Kecerdasan AI Kian Mengkhawatirkan Umat Manusia
Keberadaan lagu Indonesia yang dinyanyikan oleh sejumlah tokoh publik sempat menggemparkan netizen, sekaligus memancing pro kontra tersendiri.
Context.id, JAKARTA - Siapa yang tidak tahu mengenai lagu bertajuk Asmalibrasi yang dinyanyikan Presiden Joko Widodo? Atau mungkin lagu Komang yang dinyanyikan oleh Ariana Grande?
Keberadaan lagu Indonesia yang dinyanyikan oleh sejumlah tokoh publik sempat menggemparkan netizen, sekaligus memancing pro kontra tersendiri. Pasalnya, kehebatan artificial intelligence (AI) yang kini kian merajalela, bukan hanya bermanfaat untuk hiburan, melainkan juga bisa menggantikan pekerjaan.
Dengan adanya AI, komputer dapat mempelajari big data, sehingga bisa diandalkan untuk melaksanakan tugas kompleks.
Hal inipun seturut dengan yang tercantum dalam buku Artificial Intelligence: A Modern Approach, yang menjadi acuan dunia untuk mengkaji potensi perkembangan AI. Penulis buku tersebut, Stuart Russell dan Peter Norvig mengungkapkan bahwa sistem AI dirancang untuk bisa berpikir dan bertindak seperti manusia.
Masalahnya, saat ini penerapan AI tidak hanya berada di kalangan perusahaan-perusahaan besar. Masyarakat urban pun dapat mengakses kemudahan yang ditawarkan.
Pada akhirnya, artificial intelligence yang bertujuan menggantikan dan meringankan pekerjaan manusia ini, jadi berbahaya. Apalagi jika mengingat potensi bahaya yang mungkin terjadi jika teknologi ini jatuh ke tangan yang salah.
Dikutip dari Bisnis, bapak pendiri kecerdasan buatan alias Geoffrey Hinton pada wawancaranya di New York Times, menyampaikan kekhawatirannya terhadap beberapa hal yang diperkirakan dapat mengganggu bahkan mengancam kehidupan manusia.
Mulai dari teknologi deepfake dan bot yang didukung oleh AI. Pasalnya, hal ini dapat menyebarkan foto, video, dan cerita palsu yang dapat menyesatkan juga memperdaya orang. Tentunya hal ini erat dengan beredarnya informasi hoaks.
Gak heran, para ilmuwan dan pemimpin pemikiran menandatangani surat terbuka untuk menyerukan penundaan pengembangan sistem AI. Misalnya saja Elon Musk dan Steve Wozniak yang mendukung pemberhentian pengembangan kecerdasan buatan karena dinilai berbahaya.
Inisiasi tersebut dirancang karena pergerakan pengembangan teknologi AI yang terlalu cepat. Proses yang tidak selaras dengan kesiapan manusia secara menyeluruh tentu akan menghadirkan dampak negatif.
Hinton juga menerangkan potensi buruk AI berupa ancaman pada peradaban manusia. Pelopor kecerdasan buatan ini mengaku bahwa AI juga belajar menggunakan jaringan syaraf tiruan, yang bekerja dengan cara mirip dengan otak manusia.
Ia pun menyatakan, teknologi buatannya lah yang meneror kehidupan umat manusia. Meski begitu, potensi AI dapat mengalahkan kepintaran umat manusia masih diprediksi terjadi beberapa puluh tahun lagi.
RELATED ARTICLES
Kecerdasan AI Kian Mengkhawatirkan Umat Manusia
Keberadaan lagu Indonesia yang dinyanyikan oleh sejumlah tokoh publik sempat menggemparkan netizen, sekaligus memancing pro kontra tersendiri.
Context.id, JAKARTA - Siapa yang tidak tahu mengenai lagu bertajuk Asmalibrasi yang dinyanyikan Presiden Joko Widodo? Atau mungkin lagu Komang yang dinyanyikan oleh Ariana Grande?
Keberadaan lagu Indonesia yang dinyanyikan oleh sejumlah tokoh publik sempat menggemparkan netizen, sekaligus memancing pro kontra tersendiri. Pasalnya, kehebatan artificial intelligence (AI) yang kini kian merajalela, bukan hanya bermanfaat untuk hiburan, melainkan juga bisa menggantikan pekerjaan.
Dengan adanya AI, komputer dapat mempelajari big data, sehingga bisa diandalkan untuk melaksanakan tugas kompleks.
Hal inipun seturut dengan yang tercantum dalam buku Artificial Intelligence: A Modern Approach, yang menjadi acuan dunia untuk mengkaji potensi perkembangan AI. Penulis buku tersebut, Stuart Russell dan Peter Norvig mengungkapkan bahwa sistem AI dirancang untuk bisa berpikir dan bertindak seperti manusia.
Masalahnya, saat ini penerapan AI tidak hanya berada di kalangan perusahaan-perusahaan besar. Masyarakat urban pun dapat mengakses kemudahan yang ditawarkan.
Pada akhirnya, artificial intelligence yang bertujuan menggantikan dan meringankan pekerjaan manusia ini, jadi berbahaya. Apalagi jika mengingat potensi bahaya yang mungkin terjadi jika teknologi ini jatuh ke tangan yang salah.
Dikutip dari Bisnis, bapak pendiri kecerdasan buatan alias Geoffrey Hinton pada wawancaranya di New York Times, menyampaikan kekhawatirannya terhadap beberapa hal yang diperkirakan dapat mengganggu bahkan mengancam kehidupan manusia.
Mulai dari teknologi deepfake dan bot yang didukung oleh AI. Pasalnya, hal ini dapat menyebarkan foto, video, dan cerita palsu yang dapat menyesatkan juga memperdaya orang. Tentunya hal ini erat dengan beredarnya informasi hoaks.
Gak heran, para ilmuwan dan pemimpin pemikiran menandatangani surat terbuka untuk menyerukan penundaan pengembangan sistem AI. Misalnya saja Elon Musk dan Steve Wozniak yang mendukung pemberhentian pengembangan kecerdasan buatan karena dinilai berbahaya.
Inisiasi tersebut dirancang karena pergerakan pengembangan teknologi AI yang terlalu cepat. Proses yang tidak selaras dengan kesiapan manusia secara menyeluruh tentu akan menghadirkan dampak negatif.
Hinton juga menerangkan potensi buruk AI berupa ancaman pada peradaban manusia. Pelopor kecerdasan buatan ini mengaku bahwa AI juga belajar menggunakan jaringan syaraf tiruan, yang bekerja dengan cara mirip dengan otak manusia.
Ia pun menyatakan, teknologi buatannya lah yang meneror kehidupan umat manusia. Meski begitu, potensi AI dapat mengalahkan kepintaran umat manusia masih diprediksi terjadi beberapa puluh tahun lagi.
POPULAR
RELATED ARTICLES