Share

Home Stories

Stories 30 Januari 2025

Mendorong Kolaborasi di Era AI

Acara "Women in the Future of Work " yang diselenggarakan oleh BritCham PWH menekankan pentingnya kolaborasi dan pemanfaatan teknologi bagi womenpreneur.

Illustration Photo Women in the Future Work/Context-Helen Angelia

Context.id, JAKARTA - Kehadiran kecerdasan buatan (AI) dan pergeseran normal sosial telah mendorong transformasi lanskap bisnis global, termasuk di Indonesia.

Pebisnis, terutama perempuan, dipandang perlu memiliki kolaborasi yang solid dengan berbagai pemangku kepentingan untuk menciptakan bisnis yang lebih berkelanjutan.

Hal itu dikatakan Chairwoman Professional Women’s Hub (PWH) BritCham Indonesia, Neeta Jethnani saat mengisi talkshow bertajuk Women in the Future of Work: Redefining Entrepreneurial Leadership in a Changing World yang digelar oleh BritCham Indonesia Professional Women’s Hub (PWH) pada Kamis (23/1/2025).

Neeta yang biasa dipanggil Sony, mengungkapkan 2025 adalah tahun kolaborasi dan mendorong para perempuan untuk terus mengembangkan diri di berbagai bidang. 

“Kami membuka peluang perempuan untuk mengeksplorasi antar-hub di enam sektor BritCham Indonesia yakni Climate Change and the Environment (CC&E), Health, Wellbeing and the Life Sciences (HWLS), Smart Sustainable Cities (SSC), Talent, Technology and Digitalisation (T&D), and Professional Women’s (PWH),” katanya.



 

Direktur Eksekutif BritCham Indonesia, Chris Wren, menjelaskan pihaknya memberi ruang bagi berbagai kepentingan dan tujuan untuk menjawab kebutuhan perempuan profesional yang terus berkembang dalam dunia kerja, terutama di Asia Tenggara.

“Acara ini menyediakan platform untuk mengeksplorasi bagaimana perempuan dapat menavigasi perubahan ini, memanfaatkan peluang yang muncul, dan berkembang dalam lingkungan yang dinamis,” katanya.

Chris mengatakan salah satu tantangan utama yang diidentifikasi adalah kebutuhan perempuan untuk menjadi tangkas dalam lanskap teknologi yang berubah dengan cepat.

Dia menuturkan kelompok laki-laki sering tertarik pada bidang dan kualifikasi tertentu yang lebih banyak daripada perempuan.

“Hal ini dapat menciptakan kesenjangan keterampilan bagi perempuan di sektor yang digerakkan oleh teknologi,” ujarnya.

Dalam acara ini, BritCham Indonesia mengundang tiga pembicara inspiratif yakni Charina Septyandari, Head of People and Culture di Forest Carbon, Marieska Widhiana, Marketing Director di sektor FMCG, dan Nindya Paisan, Founder of Empower You.

Para pembicara juga menjelaskan bagaimana perempuan dapat secara efektif memanfaatkan teknologi dan sumber daya apa saja yang diperlukan agar bisa berkembang di masa depan.

Dalam kesempatan itu, Nindya Paisan menekankan pentingnya memahami dan memanfaatkan tren teknologi terbaru, seperti AI, untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Dia memberikan contoh pentingnya memahami sistem pelacakan pelamar yang menggunakan AI bagi para pelaku rekrutmen.

“Sebagai seorang pengusaha, kita perlu memahami tren teknologi terbaru untuk dapat lebih produktif dan efisien dalam mencapai tujuan kita,” ujarnya. 

Dia juga mengingatkan agar womenpreneur tidak takut dalam menghadapi tantangan baru seperti kehadiran AI atau teknologi lainnya.

Sebaliknya, womenpreneur harus merangkul dan memanfaatkan tren teknologi terbaru untuk merasa aman, efektif, dan bersemangat dalam mencapai tujuan mereka.

Untuk itu, Nindya juga menekankan pentingnya dukungan sistem yang selama ini dipandang menjadi tantangan terbesar yang dihadapi oleh womenpreneur.

“Saya menemukan bahwa banyak perempuan yang ingin memulai usaha, membutuhkan seseorang yang percaya pada mereka, percaya pada apa yang mereka lakukan, dan mendukung mereka sepanjang perjalanan,” ungkapnya.

“Dukungan ini, bisa datang dari mentor, suami, mitra, atau rekan kerja.”

 

Sementara itu, Charina Septyandari menekankan pentingnya prinsip 20-60-20 dalam era AI, yaitu 20% ide orisinal dari manusia, 60% tugas yang dilakukan oleh AI, dan 20% pengambilan keputusan. 

“Peran AI adalah untuk membantu kita menjadi lebih efisien, namun tidak dapat sepenuhnya menggantikan peran manusia,” jelasnya.

Dia memandang dengan memanfaatkan data dan teknologi, perempuan justru dapat mengembangkan ide-ide inovatif dan mempresentasikannya dengan lebih persuasif kepada pemangku kepentingan. Meskipun, dia menyoroti tantangan yang dihadapi oleh perempuan dalam kepemimpinan, seperti memahami perbedaan budaya dan membangun kepercayaan diri. 

“Perempuan perlu menunjukkan kemampuan kepemimpinan mereka dan menantang stereotip yang ada,” ujarnya. 

Charina menekankan pentingnya menciptakan platform dan peluang bagi perempuan untuk mengembangkan potensi kepemimpinan mereka.

Dalam diskusi tersebut, Marieska Widhiana juga sepakat pentingnya pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan menciptakan waktu luang.

"Dengan menggunakan teknologi untuk otomatisasi beberapa tugas, perempuan dapat memiliki lebih banyak waktu untuk mengembangkan karir mereka, mengejar minat pribadi, dan menjaga keseimbangan hidup," jelasnya.

Oleh karena itu dia pun mendorong perempuan untuk berani bermimpi dan mengambil tindakan untuk mewujudkan impian mereka.

"Dengan kepercayaan diri dan dukungan yang tepat, perempuan dapat mencapai kesuksesan yang luar biasa sebagai pengusaha dan pemimpin," katanya.

Tak hanya diskusi, acara Women in the Future of Work juga menjadi wadah untuk berbagi pengalaman dari para pembicara inspiratif dan juga para peserta. 

Dalam catatan Context, ada beberapa poin solusi utama yang mengemuka dalam acara tersebut.

Pertama, memanfaatkan teknologi sebagai dasar untuk pengembangan profesional dan pribadi. Memahami dan memanfaatkan teknologi seperti AI dipandang secara efektif dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan membuka peluang baru.

Kedua, membuat rencana yang realistis dan adaptif. Perlu adanya identifikasi tujuan, membuat rencana yang sesuai dengan konteks modern, dan memanfaatkan teknologi serta sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan pribadi dan profesional.

Ketiga, menjaga keseimbangan dan menghargai diri sendiri. Perlu adanya kesadaran bahwa keseimbangan sempurna antara kehidupan pribadi dan profesional mungkin tidak selalu tercapai. Prioritaskan kesejahteraan pribadi dan menghargai kontribusi serta pencapaian diri sendiri.

 

Menutup diskusi, Neeta Jethnani mengatakan kepemimpinan tentunya bukan hanya tentang beradaptasi; melainkan tentang transformasi. 

“Keluarlah dari zona nyaman. Ajukan pertanyaan cerdas kepada AI, dan dengarkan data dengan seksama. Tetapi yang terpenting, hargailah diri sendiri. Kenali diri sendiri. Ketika kita bisa menghargai diri sendiri, kita tidak akan takut pada AI, kita akan memanfaatkannya untuk mencapai hal-hal luar biasa,” jelasnya.

Dia berharap dengan menerapkan solusi-solusi ini, perempuan dapat menghadapi tantangan, memanfaatkan peluang, dan menjadi pemimpin yang sukses di masa depan.

“Acara ini menjadi langkah penting dalam mendorong pemberdayaan perempuan dan menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan mendukung bagi semua.”



Penulis : Helen Angelia

Editor   : Arief Setiaji

Home Stories

Stories 30 Januari 2025

Mendorong Kolaborasi di Era AI

Acara "Women in the Future of Work " yang diselenggarakan oleh BritCham PWH menekankan pentingnya kolaborasi dan pemanfaatan teknologi bagi womenpreneur.

Illustration Photo Women in the Future Work/Context-Helen Angelia

Context.id, JAKARTA - Kehadiran kecerdasan buatan (AI) dan pergeseran normal sosial telah mendorong transformasi lanskap bisnis global, termasuk di Indonesia.

Pebisnis, terutama perempuan, dipandang perlu memiliki kolaborasi yang solid dengan berbagai pemangku kepentingan untuk menciptakan bisnis yang lebih berkelanjutan.

Hal itu dikatakan Chairwoman Professional Women’s Hub (PWH) BritCham Indonesia, Neeta Jethnani saat mengisi talkshow bertajuk Women in the Future of Work: Redefining Entrepreneurial Leadership in a Changing World yang digelar oleh BritCham Indonesia Professional Women’s Hub (PWH) pada Kamis (23/1/2025).

Neeta yang biasa dipanggil Sony, mengungkapkan 2025 adalah tahun kolaborasi dan mendorong para perempuan untuk terus mengembangkan diri di berbagai bidang. 

“Kami membuka peluang perempuan untuk mengeksplorasi antar-hub di enam sektor BritCham Indonesia yakni Climate Change and the Environment (CC&E), Health, Wellbeing and the Life Sciences (HWLS), Smart Sustainable Cities (SSC), Talent, Technology and Digitalisation (T&D), and Professional Women’s (PWH),” katanya.



 

Direktur Eksekutif BritCham Indonesia, Chris Wren, menjelaskan pihaknya memberi ruang bagi berbagai kepentingan dan tujuan untuk menjawab kebutuhan perempuan profesional yang terus berkembang dalam dunia kerja, terutama di Asia Tenggara.

“Acara ini menyediakan platform untuk mengeksplorasi bagaimana perempuan dapat menavigasi perubahan ini, memanfaatkan peluang yang muncul, dan berkembang dalam lingkungan yang dinamis,” katanya.

Chris mengatakan salah satu tantangan utama yang diidentifikasi adalah kebutuhan perempuan untuk menjadi tangkas dalam lanskap teknologi yang berubah dengan cepat.

Dia menuturkan kelompok laki-laki sering tertarik pada bidang dan kualifikasi tertentu yang lebih banyak daripada perempuan.

“Hal ini dapat menciptakan kesenjangan keterampilan bagi perempuan di sektor yang digerakkan oleh teknologi,” ujarnya.

Dalam acara ini, BritCham Indonesia mengundang tiga pembicara inspiratif yakni Charina Septyandari, Head of People and Culture di Forest Carbon, Marieska Widhiana, Marketing Director di sektor FMCG, dan Nindya Paisan, Founder of Empower You.

Para pembicara juga menjelaskan bagaimana perempuan dapat secara efektif memanfaatkan teknologi dan sumber daya apa saja yang diperlukan agar bisa berkembang di masa depan.

Dalam kesempatan itu, Nindya Paisan menekankan pentingnya memahami dan memanfaatkan tren teknologi terbaru, seperti AI, untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Dia memberikan contoh pentingnya memahami sistem pelacakan pelamar yang menggunakan AI bagi para pelaku rekrutmen.

“Sebagai seorang pengusaha, kita perlu memahami tren teknologi terbaru untuk dapat lebih produktif dan efisien dalam mencapai tujuan kita,” ujarnya. 

Dia juga mengingatkan agar womenpreneur tidak takut dalam menghadapi tantangan baru seperti kehadiran AI atau teknologi lainnya.

Sebaliknya, womenpreneur harus merangkul dan memanfaatkan tren teknologi terbaru untuk merasa aman, efektif, dan bersemangat dalam mencapai tujuan mereka.

Untuk itu, Nindya juga menekankan pentingnya dukungan sistem yang selama ini dipandang menjadi tantangan terbesar yang dihadapi oleh womenpreneur.

“Saya menemukan bahwa banyak perempuan yang ingin memulai usaha, membutuhkan seseorang yang percaya pada mereka, percaya pada apa yang mereka lakukan, dan mendukung mereka sepanjang perjalanan,” ungkapnya.

“Dukungan ini, bisa datang dari mentor, suami, mitra, atau rekan kerja.”

 

Sementara itu, Charina Septyandari menekankan pentingnya prinsip 20-60-20 dalam era AI, yaitu 20% ide orisinal dari manusia, 60% tugas yang dilakukan oleh AI, dan 20% pengambilan keputusan. 

“Peran AI adalah untuk membantu kita menjadi lebih efisien, namun tidak dapat sepenuhnya menggantikan peran manusia,” jelasnya.

Dia memandang dengan memanfaatkan data dan teknologi, perempuan justru dapat mengembangkan ide-ide inovatif dan mempresentasikannya dengan lebih persuasif kepada pemangku kepentingan. Meskipun, dia menyoroti tantangan yang dihadapi oleh perempuan dalam kepemimpinan, seperti memahami perbedaan budaya dan membangun kepercayaan diri. 

“Perempuan perlu menunjukkan kemampuan kepemimpinan mereka dan menantang stereotip yang ada,” ujarnya. 

Charina menekankan pentingnya menciptakan platform dan peluang bagi perempuan untuk mengembangkan potensi kepemimpinan mereka.

Dalam diskusi tersebut, Marieska Widhiana juga sepakat pentingnya pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan menciptakan waktu luang.

"Dengan menggunakan teknologi untuk otomatisasi beberapa tugas, perempuan dapat memiliki lebih banyak waktu untuk mengembangkan karir mereka, mengejar minat pribadi, dan menjaga keseimbangan hidup," jelasnya.

Oleh karena itu dia pun mendorong perempuan untuk berani bermimpi dan mengambil tindakan untuk mewujudkan impian mereka.

"Dengan kepercayaan diri dan dukungan yang tepat, perempuan dapat mencapai kesuksesan yang luar biasa sebagai pengusaha dan pemimpin," katanya.

Tak hanya diskusi, acara Women in the Future of Work juga menjadi wadah untuk berbagi pengalaman dari para pembicara inspiratif dan juga para peserta. 

Dalam catatan Context, ada beberapa poin solusi utama yang mengemuka dalam acara tersebut.

Pertama, memanfaatkan teknologi sebagai dasar untuk pengembangan profesional dan pribadi. Memahami dan memanfaatkan teknologi seperti AI dipandang secara efektif dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan membuka peluang baru.

Kedua, membuat rencana yang realistis dan adaptif. Perlu adanya identifikasi tujuan, membuat rencana yang sesuai dengan konteks modern, dan memanfaatkan teknologi serta sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan pribadi dan profesional.

Ketiga, menjaga keseimbangan dan menghargai diri sendiri. Perlu adanya kesadaran bahwa keseimbangan sempurna antara kehidupan pribadi dan profesional mungkin tidak selalu tercapai. Prioritaskan kesejahteraan pribadi dan menghargai kontribusi serta pencapaian diri sendiri.

 

Menutup diskusi, Neeta Jethnani mengatakan kepemimpinan tentunya bukan hanya tentang beradaptasi; melainkan tentang transformasi. 

“Keluarlah dari zona nyaman. Ajukan pertanyaan cerdas kepada AI, dan dengarkan data dengan seksama. Tetapi yang terpenting, hargailah diri sendiri. Kenali diri sendiri. Ketika kita bisa menghargai diri sendiri, kita tidak akan takut pada AI, kita akan memanfaatkannya untuk mencapai hal-hal luar biasa,” jelasnya.

Dia berharap dengan menerapkan solusi-solusi ini, perempuan dapat menghadapi tantangan, memanfaatkan peluang, dan menjadi pemimpin yang sukses di masa depan.

“Acara ini menjadi langkah penting dalam mendorong pemberdayaan perempuan dan menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan mendukung bagi semua.”



Penulis : Helen Angelia

Editor   : Arief Setiaji


RELATED ARTICLES

Peneliti Otak Menemukan Cara Menghapus atau Melemahkan Ingatan Buruk

Otak dapat dilatih untuk melemahkan kenangan buruk dengan menggantinya dengan asosiasi positif

Context.id . 30 January 2025

Algoritma Mesin Mampu Menilai Aroma Wiski Lebih Akurat dari Ahlinya

OWSum, algoritma yang dikembangkan oleh peneliti, dapat mengidentifikasi negara asal wiski dan lima aroma terkuatnya r n

Context.id . 30 January 2025

Mendorong Kolaborasi di Era AI

Acara \"Women in the Future of Work \" yang diselenggarakan oleh BritCham PWH menekankan pentingnya kolaborasi dan pemanfaatan teknologi bagi wome ...

Helen Angelia . 30 January 2025

Ambisi Vast Space Membangun Stasiun Luar Angkasa dengan Gravitasi Buatan

Pembangunan stasiun dengan gravitasi buatan membutuhkan waktu 10 20 tahun dan dana yang sangat besar

Context.id . 30 January 2025