Iran vs Israel Akan Guncang Negara-negara Asia
Jika ada konflik di Timur Tengah dan selat Hormuz di blokade Iran, negara seperti China, Jepang, Korea Selatan, dan India akan terdampak signifikan.
Context.id, JAKARTA - Negara-negara di kawasan Asia akan mengalami guncangan jika Iran dan Israel terus berseteru.
Akademisi Universitas Paramdina, Wijayanto Samirin mengatakan, situasi di Timur Tengah saat ini terjadi pergeseran.
Pertama, kawasan itu saat ini memproduksi 35% minyak dunia. Kedua, 30% minyak dunia itu diekspor selat Hormuz, dan Iran punya kontrol luar biasa terhadap selat tersebut.
“Ekspor minyak itu jika dulu dikiirm ke Eropa dan USA, sekarang lebih banyak ke Asia terutama China, India, Jepang dan Korsel. Negara-negara pengimpor ini akan terdampak jika sehat Hormuz diblokade,” ucapnya dalam keterangan tertulis, Senin (29/4/2024).
Rusia, lanjutnya, juga merupakan produsen minyak dan gas yang sangat dominan. Maka jika ada kenaikan harga minyak dan gas yang merupakan imbas dari konfik Iran melawan Israel, Rusia tentunya akan mendapatkan keuntungan.
BACA JUGA
Hal ini bisa dilihat dari kenaikan harga gas akibat perang Rusia dan Ukraine di mana negara itu mendapat pemasukan luar biasa dari kenaikan harga gas.
Fenomena menarik lain, Amerika Serikat dulu mempertahankan kepentingannya karena merupakan importir minyak dari Timur Tengah.
Akan tetpai, sekarang negara itu sudah menjadi eksportir minyak dan ada surplus 1,64 juta barel per hari atau sama seperti total konsumsi minyak Indonesia.
“Transaksi minyak bumi di Timur Tengah masih menggunakan mata uang dolar AS. Jadi kepentingannya di Timur Tengah bukan lagi minyak, tapi bagaiamana mata uang dolar tetap digunakan sebagai alat transaksi sehingga permintana dolar tetap tinggi,” urainya.
Dia melanjutkan, Uni Eropa sejauh ini kian tidak menggantungkan diri pada Timur Tengah dalam menyuplai minyak bumi.
Pasalnya, saat ini sekitar 8% saja yang berasal dari kawasan itu. Sementara 90% suplai berasal dari AS, Norwegeia dan Kazkhstan.
Karena itu, jika ada konflik di Timur Tengah dan selat Hormuz di blokade, negara-negara China, Jepang, Korea Selatan, dan India akan terdampak secara signifikan.
“Kebijakan luar negeri negara AS dan Eropa tentu akan mempertimbangkan aspek negara sekutu mereka jika terjadi konflik. Misalnya dengan sikap netral, karena negara sekutu seperti Jepang dan Korsel akan kesulitan mendapatkan minyak,” tuturnya.
RELATED ARTICLES
Iran vs Israel Akan Guncang Negara-negara Asia
Jika ada konflik di Timur Tengah dan selat Hormuz di blokade Iran, negara seperti China, Jepang, Korea Selatan, dan India akan terdampak signifikan.
Context.id, JAKARTA - Negara-negara di kawasan Asia akan mengalami guncangan jika Iran dan Israel terus berseteru.
Akademisi Universitas Paramdina, Wijayanto Samirin mengatakan, situasi di Timur Tengah saat ini terjadi pergeseran.
Pertama, kawasan itu saat ini memproduksi 35% minyak dunia. Kedua, 30% minyak dunia itu diekspor selat Hormuz, dan Iran punya kontrol luar biasa terhadap selat tersebut.
“Ekspor minyak itu jika dulu dikiirm ke Eropa dan USA, sekarang lebih banyak ke Asia terutama China, India, Jepang dan Korsel. Negara-negara pengimpor ini akan terdampak jika sehat Hormuz diblokade,” ucapnya dalam keterangan tertulis, Senin (29/4/2024).
Rusia, lanjutnya, juga merupakan produsen minyak dan gas yang sangat dominan. Maka jika ada kenaikan harga minyak dan gas yang merupakan imbas dari konfik Iran melawan Israel, Rusia tentunya akan mendapatkan keuntungan.
BACA JUGA
Hal ini bisa dilihat dari kenaikan harga gas akibat perang Rusia dan Ukraine di mana negara itu mendapat pemasukan luar biasa dari kenaikan harga gas.
Fenomena menarik lain, Amerika Serikat dulu mempertahankan kepentingannya karena merupakan importir minyak dari Timur Tengah.
Akan tetpai, sekarang negara itu sudah menjadi eksportir minyak dan ada surplus 1,64 juta barel per hari atau sama seperti total konsumsi minyak Indonesia.
“Transaksi minyak bumi di Timur Tengah masih menggunakan mata uang dolar AS. Jadi kepentingannya di Timur Tengah bukan lagi minyak, tapi bagaiamana mata uang dolar tetap digunakan sebagai alat transaksi sehingga permintana dolar tetap tinggi,” urainya.
Dia melanjutkan, Uni Eropa sejauh ini kian tidak menggantungkan diri pada Timur Tengah dalam menyuplai minyak bumi.
Pasalnya, saat ini sekitar 8% saja yang berasal dari kawasan itu. Sementara 90% suplai berasal dari AS, Norwegeia dan Kazkhstan.
Karena itu, jika ada konflik di Timur Tengah dan selat Hormuz di blokade, negara-negara China, Jepang, Korea Selatan, dan India akan terdampak secara signifikan.
“Kebijakan luar negeri negara AS dan Eropa tentu akan mempertimbangkan aspek negara sekutu mereka jika terjadi konflik. Misalnya dengan sikap netral, karena negara sekutu seperti Jepang dan Korsel akan kesulitan mendapatkan minyak,” tuturnya.
POPULAR
RELATED ARTICLES