengah hati \r\n\r\n

Noviarizal Fernandez . 16 June 2025

Ini Peramban yang Bisa Menjaga Privasi Digital Anda

Peramban bukan hanya alat, tapi juga gerbang ke dunia digital dan penjaga data kita yang paling rahasia.

Renita Sukma . 16 June 2025