Gajah Sumatera Tewas dalam Kondisi Hamil, Diracun?
Hal ini menjadi perhatian karena gajah Sumatera merupakan salah satu spesies yang terancam punah.
Context.id, JAKARTA - Seekor gajah Sumatera yang sedang hamil ditemukan tewas karena diracuni, Rabu (25/5/2022). Padahal, gajah langka ini baru berusia 25 tahun dan akan segera melahirkan.
Saat ditemukan di dekat perkebunan kelapa sawit di Riau, gajah tersebut mengeluarkan darah dari mulut dan anusnya. Namun setelah bangkainya dibedah, ditemukan nanas di perut gajah, padahal tidak ada nanas yang tumbuh di daerah tersebut. Maka dari itu, pihak berwenang mencurigai gajah itu sengaja diracun.
“Dari tanda-tanda perubahan bentuk organ-organ dalam, seperti paru-paru sepertinya terlihat terbakar, menghitam dan keluar darah,” ujar Direktur Program Yayasan Rimba Satwa, Zulhusni Syukri.
Hal ini menjadi perhatian karena gajah Sumatera merupakan salah satu spesies yang terancam punah. Menurut data dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK), populasi gajah Sumatera di habitat aslinya menyusut 50 persen dalam tujuh tahun terakhir.
Oleh karena itu, status gajah Sumatera telah meningkat dari Genting menjadi Kritis oleh IUCN Red List pada 2012. Pasalnya, potensi habitat satwa ini juga menurun hingga 69 persen dalam 25 tahun terakhir.
Namun, setelah diberikan status tersebut, bukannya populasi gajah meningkat, justru makin menurun. Pada 2014, jumlah gajah masih mencapai 1.300 ekor, tetapi pada 2021 jumlah gajah hanya tinggal 693 ekor. Selain itu, sedikitnya tujuh gajah Sumatera mati di Provinsi Riau dalam tiga tahun terakhir.
Hal ini dikarenakan ekspansi perkebunan kelapa sawit yang dilakukan secara masif, sehingga para satwa kehilangan habitatnya. Selain itu, adanya konflik dengan manusia, perburuan ilegal, dan hilangnya kemampuan genetik akibat ukuran populasi yang kecil dan terisolasi.
“Pekerja perkebunan sawit di dekat jalur jelajah gajah sering bentrok dengan gajah karena memakan buah sawit,” ujar Zulhusni.
Sebenarnya berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dan NGO. Mulai dari melakukan pendekatan mitigasi dan adaptasi konflik manusia dengan satwa sejak 2000, lalu penelitian terkait gajah Sumatera, hingga adanya konservasi gajah. Namun sayangnya, hal seperti kematian gajah masih terus terjadi.
RELATED ARTICLES
Gajah Sumatera Tewas dalam Kondisi Hamil, Diracun?
Hal ini menjadi perhatian karena gajah Sumatera merupakan salah satu spesies yang terancam punah.
Context.id, JAKARTA - Seekor gajah Sumatera yang sedang hamil ditemukan tewas karena diracuni, Rabu (25/5/2022). Padahal, gajah langka ini baru berusia 25 tahun dan akan segera melahirkan.
Saat ditemukan di dekat perkebunan kelapa sawit di Riau, gajah tersebut mengeluarkan darah dari mulut dan anusnya. Namun setelah bangkainya dibedah, ditemukan nanas di perut gajah, padahal tidak ada nanas yang tumbuh di daerah tersebut. Maka dari itu, pihak berwenang mencurigai gajah itu sengaja diracun.
“Dari tanda-tanda perubahan bentuk organ-organ dalam, seperti paru-paru sepertinya terlihat terbakar, menghitam dan keluar darah,” ujar Direktur Program Yayasan Rimba Satwa, Zulhusni Syukri.
Hal ini menjadi perhatian karena gajah Sumatera merupakan salah satu spesies yang terancam punah. Menurut data dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK), populasi gajah Sumatera di habitat aslinya menyusut 50 persen dalam tujuh tahun terakhir.
Oleh karena itu, status gajah Sumatera telah meningkat dari Genting menjadi Kritis oleh IUCN Red List pada 2012. Pasalnya, potensi habitat satwa ini juga menurun hingga 69 persen dalam 25 tahun terakhir.
Namun, setelah diberikan status tersebut, bukannya populasi gajah meningkat, justru makin menurun. Pada 2014, jumlah gajah masih mencapai 1.300 ekor, tetapi pada 2021 jumlah gajah hanya tinggal 693 ekor. Selain itu, sedikitnya tujuh gajah Sumatera mati di Provinsi Riau dalam tiga tahun terakhir.
Hal ini dikarenakan ekspansi perkebunan kelapa sawit yang dilakukan secara masif, sehingga para satwa kehilangan habitatnya. Selain itu, adanya konflik dengan manusia, perburuan ilegal, dan hilangnya kemampuan genetik akibat ukuran populasi yang kecil dan terisolasi.
“Pekerja perkebunan sawit di dekat jalur jelajah gajah sering bentrok dengan gajah karena memakan buah sawit,” ujar Zulhusni.
Sebenarnya berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dan NGO. Mulai dari melakukan pendekatan mitigasi dan adaptasi konflik manusia dengan satwa sejak 2000, lalu penelitian terkait gajah Sumatera, hingga adanya konservasi gajah. Namun sayangnya, hal seperti kematian gajah masih terus terjadi.
POPULAR
RELATED ARTICLES