Saat Air Jadi Tangga Kesejahteraan
Air merupakan kebutuhan dasar bagi keberlangsungan hidup masyarakat dalam segala aspek, termasuk untuk menikmati kehidupan yang lebih baik
Context.id, JAKARTA - Air merupakan sumber daya utama yang menjadi kebutuhan dasar bagi keberlangsungan hidup masyarakat dalam segala aspek, sehingga perlu dihadirkan secara berkelanjutan.
Novi Tri Mujahidin, Program Manager Kawan Baik Indonesia menuturkan, berdasarkan World Health Organization (WHO), manusia membutuhkan 50 sampai 100 liter air per hari untuk memenuhi kebutuhan dasar, dari konsumsi sampai sanitasi.
Namun, hal tersebut tidak dapat dipenuhi oleh warga yang berada di daerah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal) lantaran keterbatasan infrastruktur dan tantangan geografis.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menyebutkan bahwa ada 4.982 desa dengan status sangat tertinggal di Indonesia, di mana mereka masih kesulitan untuk mengakses air bersih.
“Akses air bersih merupakan salah satu masalah dasar di beberapa belahan dunia, termasuk Indonesia. Studi yang dilakukan oleh badan internasional seperti UNICEF melaporkan bahwa kualitas air bersih yang rendah dapat menjadi sumber berkembangnya berbagai penyakit, seperti diare, kolera dan gangguan pencernaan lainnya,” jelasnya, Kamis (22/6/2023).
Studi lain dari Bank Dunia mengenai evaluasi dampak program bantuan air bersih di beberapa negara berkembang memperlihatkan pengaruh positif akses air bersih pada aktivitas ekonomi masyarakat, di antaranya jalur produktivitas dan pendapatan, jalur sanitasi dan kesehatan serta jalur pendidikan.
Tingginya akses air bersih, tuturnya, juga berkaitan dengan peningkatan indikator pendidikan pada wilayah pedesaan yang mendapat akses tersebut. Beberapa riset juga menunjukkan bahwa sulitnya akses air pada suatu daerah berdampak pada rendahnya kehadiran siswa sampai 60 persen.
Beberapa alasan yang timbul antara lain adalah siswa yang harus membantu keluarga mencari air dan bahkan tidak hadir ke sekolah karena terbatasnya air untuk sanitasi bagi remaja perempuan.
“Meski demikian, upaya telah dilakukan oleh pemerintah, organisasi, perusahaan dan pihak lainnya untuk memperbaiki kondisi tersebut. Langkah-langkah proaktif yang diambil diantaranya termasuk pembangunan infrastruktur, pelatihan, pemberdayaan masyarakat, penanaman air, serta pengelolaan lingkungan," tambahnya.
Selain itu, program-program seperti pembangunan akses air bersih dan pelatihan di daerah 3T tersebut mengusung nilai-nilai SDGs serta melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pemeliharaan sehingga dinilai lebih berkelanjutan.
Menurutnya, dalam implementasi program perkembangan yang menyasar daerah maupun target penerima manfaat, pentingnya asas program yang berkelanjutan dan dukungan keterlibatan masyarakat agar dapat berjalan secara mandiri dan memperluas dampak positif.
Sementara itu, Indonesia telah mengadopsi SDGs sebagai bagian dari rencana pembangunan nasional dan berkomitmen untuk mencapai target-target tersebut. Misalnya, dalam hal akses air bersih dan sanitasi, pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan persentase populasi yang memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi yang aman.
Novi berbagi kiat merencanakan suatu proyek pembangunan di daerah 3T. Salah satunya memastikan bahwa proyek tersebut bisa diterima, dipahami, dan dilanjutkan oleh komunitas sebagai penerima manfaat serta memperhatikan juga keterjangkauan masyarakat terhadap proyek tersebut.
“Kami selalu melibatkan komunitas secara aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek sebelumnya melalui capacity building. Setelah kebutuhan dasar terpenuhi, mereka memberikan pelatihan dan dukungan kepada masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup mereka,” paparnya.
Kawan Baik, kata Novi, mengedepankan fleksibilitas dan keterbukaan terhadap alternatif rencana yang menghormati budaya dan tradisi lokal. Mereka juga terus berkomunikasi dengan masyarakat setempat untuk mendapatkan feedback dan memastikan proyek berjalan dengan baik.
Salah satu proyek yang sedang digarap Kawan Baik adalah Mbinudita Water Connections, yang berlokasi di Desa Mbinudita, sebuah daerah 3T di pegunungan Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur yang kekurangan akses air.
RELATED ARTICLES
Saat Air Jadi Tangga Kesejahteraan
Air merupakan kebutuhan dasar bagi keberlangsungan hidup masyarakat dalam segala aspek, termasuk untuk menikmati kehidupan yang lebih baik
Context.id, JAKARTA - Air merupakan sumber daya utama yang menjadi kebutuhan dasar bagi keberlangsungan hidup masyarakat dalam segala aspek, sehingga perlu dihadirkan secara berkelanjutan.
Novi Tri Mujahidin, Program Manager Kawan Baik Indonesia menuturkan, berdasarkan World Health Organization (WHO), manusia membutuhkan 50 sampai 100 liter air per hari untuk memenuhi kebutuhan dasar, dari konsumsi sampai sanitasi.
Namun, hal tersebut tidak dapat dipenuhi oleh warga yang berada di daerah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal) lantaran keterbatasan infrastruktur dan tantangan geografis.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menyebutkan bahwa ada 4.982 desa dengan status sangat tertinggal di Indonesia, di mana mereka masih kesulitan untuk mengakses air bersih.
“Akses air bersih merupakan salah satu masalah dasar di beberapa belahan dunia, termasuk Indonesia. Studi yang dilakukan oleh badan internasional seperti UNICEF melaporkan bahwa kualitas air bersih yang rendah dapat menjadi sumber berkembangnya berbagai penyakit, seperti diare, kolera dan gangguan pencernaan lainnya,” jelasnya, Kamis (22/6/2023).
Studi lain dari Bank Dunia mengenai evaluasi dampak program bantuan air bersih di beberapa negara berkembang memperlihatkan pengaruh positif akses air bersih pada aktivitas ekonomi masyarakat, di antaranya jalur produktivitas dan pendapatan, jalur sanitasi dan kesehatan serta jalur pendidikan.
Tingginya akses air bersih, tuturnya, juga berkaitan dengan peningkatan indikator pendidikan pada wilayah pedesaan yang mendapat akses tersebut. Beberapa riset juga menunjukkan bahwa sulitnya akses air pada suatu daerah berdampak pada rendahnya kehadiran siswa sampai 60 persen.
Beberapa alasan yang timbul antara lain adalah siswa yang harus membantu keluarga mencari air dan bahkan tidak hadir ke sekolah karena terbatasnya air untuk sanitasi bagi remaja perempuan.
“Meski demikian, upaya telah dilakukan oleh pemerintah, organisasi, perusahaan dan pihak lainnya untuk memperbaiki kondisi tersebut. Langkah-langkah proaktif yang diambil diantaranya termasuk pembangunan infrastruktur, pelatihan, pemberdayaan masyarakat, penanaman air, serta pengelolaan lingkungan," tambahnya.
Selain itu, program-program seperti pembangunan akses air bersih dan pelatihan di daerah 3T tersebut mengusung nilai-nilai SDGs serta melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pemeliharaan sehingga dinilai lebih berkelanjutan.
Menurutnya, dalam implementasi program perkembangan yang menyasar daerah maupun target penerima manfaat, pentingnya asas program yang berkelanjutan dan dukungan keterlibatan masyarakat agar dapat berjalan secara mandiri dan memperluas dampak positif.
Sementara itu, Indonesia telah mengadopsi SDGs sebagai bagian dari rencana pembangunan nasional dan berkomitmen untuk mencapai target-target tersebut. Misalnya, dalam hal akses air bersih dan sanitasi, pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan persentase populasi yang memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi yang aman.
Novi berbagi kiat merencanakan suatu proyek pembangunan di daerah 3T. Salah satunya memastikan bahwa proyek tersebut bisa diterima, dipahami, dan dilanjutkan oleh komunitas sebagai penerima manfaat serta memperhatikan juga keterjangkauan masyarakat terhadap proyek tersebut.
“Kami selalu melibatkan komunitas secara aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek sebelumnya melalui capacity building. Setelah kebutuhan dasar terpenuhi, mereka memberikan pelatihan dan dukungan kepada masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup mereka,” paparnya.
Kawan Baik, kata Novi, mengedepankan fleksibilitas dan keterbukaan terhadap alternatif rencana yang menghormati budaya dan tradisi lokal. Mereka juga terus berkomunikasi dengan masyarakat setempat untuk mendapatkan feedback dan memastikan proyek berjalan dengan baik.
Salah satu proyek yang sedang digarap Kawan Baik adalah Mbinudita Water Connections, yang berlokasi di Desa Mbinudita, sebuah daerah 3T di pegunungan Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur yang kekurangan akses air.
POPULAR
RELATED ARTICLES