Share

Home Stories

Stories 14 Maret 2024

Kongres Amerika Sahkan RUU Larangan Platform TikTok

ancangan undang-undang yang mengarah pada pelarangan penggunaan secara nasional aplikasi sosial media TikTok

Context.id, JAKARTA - Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat pada Rabu (13/3) mengesahkan sebuah rancangan undang-undang yang mengarah pada pelarangan penggunaan secara nasional aplikasi sosial media asal Tiongkok yaitu TikTok jika pemiliknya tidak menjual sahamnya.

Adapun DPR AS mengesahkan rancangan undang-undang itu yang memberi waktu enam bulan kepada pemilik TikTok di Tiongkok, ByteDance, untuk segera mendivestasi aset aplikasi sosial media tersebut di AS.

Tetapi jika ByteDance gagal melakukannya, toko aplikasi Apple dan Google tidak dapat menyediakan layanan aplikasi ataupun web yang dikontrol ByteDance.

Melansir AP News, rancangan ini disahkan dengan perbandingan suara yang cukup timpang yaitu 352 berbanding 65.

Adapun sebanyak 197 anggota parlemen dari Partai Republik memberikan suara untuk RUU tersebut dan 15 menentang. 



Sedangkan pihak Demokrat, sebanyak 155 anggota parlemen memilih untuk mendukung RUU tersebut dan 50 menolak.

Pengesahan ini di latar belakangi berdasarkan kekhawatiran nasional akan ancaman keamanan dari Tiongkok, karena perusahaan induk Tiktok, ByteDance terikat dengan pemerintah Tiongkok yang dikhawatirkan dapat meminta akses data konsumen kapan saja. 

Tak hanya itu, kekhawatiran ini juga semakin menguat ketika pemberlakuan UU Keamanan Nasional Negara Asia tersebut yang menekan perusahaan untuk bermitra dengan intelijen negara.

“Ini adalah masalah keamanan nasional yang kritis. Senat harus mengambil tindakan ini dan mengesahkannya,” kata Steve Scalise Partai Republik di DPR di platform media sosial X, seperti dikutip, Kamis, (14/3)

Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga menyatakan jika kongres meloloskan RUU ini, Dia akan langsung menandatanganinya.

Kendati demikian, masih belum jelas apakah usulan RUU yang diberikan DPR AS akan disetujui senat atau tidak, jika disetujui maka platform media sosial asal Tiongkok itu harus segera mendivestasi aset mereka.

Pasalnya Ketua Komite Perdagangan Senat Maria Cantwell mengatakan bahwa dirinya menginginkan undang-undang di pengadilan dan sedang mempertimbangkan rancangan undang-undang terpisah, namun tidak yakin apa langkah selanjutnya, seperti dilansir dari Reuters, (14/3).

Adapun sebenarnya TikTok telah lama menyangkal bahwa mereka digunakan sebagai alat mata-mata pemerintah Cina, membagikan data pengguna AS dengan pihak berwenang Tiongkok dan disinformasi di Amerika Serikat.

Lebih lanjut, Platform tersebut juga telah mengatakan jika Amerika Serikat tidak memiliki bukti yang kuat jika aplikasi video populer ini memberikan ancaman nasional untuk warganya.

Tak hanya itu, Otoritas China lewat Menteri Luar Negeri, Wang Wenbin juga menyatakan jika Washington menggunakan alat politik ketika bisnis AS gagal bersaing.

“Meskipun AS tidak pernah menemukan bukti bahwa TikTok merupakan ancaman terhadap keamanan nasional AS, mereka tidak pernah berhenti mengejar TikTok.”, ujar Wenbin, seperti dikutip, Kamis, (14/3).

 

Penulis: Candra Soemirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Home Stories

Stories 14 Maret 2024

Kongres Amerika Sahkan RUU Larangan Platform TikTok

ancangan undang-undang yang mengarah pada pelarangan penggunaan secara nasional aplikasi sosial media TikTok

Context.id, JAKARTA - Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat pada Rabu (13/3) mengesahkan sebuah rancangan undang-undang yang mengarah pada pelarangan penggunaan secara nasional aplikasi sosial media asal Tiongkok yaitu TikTok jika pemiliknya tidak menjual sahamnya.

Adapun DPR AS mengesahkan rancangan undang-undang itu yang memberi waktu enam bulan kepada pemilik TikTok di Tiongkok, ByteDance, untuk segera mendivestasi aset aplikasi sosial media tersebut di AS.

Tetapi jika ByteDance gagal melakukannya, toko aplikasi Apple dan Google tidak dapat menyediakan layanan aplikasi ataupun web yang dikontrol ByteDance.

Melansir AP News, rancangan ini disahkan dengan perbandingan suara yang cukup timpang yaitu 352 berbanding 65.

Adapun sebanyak 197 anggota parlemen dari Partai Republik memberikan suara untuk RUU tersebut dan 15 menentang. 



Sedangkan pihak Demokrat, sebanyak 155 anggota parlemen memilih untuk mendukung RUU tersebut dan 50 menolak.

Pengesahan ini di latar belakangi berdasarkan kekhawatiran nasional akan ancaman keamanan dari Tiongkok, karena perusahaan induk Tiktok, ByteDance terikat dengan pemerintah Tiongkok yang dikhawatirkan dapat meminta akses data konsumen kapan saja. 

Tak hanya itu, kekhawatiran ini juga semakin menguat ketika pemberlakuan UU Keamanan Nasional Negara Asia tersebut yang menekan perusahaan untuk bermitra dengan intelijen negara.

“Ini adalah masalah keamanan nasional yang kritis. Senat harus mengambil tindakan ini dan mengesahkannya,” kata Steve Scalise Partai Republik di DPR di platform media sosial X, seperti dikutip, Kamis, (14/3)

Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga menyatakan jika kongres meloloskan RUU ini, Dia akan langsung menandatanganinya.

Kendati demikian, masih belum jelas apakah usulan RUU yang diberikan DPR AS akan disetujui senat atau tidak, jika disetujui maka platform media sosial asal Tiongkok itu harus segera mendivestasi aset mereka.

Pasalnya Ketua Komite Perdagangan Senat Maria Cantwell mengatakan bahwa dirinya menginginkan undang-undang di pengadilan dan sedang mempertimbangkan rancangan undang-undang terpisah, namun tidak yakin apa langkah selanjutnya, seperti dilansir dari Reuters, (14/3).

Adapun sebenarnya TikTok telah lama menyangkal bahwa mereka digunakan sebagai alat mata-mata pemerintah Cina, membagikan data pengguna AS dengan pihak berwenang Tiongkok dan disinformasi di Amerika Serikat.

Lebih lanjut, Platform tersebut juga telah mengatakan jika Amerika Serikat tidak memiliki bukti yang kuat jika aplikasi video populer ini memberikan ancaman nasional untuk warganya.

Tak hanya itu, Otoritas China lewat Menteri Luar Negeri, Wang Wenbin juga menyatakan jika Washington menggunakan alat politik ketika bisnis AS gagal bersaing.

“Meskipun AS tidak pernah menemukan bukti bahwa TikTok merupakan ancaman terhadap keamanan nasional AS, mereka tidak pernah berhenti mengejar TikTok.”, ujar Wenbin, seperti dikutip, Kamis, (14/3).

 

Penulis: Candra Soemirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Bank Digital Bantu Gen Z Menabung atau Justru Makin Boros?

Bank digital mempermudah transaksi, tapi tanpa disiplin finansial, kemudahan itu bisa jadi jebakan konsumtif.

Renita Sukma . 30 March 2025

Darah Buatan: Berapa Lama Lagi Terwujud?

Di lab canggih dari Inggris hingga Jepang, para ilmuwan berupaya menciptakan yang selama ini hanya ada dalam fiksi ilmiah darah buatan. r n

Noviarizal Fernandez . 25 March 2025

Negara Penghasil Kurma Terbesar di Dunia dan Kontroversi di Baliknya

Kurma tumbuh subur di wilayah beriklim panas dengan musim kering yang panjang sehingga banyak ditemui di Timur Tengah dan Afrika Utara

Noviarizal Fernandez . 25 March 2025

Push-up Ternyata Bisa Mempengaruhi Hidup Pegiatnya

Push-up lebih dari sekadar memperkuat tubuh, tetapi juga membangun disiplin dan kepercayaan diri

Noviarizal Fernandez . 24 March 2025