Akankah Pilpres 2024 Berlangsung Dua Putaran?
Hasil survei berbagai lembaga belum menunjukkan adanya paslon yang elektabilitasnya mencapai 50% lebih. Sepertinya kontestasi akan sengit dan berlangsung dua putaran?
Context.id, JAKARTA - Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 yang akan dilangsungkan pada 14 Februari 2024 berpotensi cukup sengit. Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah menetapkan tiga pasangan calon (paslon) calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pada gelaran Pilpres 2024.
Tiga paslon itu yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dengan nomor urut satu, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mendapatkan nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD di nomor urut tiga.
Hadirnya tiga paslon yang memiliki basis massa pendukung yang sama-sama kuat dan loyal, banyak yang memprediksi putaran Pilpres 2024 akan berlangsung dua putaran.
Ini bukanlah hal baru dalam pilpres di Indonesia. Pada Pilpres 2004 terdapat lima paslon dan berakhir dengan dua putaran mengingat perolehan tertinggi hanyalah 33,57% yakni pasangan SBY-Jusuf Kalla.
Hingga akhirnya pada putaran kedua, pasangan SBY-Jusuf Kalla menang dengan perolehan suara 60,62% dari pasangan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi dengan perolehan 39,38%.
BACA JUGA
Sementara di Pilpres 2009, meskipun terdapat tiga paslon, namun SBY-Boediono memenangkan kontestasi politik ini dengan perolehan suara di atas 50%. Sedangkan pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019, hanya terjadi satu putaran karena diikuti dua paslon.
Jika merujuk pada Undang-Undang (UU) Pemilu Nomor 7 Tahun 2017, memang ada dua opsi pilihan pada pemungutan suara yakni menang dengan satu putaran atau dengan putaran kedua. Aturan tersebut tertuang dalam pasal 416.
Mengacu pada berbagai macam hasil survei terbaru, secara umum belum ada survei yang menunjukkan jika ada pasangan yang mendominasi dan unggul di atas 50% sehingga Pilpres 2024 diprediksi akan berlangsung dua putaran.
Pengamat politik dari CSIS, Arya Fernandes menjelaskan bahwa mendekati berlangsungnya Pilpres 2024, masing-masing paslon terus menyiapkan strategi untuk menarik hati para pemilih.
Jika merujuk pada elektabilitas masing-masing paslon dengan mengamati hasil-hasil survei yang sudah beredar, Arya mengatakan belum bisa dipastikan apakah Pilpres 2024 akan berlangsung sebanyak satu atau dua putaran.
"Potensi satu atau dua putaran jika melihat saat ini masih belum bisa dipastikan. Januari-Februari, baru akan terlihat. Jadi potensi satu atau dua putaran masing-masing tetap ada kemungkinannya," ujar Arya.
Hal itu didasarkan pada banyak faktor yang mempengaruhinya, mulai dari visi-misi, program, latar belakang calon hingga debat yang berlangsung. Pasalnya, pemilih rasional mendasarkan pilihannya pada apakah ada isu-isu khusus yang menarik perhatian dan juga berpengaruh pada publik.
Hal senada juga dikatakan pengamat politik Ujang Komarudin yang melihat masih ada peluang masing-masing kandidat untuk menaikkan elektabilitas mencapai 50% lebih sehingga ada kemungkinan putaran Pilpres 2024 dijalankan dengan satu putaran.
"Jika paslon yang saat ini unggul dengan elektabilitas di atas 40 persen bisa menaikkan lagi hingga 50% lebih itu potensi satu putaran mungkin. Tapi jika tidak bisa, ada kemungkinan terjadi dua putaran. Jadi baik satu putaran maupun dua putaran itu memungkinkan," kata Ujang.
Pemilu kali ini akan menjadi pertama kalinya warga Indonesia menyaksikan lebih banyak Gen Z atau kelompok demografis yang secara luas dianggap apatis secara politik, terlibat dalam pemilu.
Pemilih muda juga tidak bisa dengan mudah didorong oleh preferensi keluarga mereka terhadap kandidat tertentu. Jadi, bagaimana para paslon ini bekerja keras untuk menarik minat pemilih muda yang jumlahnya sangat besar itu?
RELATED ARTICLES
Akankah Pilpres 2024 Berlangsung Dua Putaran?
Hasil survei berbagai lembaga belum menunjukkan adanya paslon yang elektabilitasnya mencapai 50% lebih. Sepertinya kontestasi akan sengit dan berlangsung dua putaran?
Context.id, JAKARTA - Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 yang akan dilangsungkan pada 14 Februari 2024 berpotensi cukup sengit. Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah menetapkan tiga pasangan calon (paslon) calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pada gelaran Pilpres 2024.
Tiga paslon itu yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dengan nomor urut satu, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mendapatkan nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD di nomor urut tiga.
Hadirnya tiga paslon yang memiliki basis massa pendukung yang sama-sama kuat dan loyal, banyak yang memprediksi putaran Pilpres 2024 akan berlangsung dua putaran.
Ini bukanlah hal baru dalam pilpres di Indonesia. Pada Pilpres 2004 terdapat lima paslon dan berakhir dengan dua putaran mengingat perolehan tertinggi hanyalah 33,57% yakni pasangan SBY-Jusuf Kalla.
Hingga akhirnya pada putaran kedua, pasangan SBY-Jusuf Kalla menang dengan perolehan suara 60,62% dari pasangan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi dengan perolehan 39,38%.
BACA JUGA
Sementara di Pilpres 2009, meskipun terdapat tiga paslon, namun SBY-Boediono memenangkan kontestasi politik ini dengan perolehan suara di atas 50%. Sedangkan pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019, hanya terjadi satu putaran karena diikuti dua paslon.
Jika merujuk pada Undang-Undang (UU) Pemilu Nomor 7 Tahun 2017, memang ada dua opsi pilihan pada pemungutan suara yakni menang dengan satu putaran atau dengan putaran kedua. Aturan tersebut tertuang dalam pasal 416.
Mengacu pada berbagai macam hasil survei terbaru, secara umum belum ada survei yang menunjukkan jika ada pasangan yang mendominasi dan unggul di atas 50% sehingga Pilpres 2024 diprediksi akan berlangsung dua putaran.
Pengamat politik dari CSIS, Arya Fernandes menjelaskan bahwa mendekati berlangsungnya Pilpres 2024, masing-masing paslon terus menyiapkan strategi untuk menarik hati para pemilih.
Jika merujuk pada elektabilitas masing-masing paslon dengan mengamati hasil-hasil survei yang sudah beredar, Arya mengatakan belum bisa dipastikan apakah Pilpres 2024 akan berlangsung sebanyak satu atau dua putaran.
"Potensi satu atau dua putaran jika melihat saat ini masih belum bisa dipastikan. Januari-Februari, baru akan terlihat. Jadi potensi satu atau dua putaran masing-masing tetap ada kemungkinannya," ujar Arya.
Hal itu didasarkan pada banyak faktor yang mempengaruhinya, mulai dari visi-misi, program, latar belakang calon hingga debat yang berlangsung. Pasalnya, pemilih rasional mendasarkan pilihannya pada apakah ada isu-isu khusus yang menarik perhatian dan juga berpengaruh pada publik.
Hal senada juga dikatakan pengamat politik Ujang Komarudin yang melihat masih ada peluang masing-masing kandidat untuk menaikkan elektabilitas mencapai 50% lebih sehingga ada kemungkinan putaran Pilpres 2024 dijalankan dengan satu putaran.
"Jika paslon yang saat ini unggul dengan elektabilitas di atas 40 persen bisa menaikkan lagi hingga 50% lebih itu potensi satu putaran mungkin. Tapi jika tidak bisa, ada kemungkinan terjadi dua putaran. Jadi baik satu putaran maupun dua putaran itu memungkinkan," kata Ujang.
Pemilu kali ini akan menjadi pertama kalinya warga Indonesia menyaksikan lebih banyak Gen Z atau kelompok demografis yang secara luas dianggap apatis secara politik, terlibat dalam pemilu.
Pemilih muda juga tidak bisa dengan mudah didorong oleh preferensi keluarga mereka terhadap kandidat tertentu. Jadi, bagaimana para paslon ini bekerja keras untuk menarik minat pemilih muda yang jumlahnya sangat besar itu?
POPULAR
RELATED ARTICLES