Share

Stories 29 April 2024

Indonesia Usung Hydro-Diplomacy di World Water Forum ke-10, Apa Poinnya?

Hydro-diplomacy merespon masalah manajemen sumber daya air, pemerataan distribusi air, dan mitigasi bencana terkait air termasuk soal pembiayaan.

World Water Forum 2024 di Bali, Indonesia/worldwaterforum.org

Context.id, JAKARTA - Indonesia mengedepankan penyelesaian sejumlah permasalahan terkait sumber daya air melalui hydro-diplomacy dalam perhelatan World Water Forum ke-10 yang akan digelar di Bali, 18-24 Mei 2024.

Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Sumber Daya Air Firdaus Ali menjelaskan hydro-diplomacy adalah pendekatan diplomasi yang berfokus pada isu-isu terkait air dengan mengedepankan dialog persuasif yang solutif. 

Selain itu, hydro-diplomacy juga merespon masalah manajemen sumber daya air, pemerataan distribusi air, dan mitigasi bencana terkait air.

Firdaus menyatakan isu lain yang juga menjadi pembahasan melalui hydro-diplomacy yakni kerja sama lintas batas dan pembiayaan yang saling memberikan manfaat terkait air.

“Melalui hydro-diplomacy, Indonesia berusaha untuk memfasilitasi dialog antarnegara/antarpemerintah melalui upaya berbagi ilmu pengetahuan, teknologi, dan pengalaman terkait manajemen sumber daya air, serta mendorong kerja sama sinergis dalam upaya penyelesaian konflik terkait air di berbagai wilayah,” ujar Firdaus.



Beberapa kerja sama konkret yang ingin dicapai Indonesia melalui hydro-diplomacy dan WWF, antara lain mendorong negara-negara untuk berbagi dan mengadopsi praktik terbaik dalam manajemen sumber daya air. 

Dalam forum tersebut Indonesia juga berharap adanya kesepakatan kerjasama antarmitigasi bencana terkait air serta membangun kapasitas dalam hal pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan inklusif.

Indonesia pun mendorong investasi dan teknologi baru dalam pengelolaan air yang efisien dan berkelanjutan. Langkah tersebut dilakukan sejalan dengan upaya untuk pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) serta memperkuat kerja sama regional dan global dalam penyelesaian konflik terkait air.

“Indonesia tentunya sangat berkomitmen untuk berperan aktif dalam mendukung solusi terkait air di tingkat global, dan melalui partisipasinya dalam WWF, Indonesia berharap dapat memperkuat kolaborasi antarnegara dan memajukan agenda air global untuk kesejahteraan bersama,” tutur Firdaus.

WWF merupakan forum air global yang diadakan setiap tiga tahun sekali. 

WWF ke-10  yang di gelar di Indonesia ini akan fokus membahas empat hal, yakni konservasi air (water conservation), air bersih dan sanitasi (clean water and sanitation), ketahanan pangan dan energi (food and energy security), serta mitigasi bencana alam (mitigation of natural disasters).

Sebanyak 244 sesi dalam forum tersebut diharapkan dapat memberikan hasil konkret mengenai pengarusutamaan pengelolaan air terpadu untuk pulau-pulau kecil atau Integrated Water Resources Management (IWRM) on Small Islands. 

Ada juga pembentukan pusat keunggulan atau praktik terbaik untuk ketahanan air dan iklim atau Centre of Excellence on Water and Climate Resilience (COE), serta penetapan Hari Danau Sedunia.



Penulis : Ririn oktaviani

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 29 April 2024

Indonesia Usung Hydro-Diplomacy di World Water Forum ke-10, Apa Poinnya?

Hydro-diplomacy merespon masalah manajemen sumber daya air, pemerataan distribusi air, dan mitigasi bencana terkait air termasuk soal pembiayaan.

World Water Forum 2024 di Bali, Indonesia/worldwaterforum.org

Context.id, JAKARTA - Indonesia mengedepankan penyelesaian sejumlah permasalahan terkait sumber daya air melalui hydro-diplomacy dalam perhelatan World Water Forum ke-10 yang akan digelar di Bali, 18-24 Mei 2024.

Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Sumber Daya Air Firdaus Ali menjelaskan hydro-diplomacy adalah pendekatan diplomasi yang berfokus pada isu-isu terkait air dengan mengedepankan dialog persuasif yang solutif. 

Selain itu, hydro-diplomacy juga merespon masalah manajemen sumber daya air, pemerataan distribusi air, dan mitigasi bencana terkait air.

Firdaus menyatakan isu lain yang juga menjadi pembahasan melalui hydro-diplomacy yakni kerja sama lintas batas dan pembiayaan yang saling memberikan manfaat terkait air.

“Melalui hydro-diplomacy, Indonesia berusaha untuk memfasilitasi dialog antarnegara/antarpemerintah melalui upaya berbagi ilmu pengetahuan, teknologi, dan pengalaman terkait manajemen sumber daya air, serta mendorong kerja sama sinergis dalam upaya penyelesaian konflik terkait air di berbagai wilayah,” ujar Firdaus.



Beberapa kerja sama konkret yang ingin dicapai Indonesia melalui hydro-diplomacy dan WWF, antara lain mendorong negara-negara untuk berbagi dan mengadopsi praktik terbaik dalam manajemen sumber daya air. 

Dalam forum tersebut Indonesia juga berharap adanya kesepakatan kerjasama antarmitigasi bencana terkait air serta membangun kapasitas dalam hal pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan inklusif.

Indonesia pun mendorong investasi dan teknologi baru dalam pengelolaan air yang efisien dan berkelanjutan. Langkah tersebut dilakukan sejalan dengan upaya untuk pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) serta memperkuat kerja sama regional dan global dalam penyelesaian konflik terkait air.

“Indonesia tentunya sangat berkomitmen untuk berperan aktif dalam mendukung solusi terkait air di tingkat global, dan melalui partisipasinya dalam WWF, Indonesia berharap dapat memperkuat kolaborasi antarnegara dan memajukan agenda air global untuk kesejahteraan bersama,” tutur Firdaus.

WWF merupakan forum air global yang diadakan setiap tiga tahun sekali. 

WWF ke-10  yang di gelar di Indonesia ini akan fokus membahas empat hal, yakni konservasi air (water conservation), air bersih dan sanitasi (clean water and sanitation), ketahanan pangan dan energi (food and energy security), serta mitigasi bencana alam (mitigation of natural disasters).

Sebanyak 244 sesi dalam forum tersebut diharapkan dapat memberikan hasil konkret mengenai pengarusutamaan pengelolaan air terpadu untuk pulau-pulau kecil atau Integrated Water Resources Management (IWRM) on Small Islands. 

Ada juga pembentukan pusat keunggulan atau praktik terbaik untuk ketahanan air dan iklim atau Centre of Excellence on Water and Climate Resilience (COE), serta penetapan Hari Danau Sedunia.



Penulis : Ririn oktaviani

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Apakah Minyak dari Biji-bijian Tidak Sehat Bagi Tubuh?

Selama beberapa tahun terakhir, ketakutan mengenai minyak dari biji-bijian yang tidak baik bagi tubuh dan bersifat inflamasi telah menyebar di int ...

Context.id . 26 November 2024

Ini Alasan yang Membuat Lithuania Diminati Perusahaan Tekfin Dunia

Lithuania menjadi salah satu pusat startup dan tekfin yang tumbuh paling cepat di Eropa, dengan sejumlah calon unicorn atau soonicorn.

Context.id . 26 November 2024

Harapan Wicked dan Gladiator II Alias Glicked Menjadi Barbeheimer Gagal

Dalam industri film, Barbenheimer adalah fenomena yang mungkin sulit untuk terulang kembali. Hal itu terbukti tidak terjadi fenomena Glicked

Context.id . 26 November 2024

Hal yang Paling Ditakutkan Astronaut, Kembali ke Bumi!

Memasuki kembali atmosfer Bumi adalah saat yang menakutkan bagi para astronaut yang bermukim lama di luar angkasa.

Context.id . 26 November 2024