Share

Home Stories

Stories 30 Januari 2025

Peneliti Otak Menemukan Cara Menghapus atau Melemahkan Ingatan Buruk

Otak dapat dilatih untuk melemahkan kenangan buruk dengan menggantinya dengan asosiasi positif

Ilustrasi otak manusia/Artguru

Context.id, JAKARTA - Bayangkan jika sains memungkinkan Anda menghapus kenangan buruk, seperti dalam film Eternal Sunshine of the Spotless Mind. 

Meskipun film tersebut menekankan pentingnya kenangan dalam membentuk identitas, bagi mereka yang mengalami trauma atau masalah kesehatan mental, gagasan mengurangi dampak ingatan buruk tentu menarik.

Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) menawarkan harapan: para ilmuwan menemukan cara untuk melemahkan rasa sakit dari ingatan buruk dengan mengaktifkan kembali ingatan positif. 

Namun, metode ini masih dalam tahap awal dan memerlukan penelitian lebih lanjut.

Seperti dilansir dari Fast Company, dalam studi tersebut, 37 peserta diminta untuk melihat 48 gambar negatif yang dipasangkan dengan kata-kata buatan. 

Tugas mereka adalah mengingat pasangan kata dan gambar tersebut. Pada malam hari, aktivitas otak mereka direkam menggunakan elektroensefalografi (EEG). 

Keesokan harinya, setengah dari kata-kata tadi dikaitkan dengan gambar positif. 

Selama peserta tidur, para peneliti memutar rekaman kata-kata tersebut, bertujuan untuk memengaruhi ingatan mereka.

Pada hari ketiga dan kelima, peserta menjalani berbagai tes memori. 

Hasilnya menunjukkan peserta lebih mungkin mengingat gambar-gambar positif yang telah dikaitkan dengan kata-kata negatif sebelumnya. 

Ini mengindikasikan otak dapat dilatih untuk melemahkan kenangan buruk dengan menggantinya dengan asosiasi positif.

Meskipun temuan ini menjanjikan, para peneliti menekankan keterbatasannya. Penggunaan gambar negatif tidak sepenuhnya merepresentasikan pengalaman trauma yang kompleks dan nyata. 

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana metode ini dapat diterapkan pada skala yang lebih luas atau dalam situasi yang lebih berat.

"Melihat gambar yang tidak menyenangkan tidak setara dengan trauma sebenarnya," tulis para peneliti dalam makalah mereka.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 30 Januari 2025

Peneliti Otak Menemukan Cara Menghapus atau Melemahkan Ingatan Buruk

Otak dapat dilatih untuk melemahkan kenangan buruk dengan menggantinya dengan asosiasi positif

Ilustrasi otak manusia/Artguru

Context.id, JAKARTA - Bayangkan jika sains memungkinkan Anda menghapus kenangan buruk, seperti dalam film Eternal Sunshine of the Spotless Mind. 

Meskipun film tersebut menekankan pentingnya kenangan dalam membentuk identitas, bagi mereka yang mengalami trauma atau masalah kesehatan mental, gagasan mengurangi dampak ingatan buruk tentu menarik.

Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) menawarkan harapan: para ilmuwan menemukan cara untuk melemahkan rasa sakit dari ingatan buruk dengan mengaktifkan kembali ingatan positif. 

Namun, metode ini masih dalam tahap awal dan memerlukan penelitian lebih lanjut.

Seperti dilansir dari Fast Company, dalam studi tersebut, 37 peserta diminta untuk melihat 48 gambar negatif yang dipasangkan dengan kata-kata buatan. 

Tugas mereka adalah mengingat pasangan kata dan gambar tersebut. Pada malam hari, aktivitas otak mereka direkam menggunakan elektroensefalografi (EEG). 

Keesokan harinya, setengah dari kata-kata tadi dikaitkan dengan gambar positif. 

Selama peserta tidur, para peneliti memutar rekaman kata-kata tersebut, bertujuan untuk memengaruhi ingatan mereka.

Pada hari ketiga dan kelima, peserta menjalani berbagai tes memori. 

Hasilnya menunjukkan peserta lebih mungkin mengingat gambar-gambar positif yang telah dikaitkan dengan kata-kata negatif sebelumnya. 

Ini mengindikasikan otak dapat dilatih untuk melemahkan kenangan buruk dengan menggantinya dengan asosiasi positif.

Meskipun temuan ini menjanjikan, para peneliti menekankan keterbatasannya. Penggunaan gambar negatif tidak sepenuhnya merepresentasikan pengalaman trauma yang kompleks dan nyata. 

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana metode ini dapat diterapkan pada skala yang lebih luas atau dalam situasi yang lebih berat.

"Melihat gambar yang tidak menyenangkan tidak setara dengan trauma sebenarnya," tulis para peneliti dalam makalah mereka.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025