Share

Stories 24 April 2024

Tren Positif Berlanjut, Industri Mobil Listrik Makin Menjanjikan

Pada 2023 lalu, penjualan mobil listrik memecahkan rekor penjualan mencapai 14 juta unit secara global atau setara dengan 18% dari seluruh penjualan mobil di dunia

Ilustrasi Mobil Listrik - Puspa Larasati

 

Context.id, JAKARTA - Transformasi kendaraan bahan bakar fosil menuju kendaraan listrik semakin menjanjikan dengan tren penjualan yang terus meningkat tiap tahunnya. 

International Energy Agency (IEA) merilis data ‘Global EV Outlook’ yang mencatat perkembangan industri mobil listrik dan proyeksinya terhadap peluang masa depan di tahun 2035. 

Pada 2023 lalu, penjualan mobil listrik berhasil memecahkan rekor dengan lonjakan penjualan mencapai 14 juta unit secara global atau setara dengan 18% dari seluruh penjualan mobil di dunia.

Angka tersebut mencatatkan peningkatan sebanyak 35% dari penjualan tahun sebelumnya dan membuat lebih dari 250 ribu unit mobil terjual setiap pekan sepanjang 2023 lalu.



Data IEA juga mengungkap pada kuartal pertama tahun 2024, penjualan mobil listrik secara global berhasil tumbuh hingga 25% dibanding periode yang sama pada 2023, dengan proyeksi penjualan mencapai 17 juta unit pada akhir tahun mendatang.

Dominasi China

Meskipun perkembangan mobil listrik terus menunjukkan tren positif, tetapi mayoritas penjualan masih terpusat di China, dengan jumlah penjualan mencapai angka 60%.

China memang sedang gencar memasarkan mobil listrik ke pasar dunia melalui produsen mobil listriknya di antaranya Chery, Neta, DFSK dan Wuling serta BYD Co. 

Gencarnya mobil listrik buatan China memasuki pasar global menggerus dominasi pabrikan mobil listrik asal AS, Tesla.  

Salah satu faktor berjayanya pabrikan mobil listrik China harganya yang jauh lebih terjangkau dibanding mobil listrik pabrikan AS atau Eropa.

Pasar di negara berkembang, terutama Asia seperti Indonesia, Vietnam, Thailand, dan Malaysia sangat menyukai mobil listrik China. 

Selain secara harga cukup terjangkau, desain dan fitur yang ditawarkan juga cukup bersaing dengan pabrikan AS atau Eropa.  

Faktor ini yang turut mendongkrak angka penjualan mobil listrik pabrikan China. 

China bahkan berhasil menguasai 7 dari 10 mobil listrik terlaris di seluruh dunia sepanjang 2023 dengan 6 di antaranya merupakan mobil pabrikan BYD.

Pada 2024 ini, penjualan mobil listrik di China sendiri diproyeksi dapat mencapai angka 10 juta unit terjual selama satu tahun, setara dengan 80% jumlah mobil terjual secara global pada 2023 lalu.

Selain China, tren positif penjualan mobil listrik juga terdapat di dua kawasan lainnya, yaitu Eropa dengan 25% penjualan dan Amerika dengan 11% penjualan secara global.

Secara keseluruhan, penjualan mobil listrik di tiga kawasan tersebut mencapai angka 95% dan menunjukkan bahwa perkembangan mobil listrik belum tersebar secara merata.

Negara Berkembang Jadi Kunci

Dalam laporannya, IEA menyebut perkembangan penjualan mobil listrik di negara-negara berkembang akan menentukan keberhasilan transformasi industri mobil listrik menjelang tahun 2035.

Hal ini menjadi kunci mengingat fenomena meroketnya perkembangan industri mobil listrik kini hanya terpusat di tiga kawasan utama yaitu China, Eropa, dan Amerika, tanpa diikuti pemerataan di kawasan lain. 

Meskipun begitu, pada 2023, negara-negara berkembang mulai menunjukkan tren positif dengan tingkat penjualan yang mulai naik, utamanya di kawasan Asia Tenggara dan Brasil.

Khususnya di kawasan Asia Tenggara, Vietnam mencatatkan kenaikan penjualan sebesar 15% dari tahun sebelumnya dan Thailand meningkat sebesar 10%.

Indonesia juga mulai menunjukkan pergerakan positif penggunaan mobil listrik dengan guyuran investasi dari berbagai perusahaan, serta kebijakan subsidi atau insentif pemerintah yang diharapkan mendongkrak minat masyarakat untuk membeli mobil listrik.

Gelombang Investasi

Selaras dengan semakin beragamnya jenis mobil listrik yang diproduksi secara global, produksi baterai sebagai bahan utama dalam mobil listrik juga memainkan peran yang sangat krusial.

Sayangnya, ketersediaan baterai yang terjangkau masih jarang ditemui sehingga harga penjualan mobil listrik pun masih tinggi.

Beberapa negara yang telah mengalami perkembangan penjualan mobil listrik secara perlahan mengurangi bahkan menghapus subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada mobil listrik.

Gelombang investasi pun mulai dikucurkan untuk mendukung pengembangan mobil listrik agar tetap berada pada tren yang positif dan tidak terpengaruh kondisi geopolitik yang dinamis.

IEA dalam laporannya menyebut, berkat target dan rekam jejak yang menjanjikan, jumlah investasi dalam proyek kendaraan listrik dan baterai di seluruh dunia telah mencapai angka hampir US$ 500 miliar.

Masifnya investasi di industri produksi baterai dinilai dapat mendorong transisi menuju elektrifikasi kendaraan yang lebih terjangkau bagi masyarakat.

Inovasi teknologi juga mulai dikembangkan untuk menciptakan baterai natrium-ion yang tak memerlukan litium dan harganya dapat mencapai 20% lebih murah dibanding baterai berbasis litium.

IEA pun memproyeksikan melesatnya pengembangan mobil listrik dapat mengurangi kebutuhan minyak bumi sebagai bahan bakar kendaraan hingga lebih dari 10 juta barel per hari.

Selain itu, alternatif lain yang dapat menjadi solusi keterjangkauan mobil listrik adalah dengan semakin banyaknya mobil listrik bekas yang akan tersedia ke depannya.

Penulis: Ridho Danu



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 24 April 2024

Tren Positif Berlanjut, Industri Mobil Listrik Makin Menjanjikan

Pada 2023 lalu, penjualan mobil listrik memecahkan rekor penjualan mencapai 14 juta unit secara global atau setara dengan 18% dari seluruh penjualan mobil di dunia

Ilustrasi Mobil Listrik - Puspa Larasati

 

Context.id, JAKARTA - Transformasi kendaraan bahan bakar fosil menuju kendaraan listrik semakin menjanjikan dengan tren penjualan yang terus meningkat tiap tahunnya. 

International Energy Agency (IEA) merilis data ‘Global EV Outlook’ yang mencatat perkembangan industri mobil listrik dan proyeksinya terhadap peluang masa depan di tahun 2035. 

Pada 2023 lalu, penjualan mobil listrik berhasil memecahkan rekor dengan lonjakan penjualan mencapai 14 juta unit secara global atau setara dengan 18% dari seluruh penjualan mobil di dunia.

Angka tersebut mencatatkan peningkatan sebanyak 35% dari penjualan tahun sebelumnya dan membuat lebih dari 250 ribu unit mobil terjual setiap pekan sepanjang 2023 lalu.



Data IEA juga mengungkap pada kuartal pertama tahun 2024, penjualan mobil listrik secara global berhasil tumbuh hingga 25% dibanding periode yang sama pada 2023, dengan proyeksi penjualan mencapai 17 juta unit pada akhir tahun mendatang.

Dominasi China

Meskipun perkembangan mobil listrik terus menunjukkan tren positif, tetapi mayoritas penjualan masih terpusat di China, dengan jumlah penjualan mencapai angka 60%.

China memang sedang gencar memasarkan mobil listrik ke pasar dunia melalui produsen mobil listriknya di antaranya Chery, Neta, DFSK dan Wuling serta BYD Co. 

Gencarnya mobil listrik buatan China memasuki pasar global menggerus dominasi pabrikan mobil listrik asal AS, Tesla.  

Salah satu faktor berjayanya pabrikan mobil listrik China harganya yang jauh lebih terjangkau dibanding mobil listrik pabrikan AS atau Eropa.

Pasar di negara berkembang, terutama Asia seperti Indonesia, Vietnam, Thailand, dan Malaysia sangat menyukai mobil listrik China. 

Selain secara harga cukup terjangkau, desain dan fitur yang ditawarkan juga cukup bersaing dengan pabrikan AS atau Eropa.  

Faktor ini yang turut mendongkrak angka penjualan mobil listrik pabrikan China. 

China bahkan berhasil menguasai 7 dari 10 mobil listrik terlaris di seluruh dunia sepanjang 2023 dengan 6 di antaranya merupakan mobil pabrikan BYD.

Pada 2024 ini, penjualan mobil listrik di China sendiri diproyeksi dapat mencapai angka 10 juta unit terjual selama satu tahun, setara dengan 80% jumlah mobil terjual secara global pada 2023 lalu.

Selain China, tren positif penjualan mobil listrik juga terdapat di dua kawasan lainnya, yaitu Eropa dengan 25% penjualan dan Amerika dengan 11% penjualan secara global.

Secara keseluruhan, penjualan mobil listrik di tiga kawasan tersebut mencapai angka 95% dan menunjukkan bahwa perkembangan mobil listrik belum tersebar secara merata.

Negara Berkembang Jadi Kunci

Dalam laporannya, IEA menyebut perkembangan penjualan mobil listrik di negara-negara berkembang akan menentukan keberhasilan transformasi industri mobil listrik menjelang tahun 2035.

Hal ini menjadi kunci mengingat fenomena meroketnya perkembangan industri mobil listrik kini hanya terpusat di tiga kawasan utama yaitu China, Eropa, dan Amerika, tanpa diikuti pemerataan di kawasan lain. 

Meskipun begitu, pada 2023, negara-negara berkembang mulai menunjukkan tren positif dengan tingkat penjualan yang mulai naik, utamanya di kawasan Asia Tenggara dan Brasil.

Khususnya di kawasan Asia Tenggara, Vietnam mencatatkan kenaikan penjualan sebesar 15% dari tahun sebelumnya dan Thailand meningkat sebesar 10%.

Indonesia juga mulai menunjukkan pergerakan positif penggunaan mobil listrik dengan guyuran investasi dari berbagai perusahaan, serta kebijakan subsidi atau insentif pemerintah yang diharapkan mendongkrak minat masyarakat untuk membeli mobil listrik.

Gelombang Investasi

Selaras dengan semakin beragamnya jenis mobil listrik yang diproduksi secara global, produksi baterai sebagai bahan utama dalam mobil listrik juga memainkan peran yang sangat krusial.

Sayangnya, ketersediaan baterai yang terjangkau masih jarang ditemui sehingga harga penjualan mobil listrik pun masih tinggi.

Beberapa negara yang telah mengalami perkembangan penjualan mobil listrik secara perlahan mengurangi bahkan menghapus subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada mobil listrik.

Gelombang investasi pun mulai dikucurkan untuk mendukung pengembangan mobil listrik agar tetap berada pada tren yang positif dan tidak terpengaruh kondisi geopolitik yang dinamis.

IEA dalam laporannya menyebut, berkat target dan rekam jejak yang menjanjikan, jumlah investasi dalam proyek kendaraan listrik dan baterai di seluruh dunia telah mencapai angka hampir US$ 500 miliar.

Masifnya investasi di industri produksi baterai dinilai dapat mendorong transisi menuju elektrifikasi kendaraan yang lebih terjangkau bagi masyarakat.

Inovasi teknologi juga mulai dikembangkan untuk menciptakan baterai natrium-ion yang tak memerlukan litium dan harganya dapat mencapai 20% lebih murah dibanding baterai berbasis litium.

IEA pun memproyeksikan melesatnya pengembangan mobil listrik dapat mengurangi kebutuhan minyak bumi sebagai bahan bakar kendaraan hingga lebih dari 10 juta barel per hari.

Selain itu, alternatif lain yang dapat menjadi solusi keterjangkauan mobil listrik adalah dengan semakin banyaknya mobil listrik bekas yang akan tersedia ke depannya.

Penulis: Ridho Danu



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Universitas Brown Kembalikan Lahan Bersejarah kepada Suku Indian Pokanoket

Brown University mengalihkan kepemilikan lahannya di Mount Hope kepada suku Pokanoket untuk menghormati warisan budaya dan sejarah leluhur mereka.

Context.id . 06 December 2024

Myanmar Menjadi Negara dengan Jumlah Korban Ranjau Darat Terbanyak

Laporan Landmine Monitor 2024 mencatat warga sipil, termasuk anak-anak, menanggung beban paling besar akibat ranjau darat

Context.id . 05 December 2024

Militer China Terus Memperbarui Senjata Hipersonik dan Elektromagnetiknya

China terus melakukan uji coba senjata kendaraan hipersonik dan elektromagnetiknya yang bisa melumpuhkan kawasan strategis musuh

Context.id . 04 December 2024

Bendung Dampak Perang Dagang Perusahaan China Merekrut Eksekutif Global

Serangan terhadap ekonomi China melalui perang tarif membuat perusahaan di Negeri Tirai Bambu ini mengambil strategi baru, merekrut eksekutif yang ...

Context.id . 04 December 2024