Share

Home Stories

Stories 01 Januari 2025

Eropa Timur di Ambang Krisis Energi Akibat Penghentian Aliran Gas Rusia

Pemerintah Ukraina menolak memperpanjang perjanjian transit dengan Gazprom, perusahaan energi milik negara Rusia.

Pegawai Gazprom sedang melakukan pemeriksaan/UNITED24

Context.id, JAKARTA - Aliran gas Rusia ke Eropa melalui Ukraina resmi dihentikan pada Hari Tahun Baru setelah pemerintah Ukraina menolak memperpanjang perjanjian transit dengan Gazprom, perusahaan energi milik negara Rusia. 

Keputusan ini diambil di tengah perang yang terus berlangsung antara Ukraina dan Rusia, dengan tujuan merampas pendapatan Rusia yang dapat digunakan untuk mendanai invasi militernya.

Seperti dilansir dari laporan Al Jazeera, langkah ini dipuji oleh Menteri Energi Ukraina, German Galushchenko, sebagai "peristiwa bersejarah" yang menandai berakhirnya dominasi Rusia di pasar energi Uni Eropa. 

Sebelum perang, Rusia memasok hingga 35% kebutuhan gas Eropa, namun pangsa pasarnya kini menyusut menjadi kurang dari 10%.

Berdampak bagi Eropa Timur
Keputusan ini berdampak signifikan bagi beberapa negara di Eropa Timur. Moldova, Austria, dan Slovakia, yang selama ini bergantung pada jalur transit gas melalui Ukraina, kini menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan energi mereka.

Moldova: 
Presiden Moldova Maia Sandu menyebut musim dingin ini sebagai "musim yang keras" setelah wilayah Transnistria, yang memisahkan diri, memutus pasokan pemanas dan air panas ke rumah tangga. 

Pemerintah Moldova telah mendiversifikasi sumber energinya dengan impor dari Rumania, tetapi tetap menghadapi kekurangan yang signifikan.

Slovakia: 
Negara ini kehilangan pemasukan transit hingga 177 juta euro (US$184 juta) dan harus mengimpor gas dengan biaya lebih tinggi dari rute alternatif. 

Perdana Menteri Robert Fico memperingatkan harga gas di seluruh Eropa akan naik akibat penghentian aliran gas Rusia.

Austria: 
Meski menghadapi situasi sulit, regulator energi Austria menyatakan infrastruktur mereka cukup fleksibel untuk beralih ke pasokan gas dari negara-negara tetangga, seperti Jerman, Republik Ceko, dan Polandia.

Pasokan alternatif 
Eropa telah mempercepat upaya diversifikasi energi sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022. 

Gas alam cair (LNG) dari Amerika Serikat dan Qatar, serta gas pipa dari Norwegia, menjadi solusi utama untuk menggantikan pasokan Rusia. 

Jaringan pipa TurkStream yang melewati Turki masih menjadi satu-satunya jalur aktif untuk gas Rusia ke Eropa, tetapi kapasitasnya terbatas.

Komisi Eropa optimis infrastruktur gas yang ada dapat menangani kebutuhan energi tanpa Rusia.  Namun, biaya tambahan dalam proses transisi tetap menjadi tantangan ekonomi bagi banyak negara.

Penghentian aliran gas Rusia melalui Ukraina menandai perubahan besar dalam peta energi global. 

Ukraina, yang sebelumnya hanya berfungsi sebagai jalur transit, kini mengambil sikap tegas dalam mengurangi ketergantungan Eropa terhadap Rusia. 

Di sisi lain, Rusia kehilangan salah satu sumber pendapatan utamanya, yang diperkirakan mencapai US$5-US$6,5 miliar per tahun dari kesepakatan transit tersebut.

Keputusan Ukraina ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari strategi geopolitik untuk melemahkan posisi Rusia dalam perang yang berkepanjangan. 

Namun, dampaknya pada stabilitas energi Eropa Timur menunjukkan kompleksitas dari langkah tersebut. 



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 01 Januari 2025

Eropa Timur di Ambang Krisis Energi Akibat Penghentian Aliran Gas Rusia

Pemerintah Ukraina menolak memperpanjang perjanjian transit dengan Gazprom, perusahaan energi milik negara Rusia.

Pegawai Gazprom sedang melakukan pemeriksaan/UNITED24

Context.id, JAKARTA - Aliran gas Rusia ke Eropa melalui Ukraina resmi dihentikan pada Hari Tahun Baru setelah pemerintah Ukraina menolak memperpanjang perjanjian transit dengan Gazprom, perusahaan energi milik negara Rusia. 

Keputusan ini diambil di tengah perang yang terus berlangsung antara Ukraina dan Rusia, dengan tujuan merampas pendapatan Rusia yang dapat digunakan untuk mendanai invasi militernya.

Seperti dilansir dari laporan Al Jazeera, langkah ini dipuji oleh Menteri Energi Ukraina, German Galushchenko, sebagai "peristiwa bersejarah" yang menandai berakhirnya dominasi Rusia di pasar energi Uni Eropa. 

Sebelum perang, Rusia memasok hingga 35% kebutuhan gas Eropa, namun pangsa pasarnya kini menyusut menjadi kurang dari 10%.

Berdampak bagi Eropa Timur
Keputusan ini berdampak signifikan bagi beberapa negara di Eropa Timur. Moldova, Austria, dan Slovakia, yang selama ini bergantung pada jalur transit gas melalui Ukraina, kini menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan energi mereka.

Moldova: 
Presiden Moldova Maia Sandu menyebut musim dingin ini sebagai "musim yang keras" setelah wilayah Transnistria, yang memisahkan diri, memutus pasokan pemanas dan air panas ke rumah tangga. 

Pemerintah Moldova telah mendiversifikasi sumber energinya dengan impor dari Rumania, tetapi tetap menghadapi kekurangan yang signifikan.

Slovakia: 
Negara ini kehilangan pemasukan transit hingga 177 juta euro (US$184 juta) dan harus mengimpor gas dengan biaya lebih tinggi dari rute alternatif. 

Perdana Menteri Robert Fico memperingatkan harga gas di seluruh Eropa akan naik akibat penghentian aliran gas Rusia.

Austria: 
Meski menghadapi situasi sulit, regulator energi Austria menyatakan infrastruktur mereka cukup fleksibel untuk beralih ke pasokan gas dari negara-negara tetangga, seperti Jerman, Republik Ceko, dan Polandia.

Pasokan alternatif 
Eropa telah mempercepat upaya diversifikasi energi sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022. 

Gas alam cair (LNG) dari Amerika Serikat dan Qatar, serta gas pipa dari Norwegia, menjadi solusi utama untuk menggantikan pasokan Rusia. 

Jaringan pipa TurkStream yang melewati Turki masih menjadi satu-satunya jalur aktif untuk gas Rusia ke Eropa, tetapi kapasitasnya terbatas.

Komisi Eropa optimis infrastruktur gas yang ada dapat menangani kebutuhan energi tanpa Rusia.  Namun, biaya tambahan dalam proses transisi tetap menjadi tantangan ekonomi bagi banyak negara.

Penghentian aliran gas Rusia melalui Ukraina menandai perubahan besar dalam peta energi global. 

Ukraina, yang sebelumnya hanya berfungsi sebagai jalur transit, kini mengambil sikap tegas dalam mengurangi ketergantungan Eropa terhadap Rusia. 

Di sisi lain, Rusia kehilangan salah satu sumber pendapatan utamanya, yang diperkirakan mencapai US$5-US$6,5 miliar per tahun dari kesepakatan transit tersebut.

Keputusan Ukraina ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari strategi geopolitik untuk melemahkan posisi Rusia dalam perang yang berkepanjangan. 

Namun, dampaknya pada stabilitas energi Eropa Timur menunjukkan kompleksitas dari langkah tersebut. 



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025