Stories - 07 October 2024

Eras Tour Bikin Taylor Swift Jadi Musisi Perempuan Terkaya Dunia

Swift melampaui Rihanna dan menjadi musisi yang kekayaannya benar-benar berasal dari karier musik, bukan dari bisnis


Taylor Swift/Boston University

Context.id, JAKARTA - Sejalan dengan kesuksesan karier musiknya, pundi-pundi kekayaan Taylor Swift juga terus menggunung. Pada Sabtu (5/10), Forbes memperbarui perkiraan kekayaan bersih penyanyi ini menyusul kesuksesan besar dari tur dunia yang memecahkan rekor, Eras Tour, selama satu setengah tahun terakhir. Tur ini dijadwalkan akan berakhir pada bulan Desember.

Lalu, berapa kekayaan bersih Swift saat ini? Menurut pembaruan Forbes pada 5 Oktober, kekayaan bersih penyanyi ini kini diperkirakan mencapai US$1,6 miliar atau sekitar Rp25,1 Triliun dengan asumsi kurs dolar Rp15.739. 

Forbes memperkirakan sejauh ini pada tahun 2024, Swift, yang berusia 34 tahun, telah menghasilkan US$1,15 miliar sebelum pajak dan biaya, dengan pendapatan sebelum pajak sebesar US$400 juta.

Melansir Euronews, dengan pembaruan dari Forbes itu, Taylor Swift adalah musisi wanita terkaya di dunia dan menyalip Rihanna dengan kekayaan bersih US$1,4 miliar atau sekitar Rp22,07 triliun.

Sementara posisi puncak diduduki Jay Z, rapper kawan deka dari P Diddy yang sedang tersandung kasus pelecehan seksual. 



Jay-Z yang juga suami dari mega bintang Beyonce memiliki kekayaan bersih sebesar US$2,5 miliar atau sekitar Rp39,35 triliun.  

Meskipun harus kalah dari Taylor Swift soal kekayaan bersihnya, Rihanna tetap menyandang gelar "musisi wanita terkaya sepanjang masa," setelah pernah mencapai puncak kekayaan bersih sebesar US$1,77 miliar. Bisa jadi Swift mungkin akan segera mengklaim gelar itu juga. 

Forbes mengonfirmasi berita tersebut dengan memperbarui status keuangan Swift menyusul keberhasilan bersejarah Tur Eras-nya, dan memperkirakan bahwa US$600 juta kekayaan Swift berasal dari pendapatan dan royalti tur, US$600 juta lainnya dari nilai katalog musiknya, dan US$125 juta dari investasi real estat. 

Swift juga dilaporkan memperoleh US$100 juta dari royalti streaming Spotify saja tahun lalu, sebagian besar berkat albumnya tahun 2022 ' Midnights ' dan versi rekaman ulang tahun 2023 dari '1989', '1989 (Taylor's Version)' .  

Kaya dari musik

Time menuliskan, yang membuat Swift menonjol adalah tidak seperti banyak musisi yang menyandang gelar miliarder tapi dari usaha atau bisnisnya, kekayaan Swift benar-benar berasal dari karier musiknya. 

Swift juga merupakan satu-satunya musisi dalam sejarah yang mencapai kekayaan bersih 10 digit terutama dari penjualan album dan pertunjukan langsung, bukan dari usaha kewirausahaan. 

Sebagai perbandingan, Selena Gomez yang baru-baru ini masuk dalam Bloomberg’s Billionaire Index mendapatkan sekitar 81% nilai kekayaannya melalui merek kosmetiknya, Rare Beauty. 

Sedangkan tur musiknya hanya menyumbang kurang dari 5% dari kekayaan Gomez, lalu penjualan album dan rekaman memberikan kontribusi kurang dari 2%, menurut laporan Bloomberg. 

Demikian pula, penyanyi Rihanna memiliki kekayaan bersih sekitar $1,4 miliar, yang sebagian besar berasal dari kesuksesan lini kosmetiknya, Fenty Beauty, menurut Forbes.

Swift pertama kali berstatus miliarder pada Oktober 2023 .  

Taylor Swift menyelesaikan tur Eras Tour-nya di Eropa pada bulan Agustus dan akan menutupnya pada akhir tahun ini.

Tur terakhirnya dimulai di AS pada tanggal 18 Oktober sebelum mengakhiri Tur Eras di Kanada pada awal Desember. 

Selain Eras Tour, album studio ke-11 Swift, The Tortured Poets Department, juga debut pada bulan April dan menjadi album pertama dalam sejarah Spotify yang mencapai 300 juta streaming dalam sehari. 

Album ini memecahkan beberapa rekor lainnya, termasuk streaming album dalam satu hari di Spotify, penjualan vinil dalam satu minggu, dan minggu streaming terbesar sepanjang masa.

Pada tahun 2023, Swift juga dinobatkan sebagai Person of the Year oleh TIME. Ia mengatakan kepada TIME kesuksesan finansial dirinya dan sesama miliarder, Beyoncé serta artis perempuan pada umumnya sebagai titik balik dalam industri musik.

“Apa yang telah ada sejak zaman purba? Masyarakat patriarkal. Apa yang memicu masyarakat patriarkal? Uang, aliran pendapatan, ekonomi,” ujar Swift.

“Jadi sebenarnya, jika kita melihat ini dari sudut pandang yang paling sinis, ide-ide feminin yang menjadi menguntungkan berarti lebih banyak seni perempuan akan dibuat. Ini sangat menggembirakan.”

Kenaikan kekayaan Swift juga terjadi setelah ia menghabiskan beberapa tahun terakhir untuk merekam ulang dan merilis kembali versi “Taylor’s Version” dari album-album lamanya. 

Ini dipicu setelah Scooter Braun—mantan manajer musik ternama—mengakuisisi katalog musik Swift pada tahun 2019 setelah ia membeli Big Machine Label Group dan semua aset musik yang direkam.

Saat itu, Swift mengungkapkan perasaannya mengenai akuisisi tersebut: “Ini adalah skenario terburuk saya. Inilah yang terjadi ketika Anda menandatangani kontrak pada usia lima belas tahun dengan seseorang yang jelas-jelas melihat istilah ‘loyalitas’ hanya sebagai konsep kontraktual.” 

Braun kemudian menjual master Big Machine Swift kepada Shamrock Capital pada tahun 2020. Sejauh ini, Swift telah merilis kembali album Fearless (Taylor’s Version), Red (Taylor’s Version), Speak Now (Taylor’s Version), dan 1989 (Taylor’s Version).


Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

MORE  STORIES

Melihat Perjuangan Yahya Sinwar, Pemimpin Hamas yang Dibunuh Israel

Israel mengumumkan telah membunuh Yahya Sinwar, pemimpin Hamas. Kematiannya menjadi kemenangan Israel tapi dianggap martir oleh para pendukungnya.

Naufal Jauhar Nazhif | 24-10-2024

Kecemasan Tidur di Era Digital, Fenomena Sleepmaxxing dan Orthosomnia

Obsesi tidur sempurna justru bisa menambah kecemasan, padahal kualitas tidur lebih tentang perasaan segar dan bugar saat bangun.

Context.id | 24-10-2024

Penting! Ini Alasan Mengapa Ponsel Harus Dimatikan Seminggu Sekali

Ponsel akan menghentikan sementara semua proses yang berjalan di latar belakang, termasuk malware yang mungkin tidak kita sadari sedang aktif.

Context.id | 23-10-2024

Mati dalam Kesendirian, Fenomena di Negara Asia

Kematian kesepian di Asia menunjukkan perlunya membangun koneksi sosial yang nyata dan mengatasi stigma kesehatan mental untuk mendukung generasi muda

Context.id | 23-10-2024