Kampus Ivy League Jadi Jaminan Menuju Kesuksesan?
Dalam bisnis dan profesi, jalur menapaki kesuksesan juga dipengaruhi pilihan tempat sekolah atau kuliah kita. Kampus elit yang tergabung di Ivy League salah satu contohnya
Context. id, JAKARTA - Menempuh pendidikan di kampus-kampus yang masuk lingkaran Ivy League di AS seperti Harvard, Brown, Upenn telah lama dikaitkan dengan prestise dan peluang untuk menuju kesuksesan.
Para alumninya dikenal memiliki prestasi yang luar biasa baik di dunia pemerintahan maupun bisnis global. Ini menggambarkan kekuatan transformatif dari lembaga-lembaga elit ini.
Untuk Harvard, sebut saja beberapa presiden Amerika merupakan lulusan kampus terbaik dunia ini di antaranya John Adams, Franklin D. Roosevelt dan John F Kennedy juga alumnus Harvard.
Mantan Mendikbud Nadiem Makarim dan mantan Mendag Thom Lembong juga lulusan Harvard.
Sementara itu beberapa pengusaha global yang lulusan Upenn juga tidak kalah mentereng, bahkan sekarang jadi presiden AS juga yakni Donald Trump, lalu ada Elon Musk dan Warren Buffet.
BACA JUGA
Berikut ini beberapa pemimpin bisnis global yang yang lulus dari kampus-kampus Ivy League:
Antonius Tan
Anthony Tan, CEO Grab dan salah satu pendiri Grab, meraih gelar BA dari University of Chicago dan gelar MBA dari Harvard Business School.
Tan berhasil menjadikan Grab sebagai layanan pemesanan kendaraan dan pengiriman makanan terkemuka di Asia Tenggara
Llyod Blankfein
Lloyd Blankfein, mantan CEO dan Ketua Goldman Sachs, kuliah di Universitas Harvard, meraih gelar sarjana dan hukum di sana.
Kepemimpinannya di Goldman Sachs selama masa-masa ekonomi yang krusial telah memengaruhi strategi keuangan dan investasi global secara signifikan.
Ruth Porat
Ruth Porat, Presiden dan CIO Alphabet (perusahaan induk Google), meraih gelar BA dari Universitas Stanford dan gelar MBA dari Wharton di Universitas Pennsylvania. Ketajaman finansialnya sangat penting dalam mengarahkan Alphabet melewati masa-masa pertumbuhan dan inovasi yang pesat.
Warren Buffett
Warren Buffett, lulusan MBA dari Universitas Columbia, adalah CEO dari Berkshire Hathaway dan dianggap sebagai salah satu investor paling sukses sepanjang masa.
Dikenal karena pendekatan investasi nilai (value investing), ia telah membangun kekayaan yang sangat besar dan menjadi tokoh terkemuka di dunia keuangan.
Jeff Bezos
Jeff Bezos, pendiri Amazon, memiliki gelar di bidang Teknik Elektro dan Ilmu Komputer dari Universitas Princeton. Dua mengubah Amazon dari toko buku online menjadi raksasa e-commerce global, merevolusi lanskap ritel.
Patrick Walujo
Patrick adalah CEO GoTo, yang memperoleh gelar B.Sc. dalam bidang Operations Research and Industrial Engineering di Cornell University. Sebelum GoTo, salah satu sentuhan tangan dingin Patrick adalah PT Bank BTPN Tbk (BTPN).
Bersama bankir senior Jerry Ng, keduanya membawa transformasi besar ke BTPN. Duet Patrick dan Jerry Ng kemudian berlanjut di PT Bank Jago Tbk (ARTO).
Nilai sebenarnya dari Ivy League
Sebenarnya, jika dibilang kampus bagus, banyak juga kampus-kampus dunia yang selevel atau malah lebih bagus dari kampus yang tergabung di Ivy League.
Hanya saja kampus Ivy League memberikan akses ke jaringan alumni yang jadi pemimpin bisnis maupun pemimpin pemerintah yang terkenal.
Koneksi-koneksi ini menyediakan batu loncatan untuk peluang yang sering kali tidak dapat dijangkau di tempat lain, baik itu meluncurkan startup atau bergabung dengan perusahaan global.
Kampus-kampus ini menawarkan berbagai acara jaringan yang sangat penting bagi mahasiswa atau alumnusnya yang ingin membangun koneksi profesional.
Semisal Global Forum dari Wharton School mengumpulkan alumni, fakultas, dan pemimpin industri untuk membahas tren dan inovasi terkini.
Begitu juga dengan acara-acara seperti Columbia University’s Networking Night dan Cornell’s Entrepreneurship Week, yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan pemimpin dari berbagai bidang, memperluas pemahaman mereka tentang berbagai jalur karier.
Inisiatif-inisiatif ini menciptakan lingkungan yang mendukung di mana siswa dapat mengembangkan hubungan yang sering kali mengarah pada magang dan penempatan pekerjaan.
Selain itu, lulusan Ivy League secara signifikan melebihi rekan-rekannya dalam hal potensi penghasilan.
Menurut laporan PayScale tahun 2022, di kawasan AS dan Uni Eropa, gaji median awal karier untuk lulusan Ivy League adalah US$86,025 (sekitar Rp1,4 miliar), dibandingkan dengan US$58,643 (sekitar Rp910 juta) untuk lulusan dari institusi non-Ivy.
Lulusan Ivy League memiliki pengakuan universal. Di bidang-bidang kompetitif, gelar Ivy League sering menjadi pembeda utama.
Mereka yang diterima di kampus ini biasanya termasuk dalam 4% teratas dari pelamar, yang telah menunjukkan kecemerlangan akademik, keterampilan kepemimpinan, dan prestasi ekstrakurikuler.
Proses penerimaan yang holistik memastikan bahwa institusi-institusi ini hanya memilih individu yang paling mampu dan seimbang, memberikan mereka keunggulan di pasar tenaga kerja global.
Rata-rata kampus Ivy League juga memiliki dana abadi miliaran dolar sehingga memiliki fasilitas riset mutakhir hingga pusat kewirausahaan yang sangat canggih.
RELATED ARTICLES
Kampus Ivy League Jadi Jaminan Menuju Kesuksesan?
Dalam bisnis dan profesi, jalur menapaki kesuksesan juga dipengaruhi pilihan tempat sekolah atau kuliah kita. Kampus elit yang tergabung di Ivy League salah satu contohnya
Context. id, JAKARTA - Menempuh pendidikan di kampus-kampus yang masuk lingkaran Ivy League di AS seperti Harvard, Brown, Upenn telah lama dikaitkan dengan prestise dan peluang untuk menuju kesuksesan.
Para alumninya dikenal memiliki prestasi yang luar biasa baik di dunia pemerintahan maupun bisnis global. Ini menggambarkan kekuatan transformatif dari lembaga-lembaga elit ini.
Untuk Harvard, sebut saja beberapa presiden Amerika merupakan lulusan kampus terbaik dunia ini di antaranya John Adams, Franklin D. Roosevelt dan John F Kennedy juga alumnus Harvard.
Mantan Mendikbud Nadiem Makarim dan mantan Mendag Thom Lembong juga lulusan Harvard.
Sementara itu beberapa pengusaha global yang lulusan Upenn juga tidak kalah mentereng, bahkan sekarang jadi presiden AS juga yakni Donald Trump, lalu ada Elon Musk dan Warren Buffet.
BACA JUGA
Berikut ini beberapa pemimpin bisnis global yang yang lulus dari kampus-kampus Ivy League:
Antonius Tan
Anthony Tan, CEO Grab dan salah satu pendiri Grab, meraih gelar BA dari University of Chicago dan gelar MBA dari Harvard Business School.
Tan berhasil menjadikan Grab sebagai layanan pemesanan kendaraan dan pengiriman makanan terkemuka di Asia Tenggara
Llyod Blankfein
Lloyd Blankfein, mantan CEO dan Ketua Goldman Sachs, kuliah di Universitas Harvard, meraih gelar sarjana dan hukum di sana.
Kepemimpinannya di Goldman Sachs selama masa-masa ekonomi yang krusial telah memengaruhi strategi keuangan dan investasi global secara signifikan.
Ruth Porat
Ruth Porat, Presiden dan CIO Alphabet (perusahaan induk Google), meraih gelar BA dari Universitas Stanford dan gelar MBA dari Wharton di Universitas Pennsylvania. Ketajaman finansialnya sangat penting dalam mengarahkan Alphabet melewati masa-masa pertumbuhan dan inovasi yang pesat.
Warren Buffett
Warren Buffett, lulusan MBA dari Universitas Columbia, adalah CEO dari Berkshire Hathaway dan dianggap sebagai salah satu investor paling sukses sepanjang masa.
Dikenal karena pendekatan investasi nilai (value investing), ia telah membangun kekayaan yang sangat besar dan menjadi tokoh terkemuka di dunia keuangan.
Jeff Bezos
Jeff Bezos, pendiri Amazon, memiliki gelar di bidang Teknik Elektro dan Ilmu Komputer dari Universitas Princeton. Dua mengubah Amazon dari toko buku online menjadi raksasa e-commerce global, merevolusi lanskap ritel.
Patrick Walujo
Patrick adalah CEO GoTo, yang memperoleh gelar B.Sc. dalam bidang Operations Research and Industrial Engineering di Cornell University. Sebelum GoTo, salah satu sentuhan tangan dingin Patrick adalah PT Bank BTPN Tbk (BTPN).
Bersama bankir senior Jerry Ng, keduanya membawa transformasi besar ke BTPN. Duet Patrick dan Jerry Ng kemudian berlanjut di PT Bank Jago Tbk (ARTO).
Nilai sebenarnya dari Ivy League
Sebenarnya, jika dibilang kampus bagus, banyak juga kampus-kampus dunia yang selevel atau malah lebih bagus dari kampus yang tergabung di Ivy League.
Hanya saja kampus Ivy League memberikan akses ke jaringan alumni yang jadi pemimpin bisnis maupun pemimpin pemerintah yang terkenal.
Koneksi-koneksi ini menyediakan batu loncatan untuk peluang yang sering kali tidak dapat dijangkau di tempat lain, baik itu meluncurkan startup atau bergabung dengan perusahaan global.
Kampus-kampus ini menawarkan berbagai acara jaringan yang sangat penting bagi mahasiswa atau alumnusnya yang ingin membangun koneksi profesional.
Semisal Global Forum dari Wharton School mengumpulkan alumni, fakultas, dan pemimpin industri untuk membahas tren dan inovasi terkini.
Begitu juga dengan acara-acara seperti Columbia University’s Networking Night dan Cornell’s Entrepreneurship Week, yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan pemimpin dari berbagai bidang, memperluas pemahaman mereka tentang berbagai jalur karier.
Inisiatif-inisiatif ini menciptakan lingkungan yang mendukung di mana siswa dapat mengembangkan hubungan yang sering kali mengarah pada magang dan penempatan pekerjaan.
Selain itu, lulusan Ivy League secara signifikan melebihi rekan-rekannya dalam hal potensi penghasilan.
Menurut laporan PayScale tahun 2022, di kawasan AS dan Uni Eropa, gaji median awal karier untuk lulusan Ivy League adalah US$86,025 (sekitar Rp1,4 miliar), dibandingkan dengan US$58,643 (sekitar Rp910 juta) untuk lulusan dari institusi non-Ivy.
Lulusan Ivy League memiliki pengakuan universal. Di bidang-bidang kompetitif, gelar Ivy League sering menjadi pembeda utama.
Mereka yang diterima di kampus ini biasanya termasuk dalam 4% teratas dari pelamar, yang telah menunjukkan kecemerlangan akademik, keterampilan kepemimpinan, dan prestasi ekstrakurikuler.
Proses penerimaan yang holistik memastikan bahwa institusi-institusi ini hanya memilih individu yang paling mampu dan seimbang, memberikan mereka keunggulan di pasar tenaga kerja global.
Rata-rata kampus Ivy League juga memiliki dana abadi miliaran dolar sehingga memiliki fasilitas riset mutakhir hingga pusat kewirausahaan yang sangat canggih.
POPULAR
RELATED ARTICLES