Share

Home Stories

Stories 10 Desember 2024

Temuan Menarik, Lebah dan Madu Bisa Menjadi Indikator Polusi Lingkungan

Selain enak dan menyehatkan bagi tubuh, madu yang dihasilkan lebah bisa menjadi indikator tingkat polusi udara suatu wilayah

Sarang lebah yang penuh madu/Britannica

Context.id, JAKARTA - Di dalam setiap toples madu terdapat cita rasa yang luar biasa lezat. Selain rasa manisnya yang punya ciri khas dan teksturnya yang lengket serta manfaatnya yang luar biasa bagi tubuh, madu juga punya manfaat lain yakni indikator tingkat polusi udara

Sebuah studi terbaru dari Universitas Tulane menemukan madu dapat memberikan gambaran sekilas tentang polusi di dekatnya. Peneliti kampus Tulane melakukan penelitian terkait madu dengan menguji 260 sampel madu dari 48 negara bagian di AS untuk mencari jejak enam logam beracun: arsenik, timbal, kadmium, nikel, kromium, dan kobalt. 

Dari penelitian itu ditemukan tidak ada satu pun madu yang mengandung kadar logam beracun berdasarkan ukuran sajian satu sendok makan per hari. Hasil temuan itu dipublikasikan di jurnal Environmental Pollution dengan fokus pada potensi peran ganda madu sebagai sumber makanan dan alat untuk memantau polusi lingkungan.

Namun, para peneliti menemukan perbedaan regional dalam distribusi logam beracun: tingkat arsenik tertinggi ditemukan dalam madu dari sekelompok negara bagian di Pacific Northwest (Oregon, Idaho, Washington dan Nevada); wilayah Tenggara memiliki tingkat kobalt tertinggi, termasuk Louisiana dan Mississippi; dan dua dari tiga tingkat timbal tertinggi ditemukan di Carolina.

Sementara kadar arsenik tinggi yang ditemukan di Washington (170 μg/kg), Oregon (130 μg/kg) dan Idaho (47,8 μg/kg) dapat mengindikasikan polusi dari penggunaan pestisida pertanian atau sumber industri di kawasan itu.



Sedangkan tingginya kandungan timbal yang tinggi pada madu dari Carolina Utara dan Carolina Selatan masing-masing 451 μg/kg dan 76,8 μg/kg bisa jadi berasal dari pertambangan, tanah yang terkontaminasi oleh jejak lama bensin dan cat bertimbal, atau pembakaran bahan bakar pesawat terbang berbahan dasar timbal.

"Lebah bertindak sebagai pengambil sampel pasif, mengambil kontaminan dari udara, air, dan tanaman saat mencari makan. Kontaminan ini berakhir di madu, memberi kita gambaran sekilas tentang polusi lingkungan di suatu area," kata Tewodros Godebo, peneliti utama studi ini seperti dikutip dari Phys. 

Godebo yang juga asisten profesor ilmu kesehatan lingkungan di Celia Scott Weatherhead School of Public Health and Tropical Medicine di Tulane University mengatakan penelitian ini menjadi studi pertama yang menguji madu untuk mengetahui keberadaan logam beracun. 

Untuk menghubungkan polusi yang ditemukan dalam madu dengan sumbernya secara pasti, Godebo mengatakan perlu ada penelitian lebih lanjut karena dia yakin lingkungan dapat memiliki lebih banyak logam ini daripada yang muncul dalam madu lebah. 

"Masih banyak yang dapat kita pelajari dari lebah tentang polutan apa saja yang ada di lingkungan dan bagaimana polutan tersebut berhubungan dengan dampak kesehatan masyarakat di sekitarnya," ujar Godebo



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 10 Desember 2024

Temuan Menarik, Lebah dan Madu Bisa Menjadi Indikator Polusi Lingkungan

Selain enak dan menyehatkan bagi tubuh, madu yang dihasilkan lebah bisa menjadi indikator tingkat polusi udara suatu wilayah

Sarang lebah yang penuh madu/Britannica

Context.id, JAKARTA - Di dalam setiap toples madu terdapat cita rasa yang luar biasa lezat. Selain rasa manisnya yang punya ciri khas dan teksturnya yang lengket serta manfaatnya yang luar biasa bagi tubuh, madu juga punya manfaat lain yakni indikator tingkat polusi udara

Sebuah studi terbaru dari Universitas Tulane menemukan madu dapat memberikan gambaran sekilas tentang polusi di dekatnya. Peneliti kampus Tulane melakukan penelitian terkait madu dengan menguji 260 sampel madu dari 48 negara bagian di AS untuk mencari jejak enam logam beracun: arsenik, timbal, kadmium, nikel, kromium, dan kobalt. 

Dari penelitian itu ditemukan tidak ada satu pun madu yang mengandung kadar logam beracun berdasarkan ukuran sajian satu sendok makan per hari. Hasil temuan itu dipublikasikan di jurnal Environmental Pollution dengan fokus pada potensi peran ganda madu sebagai sumber makanan dan alat untuk memantau polusi lingkungan.

Namun, para peneliti menemukan perbedaan regional dalam distribusi logam beracun: tingkat arsenik tertinggi ditemukan dalam madu dari sekelompok negara bagian di Pacific Northwest (Oregon, Idaho, Washington dan Nevada); wilayah Tenggara memiliki tingkat kobalt tertinggi, termasuk Louisiana dan Mississippi; dan dua dari tiga tingkat timbal tertinggi ditemukan di Carolina.

Sementara kadar arsenik tinggi yang ditemukan di Washington (170 μg/kg), Oregon (130 μg/kg) dan Idaho (47,8 μg/kg) dapat mengindikasikan polusi dari penggunaan pestisida pertanian atau sumber industri di kawasan itu.



Sedangkan tingginya kandungan timbal yang tinggi pada madu dari Carolina Utara dan Carolina Selatan masing-masing 451 μg/kg dan 76,8 μg/kg bisa jadi berasal dari pertambangan, tanah yang terkontaminasi oleh jejak lama bensin dan cat bertimbal, atau pembakaran bahan bakar pesawat terbang berbahan dasar timbal.

"Lebah bertindak sebagai pengambil sampel pasif, mengambil kontaminan dari udara, air, dan tanaman saat mencari makan. Kontaminan ini berakhir di madu, memberi kita gambaran sekilas tentang polusi lingkungan di suatu area," kata Tewodros Godebo, peneliti utama studi ini seperti dikutip dari Phys. 

Godebo yang juga asisten profesor ilmu kesehatan lingkungan di Celia Scott Weatherhead School of Public Health and Tropical Medicine di Tulane University mengatakan penelitian ini menjadi studi pertama yang menguji madu untuk mengetahui keberadaan logam beracun. 

Untuk menghubungkan polusi yang ditemukan dalam madu dengan sumbernya secara pasti, Godebo mengatakan perlu ada penelitian lebih lanjut karena dia yakin lingkungan dapat memiliki lebih banyak logam ini daripada yang muncul dalam madu lebah. 

"Masih banyak yang dapat kita pelajari dari lebah tentang polutan apa saja yang ada di lingkungan dan bagaimana polutan tersebut berhubungan dengan dampak kesehatan masyarakat di sekitarnya," ujar Godebo



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

China Mulai Menyerap Sinar Matahari dengan Skala Raksasa

Pada 2030, kompleks panel surya milik China ini diperkirakan akan merentang sejauh 250 mil atau lebih panjang dari jarak Jakarta ke Semarang

Renita Sukma . 15 July 2025

Muncul Joki dan Pemalsuan, Strava Berubah jadi Ajang Validasi?

Aktivitas olahraga lari makin diminati oleh banyak orang, begitu pun para joki yang melihat ini sebagai sebuah peluang.

Context.id . 15 July 2025

Negosiasi RI-AS Mandek Tapi Vietnam Berhasil, Kok Bisa?

Menilai paket negosiasi yang ditawarkan Vietnam kepada AS secara signifikan mengurangi defisit neraca perdagangan AS

Renita Sukma . 11 July 2025

Ditekan Tarif Trump, Indonesia Bisa Perluas Pasar Tekstil ke Eropa

Di tengah tekanan tarif Trump 32%, Indonesia memiliki peluang untuk memperluas pasar ke Uni Eropa

Renita Sukma . 11 July 2025