Share

Stories 25 April 2024

Kampus Elit AS Protes Genosida Gaza, Mengulang Sejarah Demo Perang Vietnam?

Periode 50-60an, mahasiswa dari berbagai kampus di Amerika Serikat melakukan unjuk rasa menolak keterlibatan AS dalam Perang Vietnam

Demo Pro-Palestina di AS/Istimewa

Context.id, JAKARTA - Gelombang protes dari berbagai kampus elit di Amerika Serikat (AS) bermunculan, menolak peran AS yang terus mendukung Israel dalam genosida di Jalur Gaza, Palestina.

Sejak sepekan terakhir, berbagai kampus melakukan aksi protes di berbagai wilayah AS, mulai dari New York University (NYU), Yale University, California University, Massachusetts Institute of Technology (MIT), Columbia University, hingga Michigan University

Pada Senin (22/4) lalu, Presiden AS Joe Biden memberikan tanggapan dengan menyebut para mahasiswa pendemo sebagai antisemitisme atau pembenci Yahudi dan tak mengerti atas kondisi sebenarnya yang terjadi di Palestina.

Pada hari yang sama, kepolisian Kota New York juga dilaporkan menangkap kurang lebih 100 orang demonstran tanpa alasan yang jelas.

Hari berikutnya pada Selasa (23/4), sekitar 50 mahasiswa dari Yale University juga ditangkap oleh kepolisian saat menggelar demonstrasi di jalanan Kota New York. 



Tak hanya itu, massa aksi dari New York University juga dibubarkan secara paksa menggunakan cara-cara kekerasan.

Mahasiswa dari berbagai kampus tersebut menuntut agar Amerika Serikat menghentikan dukungannya terhadap Israel, baik dalam bentuk pendanaan maupun persenjataan.

Melansir dari AFP, para pengunjuk rasa dari NYU dalam demonstrasinya menuntut para dosen hingga peneliti dari institusinya untuk membongkar dan mengungkap sokongan yang diberikan AS untuk Israel melalui dana abadi dan persenjataan.

“Kami mendukung Palestina dan kami mendukung pembebasan semua orang tanpa penjajahan,” ujar salah seorang pendemo seperti dilansir AFP.

Gelombang penolakan yang muncul dari berbagai kelompok mahasiswa juga turut mengundang kontroversi dari kalangan masyarakat yang memiliki pendapat berbeda terkait perang di Israel.

Sebagian besar masyarakat di AS masih beranggapan bahwa Israel adalah korban dari serangan yang dilancarkan kelompok militan Hamas pada 7 Oktober lalu.

Universitas pun kemudian menjelma menjadi tempat munculnya diskursus mengenai peristiwa perang yang terjadi di Palestina, mulai dari pihak yang mendukung hingga memboikot Israel.

Melansir Reuters, potensi eskalasi gerakan protes yang semakin meluas dan berdampak pada kestabilan kondisi politik AS, serupa dengan peristiwa demonstrasi perang Vietnam dahulu.

Sejarah Terulang?
Peristiwa munculnya gelombang protes besar-besaran oleh mahasiswa dari berbagai universitas bukanlah yang pertama kalinya terjadi di Amerika Serikat.

Apalagi, protes yang berisi penolakan terhadap peperangan yang melibatkan peran Amerika Serikat di dalamnya.

Salah satu peristiwa demonstrasi paling besar dalam sejarah AS adalah peristiwa demonstrasi penolakan atau anti-perang Vietnam yang terjadi pada 1957 silam.

Kala itu, Vietnam tengah dilanda perang saudara antara Vietnam Selatan dan Vietnam Utara, sebagai dampak dari perang dingin yang terjadi pasca Perang Dunia II yang berlangsung sejak 1954 hingga 1975.

Amerika Serikat awalnya berperan sebagai pendukung Vietnam Selatan dan menjadi penasihat perang bagi Vietnam Selatan agar wilayahnya tak jatuh ke tangan Vietnam Utara, yang saat itu berhaluan komunis dan menjadi rekan dari Uni Soviet.

Seiring berlarutnya perang, AS terlibat lebih jauh dalam perang Vietnam. AS kini memberikan bantuan berupa pendanaan, persenjataan, bahkan pelatihan militer secara khusus oleh CIA bagi para prajurit Vietnam Selatan.

Keterlibatan dalam perang Vietnam kemudian ditolak oleh masyarakat AS melalui demonstrasi besar-besaran di berbagai daerah.

Melansir History.com, pada 21 Oktober 1957 ratusan ribu warga AS turun ke jalanan di berbagai daerah untuk menggelar demonstrasi yang menuntut pemerintah AS untuk menghentikan perang di Vietnam.

Sekitar 100 ribu warga AS berkumpul di jalanan Washington DC, sementara 50 ribu kelompok demonstran lainnya melakukan long march dari pusat kota menuju Gedung Kementerian Pertahanan AS.

Demonstrasi penolakan terhadap perang Vietnam ini pun ditandai sebagai kemunculan pertama gerakan anti-perang yang muncul di Amerika Serikat.

Hingga saat ini, masyarakat sipil di AS kerap menggelar demonstrasi serupa atas keterlibatan AS dalam berbagai peperangan, mulai dari perang Vietnam, perang di Afghanistan dan daerah Timur Tengah lainnya, hingga kini genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina

Penulis: Ridho Danu



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 25 April 2024

Kampus Elit AS Protes Genosida Gaza, Mengulang Sejarah Demo Perang Vietnam?

Periode 50-60an, mahasiswa dari berbagai kampus di Amerika Serikat melakukan unjuk rasa menolak keterlibatan AS dalam Perang Vietnam

Demo Pro-Palestina di AS/Istimewa

Context.id, JAKARTA - Gelombang protes dari berbagai kampus elit di Amerika Serikat (AS) bermunculan, menolak peran AS yang terus mendukung Israel dalam genosida di Jalur Gaza, Palestina.

Sejak sepekan terakhir, berbagai kampus melakukan aksi protes di berbagai wilayah AS, mulai dari New York University (NYU), Yale University, California University, Massachusetts Institute of Technology (MIT), Columbia University, hingga Michigan University

Pada Senin (22/4) lalu, Presiden AS Joe Biden memberikan tanggapan dengan menyebut para mahasiswa pendemo sebagai antisemitisme atau pembenci Yahudi dan tak mengerti atas kondisi sebenarnya yang terjadi di Palestina.

Pada hari yang sama, kepolisian Kota New York juga dilaporkan menangkap kurang lebih 100 orang demonstran tanpa alasan yang jelas.

Hari berikutnya pada Selasa (23/4), sekitar 50 mahasiswa dari Yale University juga ditangkap oleh kepolisian saat menggelar demonstrasi di jalanan Kota New York. 



Tak hanya itu, massa aksi dari New York University juga dibubarkan secara paksa menggunakan cara-cara kekerasan.

Mahasiswa dari berbagai kampus tersebut menuntut agar Amerika Serikat menghentikan dukungannya terhadap Israel, baik dalam bentuk pendanaan maupun persenjataan.

Melansir dari AFP, para pengunjuk rasa dari NYU dalam demonstrasinya menuntut para dosen hingga peneliti dari institusinya untuk membongkar dan mengungkap sokongan yang diberikan AS untuk Israel melalui dana abadi dan persenjataan.

“Kami mendukung Palestina dan kami mendukung pembebasan semua orang tanpa penjajahan,” ujar salah seorang pendemo seperti dilansir AFP.

Gelombang penolakan yang muncul dari berbagai kelompok mahasiswa juga turut mengundang kontroversi dari kalangan masyarakat yang memiliki pendapat berbeda terkait perang di Israel.

Sebagian besar masyarakat di AS masih beranggapan bahwa Israel adalah korban dari serangan yang dilancarkan kelompok militan Hamas pada 7 Oktober lalu.

Universitas pun kemudian menjelma menjadi tempat munculnya diskursus mengenai peristiwa perang yang terjadi di Palestina, mulai dari pihak yang mendukung hingga memboikot Israel.

Melansir Reuters, potensi eskalasi gerakan protes yang semakin meluas dan berdampak pada kestabilan kondisi politik AS, serupa dengan peristiwa demonstrasi perang Vietnam dahulu.

Sejarah Terulang?
Peristiwa munculnya gelombang protes besar-besaran oleh mahasiswa dari berbagai universitas bukanlah yang pertama kalinya terjadi di Amerika Serikat.

Apalagi, protes yang berisi penolakan terhadap peperangan yang melibatkan peran Amerika Serikat di dalamnya.

Salah satu peristiwa demonstrasi paling besar dalam sejarah AS adalah peristiwa demonstrasi penolakan atau anti-perang Vietnam yang terjadi pada 1957 silam.

Kala itu, Vietnam tengah dilanda perang saudara antara Vietnam Selatan dan Vietnam Utara, sebagai dampak dari perang dingin yang terjadi pasca Perang Dunia II yang berlangsung sejak 1954 hingga 1975.

Amerika Serikat awalnya berperan sebagai pendukung Vietnam Selatan dan menjadi penasihat perang bagi Vietnam Selatan agar wilayahnya tak jatuh ke tangan Vietnam Utara, yang saat itu berhaluan komunis dan menjadi rekan dari Uni Soviet.

Seiring berlarutnya perang, AS terlibat lebih jauh dalam perang Vietnam. AS kini memberikan bantuan berupa pendanaan, persenjataan, bahkan pelatihan militer secara khusus oleh CIA bagi para prajurit Vietnam Selatan.

Keterlibatan dalam perang Vietnam kemudian ditolak oleh masyarakat AS melalui demonstrasi besar-besaran di berbagai daerah.

Melansir History.com, pada 21 Oktober 1957 ratusan ribu warga AS turun ke jalanan di berbagai daerah untuk menggelar demonstrasi yang menuntut pemerintah AS untuk menghentikan perang di Vietnam.

Sekitar 100 ribu warga AS berkumpul di jalanan Washington DC, sementara 50 ribu kelompok demonstran lainnya melakukan long march dari pusat kota menuju Gedung Kementerian Pertahanan AS.

Demonstrasi penolakan terhadap perang Vietnam ini pun ditandai sebagai kemunculan pertama gerakan anti-perang yang muncul di Amerika Serikat.

Hingga saat ini, masyarakat sipil di AS kerap menggelar demonstrasi serupa atas keterlibatan AS dalam berbagai peperangan, mulai dari perang Vietnam, perang di Afghanistan dan daerah Timur Tengah lainnya, hingga kini genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina

Penulis: Ridho Danu



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Universitas Brown Kembalikan Lahan Bersejarah kepada Suku Indian Pokanoket

Brown University mengalihkan kepemilikan lahannya di Mount Hope kepada suku Pokanoket untuk menghormati warisan budaya dan sejarah leluhur mereka.

Context.id . 06 December 2024

Myanmar Menjadi Negara dengan Jumlah Korban Ranjau Darat Terbanyak

Laporan Landmine Monitor 2024 mencatat warga sipil, termasuk anak-anak, menanggung beban paling besar akibat ranjau darat

Context.id . 05 December 2024

Militer China Terus Memperbarui Senjata Hipersonik dan Elektromagnetiknya

China terus melakukan uji coba senjata kendaraan hipersonik dan elektromagnetiknya yang bisa melumpuhkan kawasan strategis musuh

Context.id . 04 December 2024

Bendung Dampak Perang Dagang Perusahaan China Merekrut Eksekutif Global

Serangan terhadap ekonomi China melalui perang tarif membuat perusahaan di Negeri Tirai Bambu ini mengambil strategi baru, merekrut eksekutif yang ...

Context.id . 04 December 2024