Share

Stories 20 Februari 2024

Benarkah Singapura Suap Taylor Swift?

Singapura dituding menyuap promotor Taylor Swift agar hanya konser di Singapura dan mengabaikan tawaran negara lain di Asean.

Ilustrasi Taylor Swift - Jihan Aldiza

Context.id, Jakarta – Perdana Menteri (PM) Thailand Srettha Tavisin melayangkan tudingan serius terhadap Singapura terkait konser Taylor Swift.

Srettha mengungkap penyebab Taylor Swift hanya akan menggelar konser di Singapura dan tidak akan menggelar konser di negara-negara Asia Tenggara lainnya, termasuk Thailand.

Menurutnya, pemerintah Singapura telah menyepakati perjanjian dengan manajemen Taylor Swift untuk menggelar konser "The Eras Tour" yang akan dilaksanakan pada 2-9 Maret 2024 di National Stadium Singapura.

Srettha membeberkan pemerintah Singapura memberikan tawaran perjanjian sebesar US$2juta-3 juta atau setara dengan Rp31 miliar hingga Rp46 miliar untuk setiap pertunjukannya.

Kesepakatan itu dibuat agar Taylor Swift tidak menggelar pertunjukkan The Era Tour pada negara-negara di Asia Tenggara, kecuali Singapura. Bocoran informasi tersebut didapatkan Srettha dari promotor AEG (Anschutz Entertainment Group).



Kesepakatan ini membuat para penggemar Taylor Swift di Thailand (Thai Swifties) dan negara-negara lainnya merasa kecewa.

“Pemerintah Singapura cerdik,” ujar Srettha dalam iBusiness Forum 2024 di Bangkok melansir Sky News, Senin, (19/2).

Sebelumnya, Srettha mengaku sempat bertanya-tanya alasan Taylor Swift tak tampil di Thailand. Namun di saat yang bersamaan, konser Taylor Swift di Singapura berlangsung selama enam hari pada Maret mendatang.

Bahkan tiket konsernya ludes dalam kurun waktu yang singkat meski AEG menjualnya dengan harga yang mahal.

Padahal menurutnya, konser Taylor Swift akan jauh lebih murah bila terlaksana di Thailand. Meskipun pemerintah pada akhirnya harus membantu melakukan subsidi konser setidaknya 500 juta baht.

Namun dia meyakini konser Taylor Swift akan memberikan dampak nilai tambah bagi perekonomian Thailand.

"Jika dia (Taylor Swift) ke Thailand, akan lebih murah menggelar (konser) di sini. Saya yakin dia akan mampu menarik lebih banyak sponsor dan wisatawan ke Thailand," ujar Srettha.

Di sisi lain, Konser The Eras Tour Taylor Swift berhasil memecahkan Rekor Dunia sebagai tur musik terlaris sepanjang masa. Rangkaian konser musik ini telah menjadi tur musik pertama dengan pendapatan tertinggi melampaui US$1 miliar atau setara dengan Rp15,6 triliun.

Pollstar melaporkan bahwa tur yang dimulai pada Maret 2023 dan akan berakhir pada Desember 2024 ini telah menghasilkan US$1,04 miliar, dengan total 151 pertunjukan di seluruh dunia.

Angka ini melampaui rekor yang pernah dibuat oleh tur perpisahan lima tahun Elton John yang berakhir pada awal tahun ini, dengan penghasilan mencapai US$939 juta atau setara Rp14,6 triliun dari total 328 pertunjukan.



Penulis : Ririn oktaviani

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 20 Februari 2024

Benarkah Singapura Suap Taylor Swift?

Singapura dituding menyuap promotor Taylor Swift agar hanya konser di Singapura dan mengabaikan tawaran negara lain di Asean.

Ilustrasi Taylor Swift - Jihan Aldiza

Context.id, Jakarta – Perdana Menteri (PM) Thailand Srettha Tavisin melayangkan tudingan serius terhadap Singapura terkait konser Taylor Swift.

Srettha mengungkap penyebab Taylor Swift hanya akan menggelar konser di Singapura dan tidak akan menggelar konser di negara-negara Asia Tenggara lainnya, termasuk Thailand.

Menurutnya, pemerintah Singapura telah menyepakati perjanjian dengan manajemen Taylor Swift untuk menggelar konser "The Eras Tour" yang akan dilaksanakan pada 2-9 Maret 2024 di National Stadium Singapura.

Srettha membeberkan pemerintah Singapura memberikan tawaran perjanjian sebesar US$2juta-3 juta atau setara dengan Rp31 miliar hingga Rp46 miliar untuk setiap pertunjukannya.

Kesepakatan itu dibuat agar Taylor Swift tidak menggelar pertunjukkan The Era Tour pada negara-negara di Asia Tenggara, kecuali Singapura. Bocoran informasi tersebut didapatkan Srettha dari promotor AEG (Anschutz Entertainment Group).



Kesepakatan ini membuat para penggemar Taylor Swift di Thailand (Thai Swifties) dan negara-negara lainnya merasa kecewa.

“Pemerintah Singapura cerdik,” ujar Srettha dalam iBusiness Forum 2024 di Bangkok melansir Sky News, Senin, (19/2).

Sebelumnya, Srettha mengaku sempat bertanya-tanya alasan Taylor Swift tak tampil di Thailand. Namun di saat yang bersamaan, konser Taylor Swift di Singapura berlangsung selama enam hari pada Maret mendatang.

Bahkan tiket konsernya ludes dalam kurun waktu yang singkat meski AEG menjualnya dengan harga yang mahal.

Padahal menurutnya, konser Taylor Swift akan jauh lebih murah bila terlaksana di Thailand. Meskipun pemerintah pada akhirnya harus membantu melakukan subsidi konser setidaknya 500 juta baht.

Namun dia meyakini konser Taylor Swift akan memberikan dampak nilai tambah bagi perekonomian Thailand.

"Jika dia (Taylor Swift) ke Thailand, akan lebih murah menggelar (konser) di sini. Saya yakin dia akan mampu menarik lebih banyak sponsor dan wisatawan ke Thailand," ujar Srettha.

Di sisi lain, Konser The Eras Tour Taylor Swift berhasil memecahkan Rekor Dunia sebagai tur musik terlaris sepanjang masa. Rangkaian konser musik ini telah menjadi tur musik pertama dengan pendapatan tertinggi melampaui US$1 miliar atau setara dengan Rp15,6 triliun.

Pollstar melaporkan bahwa tur yang dimulai pada Maret 2023 dan akan berakhir pada Desember 2024 ini telah menghasilkan US$1,04 miliar, dengan total 151 pertunjukan di seluruh dunia.

Angka ini melampaui rekor yang pernah dibuat oleh tur perpisahan lima tahun Elton John yang berakhir pada awal tahun ini, dengan penghasilan mencapai US$939 juta atau setara Rp14,6 triliun dari total 328 pertunjukan.



Penulis : Ririn oktaviani

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Inovasi Kesehatan Mental: Mengobati Depresi Melalui Aplikasi Digital

Aplikasi Rejoyn menawarkan solusi inovatif untuk mengobati depresi dengan latihan emosional yang \"mereset \" sirkuit otak

Context.id . 30 October 2024

Lewat Pertukaran Pelajar, Hubungan Indonesia-Kazakhstan Makin Erat

Hubungan Indonesia-Kazakhstan semakin erat melalui acara \"Kazakhstan-Indonesia Friendship Society\" dan program pertukaran pelajar untuk generasi ...

Helen Angelia . 30 October 2024

Jam Kerja Rendah Tapi Produktivitas Tinggi, Berkaca dari Jerman

Data OECD menunjukkan bmeskipun orang Jerman hanya bekerja rata-rata 1.340 jam per tahun, partisipasi perempuan yang tinggi dan regulasi bagus mem ...

Context.id . 29 October 2024

Konsep Adrenal Fatigue Hanyalah Mitos dan Bukan Diagnosis yang Sahih

Konsep adrenal fatigue adalah mitos tanpa dasar ilmiah dan bukan diagnosis medis sah yang hanyalah trik marketing dari pendengung

Context.id . 29 October 2024