Share

Stories 29 Februari 2024

Tolak Usul Prancis, Anggota NATO Enggan Masuk Wilayah Ukraina

Usulan Presiden Prancis agar pasukan NATO memasuki wilayah Ukraina untuk ikut memerangi Rusia mendapat penolakan keras dari negara-negara anggota aliansi itu.

Context.id, JAKARTA - Rencana Presiden Prancis Emmanuel Macron atas kemungkinan penempatan pasukan aliansi NATO di Ukraina menimbulkan peringatan bukan hanya dari Kremlin, tapi juga pemimpin Eropa lainnya.

Perpecahan pandangan ini memperlihatkan masing-masing negara di Uni Eropa sedang coba melepaskan tanggung jawab untuk membantu Ukraina lepas dari serangan Rusia. 

Terlebih lagi, saat ini tekad dan keseriusan Amerika Serikat dalam membantu Ukraina berperang dengan Rusia mulai terlihat kendor. 

Juru bicara Kremlin, Dmitry S. Peskov memperingati bahwa masuknya pasukan darat aliansi NATO dari negara manapun akan menyebabkan bentrokan langsung antara militer barat dan Rusia. 

Hal ini akan membahayakan bukan hanya Eropa, tapi seluruh dunia. 



Setelah pertemuan 20 pemimpin Eropa di Paris, Prancis, beberapa negara seperti Polandia, Jerman, Swedia, Spanyol, Italia, dan Republik Ceko segera menekankan bahwa pihaknya tidak menyetujui untuk menempatkan pasukannya di Ukraina. 

Sekretaris Jenderal Aliansi NATO Jens Stoltenberg juga mengatakan bahwa aliansi itu sendiri tidak memiliki rencana seperti yang dikemukakan oleh Presiden Prancis.

Semenjak Rusia menginvasi Ukraina dua tahun lalu, Amerika dan sekutunya mengesampingkan kemungkinan intervensi langsung pasukan NATO dalam konflik tersebut, karena ditakutkan mengarah pada kemungkinan perang nuklir.

"Berbicara mengenai kemungkinan pengerahan pasukan oleh negara-negara anggota NATO ke Ukraina adalah sedikit berlebihan. Pertanyaan yang sangat menentukan adalah apa yang dapat dilakukan oleh Eropa untuk mengimbangi kurangnya dukungan militer AS," ujar Andrew S. Weiss, wakil presiden bidang kajian di Carnegie Endowment for International Peace.

Meskipun menjadi lebih kuat dengan disetujuinya Finlandia dan Swedia sebagai anggota baru, Negara-negara Barat masih memiliki sejumlah opsi selain memasukkan pasukan darat ke zona konflik.

Bagaimana Sikap Ukraina?

Melansir Reuters, seorang pejabat senior Ukraina menanggapi secara positif pembicaraan negara-negara Eropa perihal pengiriman pasukannya ke wilayah Ukraina.

“Setiap diskusi mengenai peningkatan, perluasan, atau perubahan format bantuan yang diberikan kepada Ukraina dapat diterima dengan baik” ucap Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak dalam cuitan di akun X miliknya.

Ia juga mengatakan bahwa penting pada tahap ini untuk mempercepat pengiriman peralatan militer ke Ukraina untuk dapat meningkatkan kemampuan militernya.

Penulis: Candra Soemirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 29 Februari 2024

Tolak Usul Prancis, Anggota NATO Enggan Masuk Wilayah Ukraina

Usulan Presiden Prancis agar pasukan NATO memasuki wilayah Ukraina untuk ikut memerangi Rusia mendapat penolakan keras dari negara-negara anggota aliansi itu.

Context.id, JAKARTA - Rencana Presiden Prancis Emmanuel Macron atas kemungkinan penempatan pasukan aliansi NATO di Ukraina menimbulkan peringatan bukan hanya dari Kremlin, tapi juga pemimpin Eropa lainnya.

Perpecahan pandangan ini memperlihatkan masing-masing negara di Uni Eropa sedang coba melepaskan tanggung jawab untuk membantu Ukraina lepas dari serangan Rusia. 

Terlebih lagi, saat ini tekad dan keseriusan Amerika Serikat dalam membantu Ukraina berperang dengan Rusia mulai terlihat kendor. 

Juru bicara Kremlin, Dmitry S. Peskov memperingati bahwa masuknya pasukan darat aliansi NATO dari negara manapun akan menyebabkan bentrokan langsung antara militer barat dan Rusia. 

Hal ini akan membahayakan bukan hanya Eropa, tapi seluruh dunia. 



Setelah pertemuan 20 pemimpin Eropa di Paris, Prancis, beberapa negara seperti Polandia, Jerman, Swedia, Spanyol, Italia, dan Republik Ceko segera menekankan bahwa pihaknya tidak menyetujui untuk menempatkan pasukannya di Ukraina. 

Sekretaris Jenderal Aliansi NATO Jens Stoltenberg juga mengatakan bahwa aliansi itu sendiri tidak memiliki rencana seperti yang dikemukakan oleh Presiden Prancis.

Semenjak Rusia menginvasi Ukraina dua tahun lalu, Amerika dan sekutunya mengesampingkan kemungkinan intervensi langsung pasukan NATO dalam konflik tersebut, karena ditakutkan mengarah pada kemungkinan perang nuklir.

"Berbicara mengenai kemungkinan pengerahan pasukan oleh negara-negara anggota NATO ke Ukraina adalah sedikit berlebihan. Pertanyaan yang sangat menentukan adalah apa yang dapat dilakukan oleh Eropa untuk mengimbangi kurangnya dukungan militer AS," ujar Andrew S. Weiss, wakil presiden bidang kajian di Carnegie Endowment for International Peace.

Meskipun menjadi lebih kuat dengan disetujuinya Finlandia dan Swedia sebagai anggota baru, Negara-negara Barat masih memiliki sejumlah opsi selain memasukkan pasukan darat ke zona konflik.

Bagaimana Sikap Ukraina?

Melansir Reuters, seorang pejabat senior Ukraina menanggapi secara positif pembicaraan negara-negara Eropa perihal pengiriman pasukannya ke wilayah Ukraina.

“Setiap diskusi mengenai peningkatan, perluasan, atau perubahan format bantuan yang diberikan kepada Ukraina dapat diterima dengan baik” ucap Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak dalam cuitan di akun X miliknya.

Ia juga mengatakan bahwa penting pada tahap ini untuk mempercepat pengiriman peralatan militer ke Ukraina untuk dapat meningkatkan kemampuan militernya.

Penulis: Candra Soemirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Inovasi Kesehatan Mental: Mengobati Depresi Melalui Aplikasi Digital

Aplikasi Rejoyn menawarkan solusi inovatif untuk mengobati depresi dengan latihan emosional yang \"mereset \" sirkuit otak

Context.id . 30 October 2024

Lewat Pertukaran Pelajar, Hubungan Indonesia-Kazakhstan Makin Erat

Hubungan Indonesia-Kazakhstan semakin erat melalui acara \"Kazakhstan-Indonesia Friendship Society\" dan program pertukaran pelajar untuk generasi ...

Helen Angelia . 30 October 2024

Jam Kerja Rendah Tapi Produktivitas Tinggi, Berkaca dari Jerman

Data OECD menunjukkan bmeskipun orang Jerman hanya bekerja rata-rata 1.340 jam per tahun, partisipasi perempuan yang tinggi dan regulasi bagus mem ...

Context.id . 29 October 2024

Konsep Adrenal Fatigue Hanyalah Mitos dan Bukan Diagnosis yang Sahih

Konsep adrenal fatigue adalah mitos tanpa dasar ilmiah dan bukan diagnosis medis sah yang hanyalah trik marketing dari pendengung

Context.id . 29 October 2024