Share

Stories 07 Maret 2024

Kasus Bedak Bayi Johnson & Johnson’s Terus Bergulir

J&J menghadapi puluhan ribu tuntutan akibat bedak bayinya yang berbahan dasar Talk diduga menjadi pemicu penyakit kanker.

Context.id, JAKARTA - Persidangan terkait kasus bedak bayi Johnson & Johnson's (J&J) yang dituding mengakibatkan seorang perempuan meninggal terus bergulir dan belum menunjukkan tanda-tanda akan selesai. 

Pada Senin (4/3) kemarin, juri pengadilan negara bagian Florida kembali membatalkan persidangan. 

Melansir Reuters, Bob Sugarman, salah satu pihak yang menuntut J&J karena istrinya, Marilyn Seskin yang mengidap kanker ovarium dan meninggal pada 2019 lalu disebabkan oleh bedak bayi J&J tersebut. Sugarman pun menuntut ganti rugi sebesar US$14 juta. 

Kasus tersebut ditunda selama dua tahun setelah J&J mengalokasikan dana sebesar US$8.9 miliar atau sekitar Rp134 triliun untuk menyelesaikan seluruh kasus tuntutan hukum dari konsumen. 

Persidangan kasus J&J ini memiliki historis yang beragam. Pada 2021, 22 perempuan penderita kanker ovarium berhasil memenangkan gugatan sebesar  $2,1 miliar. 



Hingga saat ini perusahaan tersebut menerima lebih dari 50.000 tuntutan hukum di berbagai pengadilan negara bagian, yang mana sebagian besarnya terjadi pada wanita yang didiagnosis kanker ovarium, dan sisanya kasus penderita mesothelioma, kanker yang berhubungan dengan paparan asbes. 

J&J untuk sementara waktu setuju membayar sekitar US$ 700 juta atau sekitar Rp11 triliun untuk menyelesaikan penyelidikan yang dilakukan lebih dari 40 negara bagian mengenai pemasaran bedak bayi berbahan dasar talk

Bahkan, J&J kemungkinan harus mengeluarkan miliaran dolar lebih banyak untuk menyelesaikan persoalan tuntutan yang diajukan oleh banyak konsumen. 

Perusahaan tersebut tahun lalu mengusulkan pembayaran setidaknya US$ 8,9 miliar (Rp 134 triliun) untuk menyelesaikan tuntutan hukum akibat cedera pribadi yang diajukan oleh konsumen. 

J&J mengajukan permohonan kebangkrutan untuk menyelesaikan masalah puluhan ribu kasus yang menuntut perusahaan tersebut. Pasalnya, butuh dana yang besar terhadap penyelesaian seluruh kasus. 

Sayangnya dua gugatan tersebut ditolak oleh pengadilan federal secara terpisah. Namun hal itu tidak membuat perusahaan ini menyerah. Pihak J&J mengatakan bahwa mereka akan mengajukan kembali kebangkrutan. 

Seperti diketahui, J&J mendapatkan banyak tuntutan akibat bedak bayinya yang berbahan dasar Talk diduga menjadi pemicu penyakit kanker. 

Talk merupakan mineral yang terkandung di dalam endapan tanah liat. Ada dugaan kandungan talk dalam bedak bayi produksi J&J mengandung zat berbahaya bernama asbes, yaitu zat karsinogenik yang bisa memicu pertumbuhan sel kanker.

Saat ini J&J mengklaim sudah berhenti menjual bedak bayi berbahan dasar talk dan menggantinya dengan tepung maizena untuk menghindari tuntutan dan menjaga keamanan produknya. 

Penulis: Diandra Zahra



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 07 Maret 2024

Kasus Bedak Bayi Johnson & Johnson’s Terus Bergulir

J&J menghadapi puluhan ribu tuntutan akibat bedak bayinya yang berbahan dasar Talk diduga menjadi pemicu penyakit kanker.

Context.id, JAKARTA - Persidangan terkait kasus bedak bayi Johnson & Johnson's (J&J) yang dituding mengakibatkan seorang perempuan meninggal terus bergulir dan belum menunjukkan tanda-tanda akan selesai. 

Pada Senin (4/3) kemarin, juri pengadilan negara bagian Florida kembali membatalkan persidangan. 

Melansir Reuters, Bob Sugarman, salah satu pihak yang menuntut J&J karena istrinya, Marilyn Seskin yang mengidap kanker ovarium dan meninggal pada 2019 lalu disebabkan oleh bedak bayi J&J tersebut. Sugarman pun menuntut ganti rugi sebesar US$14 juta. 

Kasus tersebut ditunda selama dua tahun setelah J&J mengalokasikan dana sebesar US$8.9 miliar atau sekitar Rp134 triliun untuk menyelesaikan seluruh kasus tuntutan hukum dari konsumen. 

Persidangan kasus J&J ini memiliki historis yang beragam. Pada 2021, 22 perempuan penderita kanker ovarium berhasil memenangkan gugatan sebesar  $2,1 miliar. 



Hingga saat ini perusahaan tersebut menerima lebih dari 50.000 tuntutan hukum di berbagai pengadilan negara bagian, yang mana sebagian besarnya terjadi pada wanita yang didiagnosis kanker ovarium, dan sisanya kasus penderita mesothelioma, kanker yang berhubungan dengan paparan asbes. 

J&J untuk sementara waktu setuju membayar sekitar US$ 700 juta atau sekitar Rp11 triliun untuk menyelesaikan penyelidikan yang dilakukan lebih dari 40 negara bagian mengenai pemasaran bedak bayi berbahan dasar talk

Bahkan, J&J kemungkinan harus mengeluarkan miliaran dolar lebih banyak untuk menyelesaikan persoalan tuntutan yang diajukan oleh banyak konsumen. 

Perusahaan tersebut tahun lalu mengusulkan pembayaran setidaknya US$ 8,9 miliar (Rp 134 triliun) untuk menyelesaikan tuntutan hukum akibat cedera pribadi yang diajukan oleh konsumen. 

J&J mengajukan permohonan kebangkrutan untuk menyelesaikan masalah puluhan ribu kasus yang menuntut perusahaan tersebut. Pasalnya, butuh dana yang besar terhadap penyelesaian seluruh kasus. 

Sayangnya dua gugatan tersebut ditolak oleh pengadilan federal secara terpisah. Namun hal itu tidak membuat perusahaan ini menyerah. Pihak J&J mengatakan bahwa mereka akan mengajukan kembali kebangkrutan. 

Seperti diketahui, J&J mendapatkan banyak tuntutan akibat bedak bayinya yang berbahan dasar Talk diduga menjadi pemicu penyakit kanker. 

Talk merupakan mineral yang terkandung di dalam endapan tanah liat. Ada dugaan kandungan talk dalam bedak bayi produksi J&J mengandung zat berbahaya bernama asbes, yaitu zat karsinogenik yang bisa memicu pertumbuhan sel kanker.

Saat ini J&J mengklaim sudah berhenti menjual bedak bayi berbahan dasar talk dan menggantinya dengan tepung maizena untuk menghindari tuntutan dan menjaga keamanan produknya. 

Penulis: Diandra Zahra



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Heineken Bakal Membangun Pabrik Bir Raksasa Pertama di Dubai

Uni Emirat Arab melunak terhadap aturan yang selama ini dilarang keras dalam doktrin agama Islam seperti alkohol dan perjudian dengan membuka pabr ...

Context.id . 28 November 2024

NASA Mendanai Riset untuk Masa Depan Pesawat Ramah Lingkungan

NASA akan mendanai proyek tentang konsep artistik pesawat masa depan yang ramah lingkungan

Context.id . 28 November 2024

Radio Amatir Antariksa Menghubungkan Astronaut dengan Anak-anak di Bumi

Radio amatir telah menghubungkan astronaut di luar angkasa dengan anak-anak di Bumi sehingga memperluas edukasi eksplorasi ruang angkasa

Context.id . 28 November 2024

China Ciptakan Robot Kucing untuk Eksplorasi Luar Angkasa

Peneliti China menciptakan robot yang dapat melompat dan mendarat dengan presisi menggunakan AI, dirancang untuk menjelajahi asteroid dengan gravi ...

Context.id . 28 November 2024