Share

Home Stories

Stories 03 Februari 2025

Teknologi AI China Tetap Maju Meski Ada Embargo Cip AS

Perusahaan teknologi China terus mengembangkan AI generatif yang canggih bahkan bisa mengalahkan AS meskipun mendapat embargo cip untuk semikonduktor

Teknologi cip China/getimg.ai

Context.id, JAKARTA - Pada 2017, Beijing menetapkan peta jalan ambisius untuk mendominasi pengembangan kecerdasan buatan (AI) dan menjadi pemimpin global pada 2030. Namun, langkah besar ini segara dihalangi oleh Amerika Serikat melalui aturan pembatasan cip canggih yang penting untuk melatih model AI.

Saat OpenAI meluncurkan ChatGPT pada akhir 2022, dunia terkejut, dan China yang saat itu masih pulih dari tindakan keras pemerintah terhadap sektor teknologi mulai merasakan dampaknya. Pembatasan ekspor cip oleh pemerintah AS, yang dimulai pada 2022, bertujuan untuk memutus akses Negeri Tirai Bambu ini dari pasokan semikonduktor canggih. 

Namun, meskipun menghadapi pembatasan yang ketat, China telah menunjukkan kemampuan luar biasa untuk beradaptasi. Pada November 2024, model AI dari Alibaba dan DeepSeek berhasil merilis sistem yang menurut beberapa tolok ukur, bahkan menyaingi model terbaru dari OpenAI.

Tencent juga tidak ketinggalan, meluncurkan Hunyuan-Large yang mengalahkan model sumber terbuka dari AS dalam beberapa pengujian.

Melansir Wired, Eric Schmidt, mantan CEO Google, yang sebelumnya yakin AS memimpin AI dengan selisih dua hingga tiga tahun, mengakui China telah menutup celah tersebut. “Ini mengejutkan saya,” katanya, merujuk pada kemajuan yang tercatat di perusahaan-perusahaan besar China, meskipun mereka terhambat oleh pembatasan cip.

Kekuatan AI di masa depan berpotensi mengubah keseimbangan global. Memiliki kemampuan untuk mengotomatiskan banyak bagian dari dunia kerja, AI bisa mendorong ekonomi negara dan bahkan memberikan keuntungan militer. 

Membangun AI yang lebih kuat membutuhkan tiga elemen penting: data, algoritma inovatif, dan daya komputasi. Data dan algoritma berkembang secara global, dan meskipun cip semikonduktor canggih sulit diproduksi, China berusaha mengatasi hambatan ini dengan stockpiling cip serta menggunakan teknik canggih lainnya. 

Bahkan, beberapa cip yang dibatasi AS masih berhasil ditemukan di produk China berkat upaya penyelundupan, seperti yang dilaporkan Time. Alhasil, langkah AS menahan cip canggih ke China tidak sepenuhnya menghambat negara ini untuk mengembangkan AI yang lebih canggih. 



Penulis : Context.id

Editor   : Context.id

Home Stories

Stories 03 Februari 2025

Teknologi AI China Tetap Maju Meski Ada Embargo Cip AS

Perusahaan teknologi China terus mengembangkan AI generatif yang canggih bahkan bisa mengalahkan AS meskipun mendapat embargo cip untuk semikonduktor

Teknologi cip China/getimg.ai

Context.id, JAKARTA - Pada 2017, Beijing menetapkan peta jalan ambisius untuk mendominasi pengembangan kecerdasan buatan (AI) dan menjadi pemimpin global pada 2030. Namun, langkah besar ini segara dihalangi oleh Amerika Serikat melalui aturan pembatasan cip canggih yang penting untuk melatih model AI.

Saat OpenAI meluncurkan ChatGPT pada akhir 2022, dunia terkejut, dan China yang saat itu masih pulih dari tindakan keras pemerintah terhadap sektor teknologi mulai merasakan dampaknya. Pembatasan ekspor cip oleh pemerintah AS, yang dimulai pada 2022, bertujuan untuk memutus akses Negeri Tirai Bambu ini dari pasokan semikonduktor canggih. 

Namun, meskipun menghadapi pembatasan yang ketat, China telah menunjukkan kemampuan luar biasa untuk beradaptasi. Pada November 2024, model AI dari Alibaba dan DeepSeek berhasil merilis sistem yang menurut beberapa tolok ukur, bahkan menyaingi model terbaru dari OpenAI.

Tencent juga tidak ketinggalan, meluncurkan Hunyuan-Large yang mengalahkan model sumber terbuka dari AS dalam beberapa pengujian.

Melansir Wired, Eric Schmidt, mantan CEO Google, yang sebelumnya yakin AS memimpin AI dengan selisih dua hingga tiga tahun, mengakui China telah menutup celah tersebut. “Ini mengejutkan saya,” katanya, merujuk pada kemajuan yang tercatat di perusahaan-perusahaan besar China, meskipun mereka terhambat oleh pembatasan cip.

Kekuatan AI di masa depan berpotensi mengubah keseimbangan global. Memiliki kemampuan untuk mengotomatiskan banyak bagian dari dunia kerja, AI bisa mendorong ekonomi negara dan bahkan memberikan keuntungan militer. 

Membangun AI yang lebih kuat membutuhkan tiga elemen penting: data, algoritma inovatif, dan daya komputasi. Data dan algoritma berkembang secara global, dan meskipun cip semikonduktor canggih sulit diproduksi, China berusaha mengatasi hambatan ini dengan stockpiling cip serta menggunakan teknik canggih lainnya. 

Bahkan, beberapa cip yang dibatasi AS masih berhasil ditemukan di produk China berkat upaya penyelundupan, seperti yang dilaporkan Time. Alhasil, langkah AS menahan cip canggih ke China tidak sepenuhnya menghambat negara ini untuk mengembangkan AI yang lebih canggih. 



Penulis : Context.id

Editor   : Context.id


RELATED ARTICLES

Google Gemini Kini Bisa Ubah Dokumen Jadi Podcast

Gemini bakal membacakan isi artikel atau laporan kamu, lengkap dengan intonasi ala penyiar podcast

Noviarizal Fernandez . 14 April 2025

Kejuaraan Tinju Kadet dan Remaja Bakal Digelar di Jakarta

Olahraga tinju dinilai mampu menyalurkan energi remaja sekaligus menangkal aksi tawuran.

Noviarizal Fernandez . 09 April 2025

Dominasi Google di Internet Mendapat Tantangan

Kagi mencoba melawan dominasi Google sebagai mesin pencari nomor satu. Mungkinkah berhasil?

Noviarizal Fernandez . 09 April 2025

Microsoft di Usia Setengah Abad: Dari Windows ke AI

Model bisnis yang dibangun oleh Bill Gates dan Paul Allen tetap menjadi fondasi Microsoft hingga kini ditambah cara beradaptasi dengan zaman

Context.id . 08 April 2025