Stories - 02 April 2024

Makin Ngeri, OpenAI Ciptakan Teknologi Kloning Suara

Voice Engine digadang-gadang dapat mengkloning suara seseorang dari sumber rekaman berdurasi 15 detik.

Context.id, JAKARTA - Perusahaan teknologi kecerdasan buatan asal Amerika Serikat OpenAI meluncurkan teknologi terbaru yang dapat mengkloning suara yaitu Voice Engine.

Melansir The New York Times, perusahaan AI terkemuka itu mengatakan unit teknologi dari perusahaan sedang menguji sistem terbaru mereka, yaitu Voice Engine, yang digadang-gadang dapat mengkloning suara seseorang dari sumber rekaman berdurasi 15 detik.

Mereka mengatakan jika kloning suara dapat menghasilkan ucapan yang terdengar alami dan sangat mirip dengan pembicara aslinya. 

“Perlu dicatat bahwa model kecil dengan sampel tunggal berdurasi 15 detik dapat menghasilkan suara yang emosional dan realistis,” kata OpenAI dalam postingan blognya, seperti dikutip, Selasa, (2/4).

Tak hanya itu, teknologi ini juga dapat mengkloning ulang suara dalam bahasa Spanyol, Prancis, China, atau banyak bahasa lainnya dan tidak harus selalu menggunakan bahasa ibu para penggunanya.

Manajer Produk OpenAI Jeff Harris mengatakan bahwa teknologi kloning suara terbaru dapat membantu orang-orang yang telah kehilangan suara mereka akibat karena sakit atau kecelakaan.

Kendati demikian, perusahaan juga mengambil sikap hati-hati terhadap perilisan teknologi terbaru mereka secara luas akibat adanya kekhawatiran potensi penyalahgunaan.

Pada 2022 lalu OpenAI sebenarnya telah memperkenalkan teknologi kloning suara dalam API text-to-speech serta ChatGPT Voice dan Read Aloud.

Namun, perusahaan menyadari risiko serius yang ditimbulkan dari teknologi yang dapat mengkloning suara terutama pada tahun-tahun pemilu yang dapat menimbulkan disinformasi. 

Seperti pada Januari lalu, penduduk New Hampshire menerima pesan robocall yang menghalangi mereka untuk memberikan suara di pemilihan pendahuluan negara bagian dengan menggunakan teknologi artifisial.

Mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan juga dikabarkan menggunakan teknologi kecerdasan buatan Voice Engine untuk menyatakan kemenangan dirinya dalam pemilihan umum Pakistan Februari lalu.

Tak hanya itu, perusahaan juga menyatakan kekhawatirannya akan teknologi ini karena bisa menciptakan kegagalan pengautentikasi suara atas kontrol akses para pengguna ke rekening online dan aplikasi pribadi mereka.

“Ini adalah hal yang sensitif, dan penting untuk memperbaikinya,” kata manajer produk OpenAI  Jeff Harris, seperti dikutip, Selasa, (2/4).

Oleh karena itu, OpenAI telah berupaya meminimalisir penyalahgunaan lewat kerja sama dengan Pemerintahan AS dan beragam mitra internasional, termasuk media, hiburan, pendidikan, dan masyarakat sipil untuk dapat memberikan saran pengembangannya.

“Kami berharap pratinjau Voice Engine ini menggarisbawahi potensinya dan juga memotivasi kebutuhan untuk meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap tantangan yang ditimbulkan oleh model generatif yang semakin meyakinkan,” kata OpenAI, seperti dikutip dari ANews, Selasa, (2/4).

Penulis: Candra Soemirat


Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

MORE  STORIES

Perebutan Likuiditas di Indonesia, Apa Itu?

Likuditas adalah kemampuan entitas dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang akan jatuh tempo

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Suku Inuit di Alaska, Tetap Sehat Walau Tak Makan Sayur

Suku Inuit tetap sehat karena memakan banyak organ daging mentah yang mempunyai kandungan vitamin C, nutrisi, dan lemak jenuh tinggi

Context.id | 26-07-2024

Dampingi Korban Kekerasan Seksual Malah Terjerat UU ITE

Penyidik dianggap tidak memperhatikan dan berupaya mencari fakta-fakta yang akurat berkaitan dengan kasus kekerasan seksual

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Ini Aturan Penggunaan Bahan Pengawet Makanan

Pengawet makanan dari bahan kimia boleh digunakan dengan batas kadar yang sudah ditentukan BPOM

Noviarizal Fernandez | 25-07-2024