Share

Stories 09 Desember 2024

AI Melakukan Wawancara Kerja, Apakah Hal yang Wajar?

Seiring kecerdasan buatan (AI) terus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, warga Amerika mulai menentukan batas yang mereka inginkan.

Interview dengan AI/Ubiminds

Context.id, JAKARTA - Survei oleh Talker Research yang dilakukan pada 21-24 Oktober menanyakan kepada 1.000 orang dewasa di beberapa negara tentang tingkat kenyamanan mereka saat wawancara kerja menggunakan teknologikecerdasan buatan (AI)

Hasilnya jelas: 43% responden mengatakan mereka merasa tidak nyaman dengan AI yang melakukan wawancara kerja, sementara hanya 32% yang menyatakan nyaman, dan 26% tidak yakin.

Survei tersebut mengungkap adanya perbedaan antargenerasi dalam sikap terhadap AI dalam jangka panjang. 

Generasi Z (usia 18-27) menunjukkan tingkat kenyamanan tertinggi, dengan 49% terbuka terhadap wawancara yang dipimpin AI, sementara hanya 20% dari generasi baby boomer (usia 60-78) dan 22 persen dari generasi sebelumnya (usia 78-98) yang merasakan hal yang sama. 

Generasi X (usia 44-59) juga menunjukkan keraguan, dengan hanya 30% yang merasa nyaman.



Meskipun ada keraguan di sini, survei tersebut menggarisbawahi perangkat AI semakin banyak digunakan dalam proses pemanasan, dengan perusahaan menggunakannya untuk mengarahkan penyaringan awal. 

Namun, dapatkah AI benar-benar mengambil alih proses wawancara?

Melansir Newsweek, Philip Gjørup, salah satu pendiri Nord Comms, melihat potensi AI untuk membantu perairan.

“Saya yakin AI akan sangat mungkin digunakan untuk wawancara kerja dalam waktu dekat, karena perusahaan dapat melatih AI untuk mengidentifikasi secara tepat atribut dan kualifikasi yang mereka cari,” katanya.

AI dapat mempercepat dan meningkatkan akurasi dengan cepat mengkarakterisasi keterampilan, pengalaman, dan ciri-ciri kepribadian tertentu.

Namun, dia menambahkan wawancara kerja pada dasarnya bersifat pribadi, membutuhkan keterampilan interpersonal yang bernuansa yang masih sulit dikuasai oleh AI saat ini sehingga kecil kemungkinan AI akan sepenuhnya menggantikan pewawancara manusia. 

Lars Nyman, kepala pemasaran CUDO Computer, menyuarakan sentimen ini, dengan mencatat AI sudah tertanam dalam proses pemindai, menganalisis resume, dan menilai kecocokan awal.

"Lompatan ke wawancara yang dipimpin AI hanya masalah waktu," kata Nyman seperti dikutip dari Newsweek. 

Bagi banyak orang, berinteraksi dengan AI masih merupakan pengalaman yang relatif baru, dan menyesuaikan diri dengan wawancara berbasis AI mungkin memerlukan lebih banyak waktu dan paparan.

Nyman menjelaskan itu karen pada aplikasi AI tertentu, seperti penjadwalan atau analisis data, diterima dengan baik karena mengarahkan kehidupan tanpa menghilangkan sentuhan manusianya. 

Sebaliknya, ketika AI masuk ke peran yang membutuhkan empati dan penilaian, seperti wawancara kerja, Berbagainya lebih dingin.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 09 Desember 2024

AI Melakukan Wawancara Kerja, Apakah Hal yang Wajar?

Seiring kecerdasan buatan (AI) terus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, warga Amerika mulai menentukan batas yang mereka inginkan.

Interview dengan AI/Ubiminds

Context.id, JAKARTA - Survei oleh Talker Research yang dilakukan pada 21-24 Oktober menanyakan kepada 1.000 orang dewasa di beberapa negara tentang tingkat kenyamanan mereka saat wawancara kerja menggunakan teknologikecerdasan buatan (AI)

Hasilnya jelas: 43% responden mengatakan mereka merasa tidak nyaman dengan AI yang melakukan wawancara kerja, sementara hanya 32% yang menyatakan nyaman, dan 26% tidak yakin.

Survei tersebut mengungkap adanya perbedaan antargenerasi dalam sikap terhadap AI dalam jangka panjang. 

Generasi Z (usia 18-27) menunjukkan tingkat kenyamanan tertinggi, dengan 49% terbuka terhadap wawancara yang dipimpin AI, sementara hanya 20% dari generasi baby boomer (usia 60-78) dan 22 persen dari generasi sebelumnya (usia 78-98) yang merasakan hal yang sama. 

Generasi X (usia 44-59) juga menunjukkan keraguan, dengan hanya 30% yang merasa nyaman.



Meskipun ada keraguan di sini, survei tersebut menggarisbawahi perangkat AI semakin banyak digunakan dalam proses pemanasan, dengan perusahaan menggunakannya untuk mengarahkan penyaringan awal. 

Namun, dapatkah AI benar-benar mengambil alih proses wawancara?

Melansir Newsweek, Philip Gjørup, salah satu pendiri Nord Comms, melihat potensi AI untuk membantu perairan.

“Saya yakin AI akan sangat mungkin digunakan untuk wawancara kerja dalam waktu dekat, karena perusahaan dapat melatih AI untuk mengidentifikasi secara tepat atribut dan kualifikasi yang mereka cari,” katanya.

AI dapat mempercepat dan meningkatkan akurasi dengan cepat mengkarakterisasi keterampilan, pengalaman, dan ciri-ciri kepribadian tertentu.

Namun, dia menambahkan wawancara kerja pada dasarnya bersifat pribadi, membutuhkan keterampilan interpersonal yang bernuansa yang masih sulit dikuasai oleh AI saat ini sehingga kecil kemungkinan AI akan sepenuhnya menggantikan pewawancara manusia. 

Lars Nyman, kepala pemasaran CUDO Computer, menyuarakan sentimen ini, dengan mencatat AI sudah tertanam dalam proses pemindai, menganalisis resume, dan menilai kecocokan awal.

"Lompatan ke wawancara yang dipimpin AI hanya masalah waktu," kata Nyman seperti dikutip dari Newsweek. 

Bagi banyak orang, berinteraksi dengan AI masih merupakan pengalaman yang relatif baru, dan menyesuaikan diri dengan wawancara berbasis AI mungkin memerlukan lebih banyak waktu dan paparan.

Nyman menjelaskan itu karen pada aplikasi AI tertentu, seperti penjadwalan atau analisis data, diterima dengan baik karena mengarahkan kehidupan tanpa menghilangkan sentuhan manusianya. 

Sebaliknya, ketika AI masuk ke peran yang membutuhkan empati dan penilaian, seperti wawancara kerja, Berbagainya lebih dingin.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Neurokonomi, Ilmu Saraf yang Mempelajari Respon Otak Saat Berbelanja

Dorongan berbelanja yang impulsif dipengaruhi oleh saraf-saraf yang bertemu dalam sirkuit otak, ada ilmu yang mempelajari hal ini

Context.id . 17 December 2024

Ini Pola Makan Orang yang Usianya Mencapai 100 Tahun

Selain genetika dan faktor lingkungan, gaya hidup seperti pola makan juga sangat mempengaruhi usia

Context.id . 16 December 2024

Inggris Digugat Gegara Batasi Pergerakan Warga Negara Uni Eropa

Selepas keluar dari Uni Eropa, Inggris membatasi pergerakan dan kebebasan warga negara Uni Eropa untuk tinggal maupun bekerja di negaranya

Context.id . 16 December 2024

Mengapa Semakin Banyak Perusahaan Ingin Menjadikan Bitcoin sebagai Aset?

Reputasi bitcoin sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan krisis ekonomi di tengah ketidakpastian global membuat beberapa perusahaan mulai melir ...

Context.id . 16 December 2024