Paus Sebagai Indikator Ekosistem Laut yang Sehat
Hermanus, sebuah desa pesisir indah di Afrika Selatan, terkenal sebagai "ibu kota pengamatan paus di dunia. "
Context.id, JAKARTA - Paus balin selatan di Afrika Selatan telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah hampir punah akibat perburuan paus. Namun, kini mereka menghadapi ancaman baru dari perubahan iklim, menjadikan mereka indikator penting bagi kesehatan ekosistem laut.
Hermanus, sebuah desa pesisir indah di Afrika Selatan, terkenal sebagai "ibu kota pengamatan paus di dunia." Lokasi ini menjadi pusat penelitian paus balin selatan oleh Unit Paus di Institut Penelitian Mamalia Universitas Pretoria, yang dipimpin oleh ilmuwan Belgia, Els Vermeulen.
“Jumlah paus saat ini hanya 20 persen dari populasi sebelum masa perburuan,” ungkap Vermeulen seperti dilansir dari Al Jazeera.
Penelitian menunjukkan paus menjadi lebih kurus, lebih jarang berkembang biak dan mulai mengganti mangsa utama mereka. Melalui bantuan satelit dan teknologi modern lainnya, para peneliti kini dapat melacak pola makan dan migrasi paus.
Misalnya, CTD yang digunakan sejak 2023 memungkinkan paus menjadi "ilmuwan warga," mengumpulkan data salinitas dan suhu air saat menyelam hingga kedalaman 460 meter.
Penelitian ini menemukan perubahan besar dalam kondisi es laut telah memengaruhi habitat makan utama mereka, seperti wilayah es marginal tempat krill Antartika hidup.
Paus kini harus beradaptasi dengan mencari mangsa di lokasi baru, seperti arus sirkumpolar Antartika, yang telah bergeser sekitar 80 kilometer ke selatan dalam 20 tahun terakhir.
Els Vermeulen dan timnya terus mengembangkan metode baru untuk melindungi paus, termasuk menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mencocokkan pola unik pada paus dan membangun katalog digital paus balin selatan.
Selain itu, aplikasi seperti Happy Whale telah membuktikan efektivitas kontribusi masyarakat umum dalam penelitian paus.
“Paus-paus ini memberi tahu kita tentang kondisi lingkungan yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya,” kata Vermeulen.
Data ini memberikan wawasan tentang bagaimana perubahan iklim berdampak pada lautan, membantu ilmuwan dan pembuat kebijakan mengambil keputusan untuk melindungi ekosistem laut dan paus balin selatan.
Penelitian ini tidak hanya penting bagi paus, tetapi juga bagi pemahaman global tentang perubahan iklim. "Masa depan paus ada di tangan kita," pungkas Vermeulen.
RELATED ARTICLES
Paus Sebagai Indikator Ekosistem Laut yang Sehat
Hermanus, sebuah desa pesisir indah di Afrika Selatan, terkenal sebagai "ibu kota pengamatan paus di dunia. "
Context.id, JAKARTA - Paus balin selatan di Afrika Selatan telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah hampir punah akibat perburuan paus. Namun, kini mereka menghadapi ancaman baru dari perubahan iklim, menjadikan mereka indikator penting bagi kesehatan ekosistem laut.
Hermanus, sebuah desa pesisir indah di Afrika Selatan, terkenal sebagai "ibu kota pengamatan paus di dunia." Lokasi ini menjadi pusat penelitian paus balin selatan oleh Unit Paus di Institut Penelitian Mamalia Universitas Pretoria, yang dipimpin oleh ilmuwan Belgia, Els Vermeulen.
“Jumlah paus saat ini hanya 20 persen dari populasi sebelum masa perburuan,” ungkap Vermeulen seperti dilansir dari Al Jazeera.
Penelitian menunjukkan paus menjadi lebih kurus, lebih jarang berkembang biak dan mulai mengganti mangsa utama mereka. Melalui bantuan satelit dan teknologi modern lainnya, para peneliti kini dapat melacak pola makan dan migrasi paus.
Misalnya, CTD yang digunakan sejak 2023 memungkinkan paus menjadi "ilmuwan warga," mengumpulkan data salinitas dan suhu air saat menyelam hingga kedalaman 460 meter.
Penelitian ini menemukan perubahan besar dalam kondisi es laut telah memengaruhi habitat makan utama mereka, seperti wilayah es marginal tempat krill Antartika hidup.
Paus kini harus beradaptasi dengan mencari mangsa di lokasi baru, seperti arus sirkumpolar Antartika, yang telah bergeser sekitar 80 kilometer ke selatan dalam 20 tahun terakhir.
Els Vermeulen dan timnya terus mengembangkan metode baru untuk melindungi paus, termasuk menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mencocokkan pola unik pada paus dan membangun katalog digital paus balin selatan.
Selain itu, aplikasi seperti Happy Whale telah membuktikan efektivitas kontribusi masyarakat umum dalam penelitian paus.
“Paus-paus ini memberi tahu kita tentang kondisi lingkungan yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya,” kata Vermeulen.
Data ini memberikan wawasan tentang bagaimana perubahan iklim berdampak pada lautan, membantu ilmuwan dan pembuat kebijakan mengambil keputusan untuk melindungi ekosistem laut dan paus balin selatan.
Penelitian ini tidak hanya penting bagi paus, tetapi juga bagi pemahaman global tentang perubahan iklim. "Masa depan paus ada di tangan kita," pungkas Vermeulen.
POPULAR
RELATED ARTICLES