Share

Home Stories

Stories 31 Juli 2025

Pasar Jatinegara atau Pasar Mester? Ini Asal-Usul Nama Jatinegara

Nama Jatinegara menyimpan jejak panjang dari masa kolonial, ketika wilayah ini masih disebut Meester Cornelis

Suasana kawasan Jatinegara tempo dulu/Istimewa

Context.id, JAKARTA - Jatinegara menjadi salah satu wilayah bersejarah di Timur Jakarta, dari pusat transportasi hingga perdagangan di era kolonial kawasan ini punya banyak cerita. 

Tapi apakah ada yang tahu, kenapa wilayah ini disebut sebagai Jatinegara dan pasarnya terkenal dengan nama Pasar Mester? 

Kecamatan Jatinegara terkenal bukan hanya karena pasarnya, tapi juga lokasi berdirinya salah satu stasiun terbesar dan tertua di Jakarta, yakni stasiun Jatinegara.

Namun, nama Jatinegara tidak hanya populer karena stasiunnya. Tidak jauh dari stasiun, terdapat sebuah pasar yang disebut Pasar Jatinegara atau juga dikenal dengan sebutan Pasar Mester. 

Menurut Arsip Jakarta, pasar tersebut diresmikan pada tanggal 10 November 1969 di masa kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin.

Lebih dari setengah abad sejak diresmikan, Pasar Mester masih menjadi salah satu tujuan utama masyarakat di sekitar timur Jakarta untuk berbelanja. 

Tempat ini masih tetap bertahan sebagai pusat perniagaan. Tetapi, bagaimana awalnya Pasar Jatinegara lebih dulu dikenal sebagai Pasar Mester?

Terkait nama itu, jejak sejarahnya merentang jauh bahkan lebih dari satu atau dua dekade, bahkan melampaui era kolonial. 

Dalam bukunya Asal-Usul Nama Tempat di Jakarta, Rachmat Ruchiat menuliskan pada pertengahan abad ke-17, kawasan ini dikenal dengan nama Meester Cornelis. 

Nama itu berasal dari Cornelis Senen, seorang guru agama Kristen dari Lontor, Pulau Banda, yang mendapat izin dari VOC untuk membuka hutan di tepi Sungai Ciliwung.

Sebagai guru, Cornelis Senen disapa meester, yang berarti tuan guru dalam bahasa Belanda. Wilayah yang dibukanya itu pun ikut dikenal sebagai Meester Cornelis. 

Di lidah masyarakat lokal, nama itu lama-kelamaan disingkat menjadi Mester. Sebutan ini mengakar hingga saat ini menandai perjalanan sejarah kolonial yang panjang di wilayah ini. 

Lambat-laun, kawasan hutan yang dibuka oleh sang guru berkembang menjadi satelit Kota Batavia.

Adapun, saat bergesernya kekuasaan Belanda menjadi pendudukan Jepang pada tahun 1942, nama Meester Cornelis akhirnya berubah menjadi Jatinegara hingga saat ini. 

Dalam laman jakarta.go.id, dijelaskan nama Jatinegara diambil dari bahasa Sunda yakni jatina nagara atau dalam bahasa Indonesia yakni negara yang sejati.

Nama tersebut diambil sebagai simbol perlawanan Kesultanan Banten terhadap penjajah Belanda saat itu. 

Saat diambil alih oleh Jepang, Jatinegara berstatus Siku, setingkat kawedanan seperti Penjaringan, Mangga Besar, Tanjung Priok, Tanah Abang, Gambir, hingga Pasar Senen.

Sebagai konteks, kawedanan atau distrik merupakan wilayah administrasi pemerintahan yang berada di bawah kabupaten dan di atas kecamatan. 

Namun, saat Jakarta diatur ulang menjadi Kotapraja Jakarta Raya, status kawedanan dipindahkan ke Matraman dan Jatinegara menjadi bagian dari Kecamatan Pulo Gadung



Penulis : Renita Sukma

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 31 Juli 2025

Pasar Jatinegara atau Pasar Mester? Ini Asal-Usul Nama Jatinegara

Nama Jatinegara menyimpan jejak panjang dari masa kolonial, ketika wilayah ini masih disebut Meester Cornelis

Suasana kawasan Jatinegara tempo dulu/Istimewa

Context.id, JAKARTA - Jatinegara menjadi salah satu wilayah bersejarah di Timur Jakarta, dari pusat transportasi hingga perdagangan di era kolonial kawasan ini punya banyak cerita. 

Tapi apakah ada yang tahu, kenapa wilayah ini disebut sebagai Jatinegara dan pasarnya terkenal dengan nama Pasar Mester? 

Kecamatan Jatinegara terkenal bukan hanya karena pasarnya, tapi juga lokasi berdirinya salah satu stasiun terbesar dan tertua di Jakarta, yakni stasiun Jatinegara.

Namun, nama Jatinegara tidak hanya populer karena stasiunnya. Tidak jauh dari stasiun, terdapat sebuah pasar yang disebut Pasar Jatinegara atau juga dikenal dengan sebutan Pasar Mester. 

Menurut Arsip Jakarta, pasar tersebut diresmikan pada tanggal 10 November 1969 di masa kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin.

Lebih dari setengah abad sejak diresmikan, Pasar Mester masih menjadi salah satu tujuan utama masyarakat di sekitar timur Jakarta untuk berbelanja. 

Tempat ini masih tetap bertahan sebagai pusat perniagaan. Tetapi, bagaimana awalnya Pasar Jatinegara lebih dulu dikenal sebagai Pasar Mester?

Terkait nama itu, jejak sejarahnya merentang jauh bahkan lebih dari satu atau dua dekade, bahkan melampaui era kolonial. 

Dalam bukunya Asal-Usul Nama Tempat di Jakarta, Rachmat Ruchiat menuliskan pada pertengahan abad ke-17, kawasan ini dikenal dengan nama Meester Cornelis. 

Nama itu berasal dari Cornelis Senen, seorang guru agama Kristen dari Lontor, Pulau Banda, yang mendapat izin dari VOC untuk membuka hutan di tepi Sungai Ciliwung.

Sebagai guru, Cornelis Senen disapa meester, yang berarti tuan guru dalam bahasa Belanda. Wilayah yang dibukanya itu pun ikut dikenal sebagai Meester Cornelis. 

Di lidah masyarakat lokal, nama itu lama-kelamaan disingkat menjadi Mester. Sebutan ini mengakar hingga saat ini menandai perjalanan sejarah kolonial yang panjang di wilayah ini. 

Lambat-laun, kawasan hutan yang dibuka oleh sang guru berkembang menjadi satelit Kota Batavia.

Adapun, saat bergesernya kekuasaan Belanda menjadi pendudukan Jepang pada tahun 1942, nama Meester Cornelis akhirnya berubah menjadi Jatinegara hingga saat ini. 

Dalam laman jakarta.go.id, dijelaskan nama Jatinegara diambil dari bahasa Sunda yakni jatina nagara atau dalam bahasa Indonesia yakni negara yang sejati.

Nama tersebut diambil sebagai simbol perlawanan Kesultanan Banten terhadap penjajah Belanda saat itu. 

Saat diambil alih oleh Jepang, Jatinegara berstatus Siku, setingkat kawedanan seperti Penjaringan, Mangga Besar, Tanjung Priok, Tanah Abang, Gambir, hingga Pasar Senen.

Sebagai konteks, kawedanan atau distrik merupakan wilayah administrasi pemerintahan yang berada di bawah kabupaten dan di atas kecamatan. 

Namun, saat Jakarta diatur ulang menjadi Kotapraja Jakarta Raya, status kawedanan dipindahkan ke Matraman dan Jatinegara menjadi bagian dari Kecamatan Pulo Gadung



Penulis : Renita Sukma

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025