China Ciptakan Robot Kucing untuk Eksplorasi Luar Angkasa
Peneliti China menciptakan robot yang dapat melompat dan mendarat dengan presisi menggunakan AI, dirancang untuk menjelajahi asteroid dengan gravitasi rendah.
Context.id, JAKARTA - Peneliti China menciptakan sebuah robot bertenaga kecerdasan buatan (AI) yang memiliki kemampuan unik untuk melompat dan mendarat dengan cara mirip kucing.
Robot ini dirancang untuk menjelajahi permukaan asteroid yang keras dan memiliki gravitasi rendah, yang berpotensi membuka cara baru dalam eksplorasi benda langit kecil.
Melansir SCMP, inovasi ini muncul dari tim di Institut Teknologi Harbin yang menggunakan teknologi pembelajaran penguatan untuk melatih robot agar bisa menyesuaikan posturnya di udara dan mengendalikan gerakan kakinya dengan presisi.
Teknologi ini memungkinkan robot untuk mengoreksi posisi tubuhnya saat melayang, mengubah arah, dan memastikan pendaratan yang stabil tanpa memerlukan perangkat keras stabilisasi berat yang biasanya digunakan dalam sistem tradisional.
Lompatan robot ini dirancang untuk menjelajahi asteroid, yang umumnya memiliki gravitasi rendah, tempat di mana benda langit kecil menyimpan potensi besar, baik untuk mempelajari asal-usul tata surya maupun untuk mengeksplorasi sumber daya alam berharga, seperti logam langka dan platinum.
BACA JUGA
Namun, tantangannya adalah gravitasi yang sangat lemah membuat sistem roda tradisional, seperti yang digunakan dalam penjelajah bulan dan Mars, tidak efektif di lingkungan ini.
Untuk mengatasi masalah ini, para ilmuwan mengusulkan penggunaan robot pelompat.
Setiap lompatan robot membuatnya melayang di udara selama beberapa detik, yang cukup lama untuk menyebabkan ketidakseimbangan dalam kekuatan kaki jika tidak dikendalikan dengan tepat.
Hal ini bisa menyebabkan robot berputar tak terkendali atau bahkan terpental dari permukaan benda langit tersebut.
Tim di Harbin menggunakan pembelajaran penguatan dalam simulasi virtual untuk melatih robot agar bisa mengoreksi penyimpangan posisi saat melompat.
Selama tujuh jam, robot belajar melalui uji coba dan kesalahan, akhirnya dapat mengatur orientasi tubuhnya dengan sangat cepat.
Sistem ini bisa mengoreksi kemiringan tubuh, seperti pitch (kemiringan maju-mundur), roll (kemiringan dari sisi ke sisi), dan yaw (rotasi), dalam hitungan detik, bahkan ketika robot diluncurkan dengan kemiringan yang ekstrem.
Misalnya, robot bisa kembali stabil setelah diluncurkan dengan kemiringan hingga 140 derajat hanya dalam delapan detik, atau berputar hingga 90 derajat di udara untuk menghadap arah baru.
Untuk memastikan efektivitas sistem ini, para peneliti membuat platform simulasi gravitasi mikro menggunakan bantalan udara yang meniru lingkungan gravitasi rendah asteroid.
Pengujian ini mengonfirmasi bahwa sistem tersebut berhasil mengoreksi orientasi robot, meskipun terbatas pada gerakan dua dimensi. Hasil ini mendukung teori dan simulasi yang dikembangkan sebelumnya.
Desain robot ini juga efisien secara energi dan memerlukan daya komputasi internal yang sangat rendah, menjadikannya pilihan yang ideal untuk misi eksplorasi luar angkasa dan penambangan asteroid di masa depan.
Namun, para peneliti mengingatkan penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk meningkatkan kemampuan adaptasi AI robot ini terhadap berbagai medan dan kondisi luar angkasa yang lebih kompleks.
RELATED ARTICLES
China Ciptakan Robot Kucing untuk Eksplorasi Luar Angkasa
Peneliti China menciptakan robot yang dapat melompat dan mendarat dengan presisi menggunakan AI, dirancang untuk menjelajahi asteroid dengan gravitasi rendah.
Context.id, JAKARTA - Peneliti China menciptakan sebuah robot bertenaga kecerdasan buatan (AI) yang memiliki kemampuan unik untuk melompat dan mendarat dengan cara mirip kucing.
Robot ini dirancang untuk menjelajahi permukaan asteroid yang keras dan memiliki gravitasi rendah, yang berpotensi membuka cara baru dalam eksplorasi benda langit kecil.
Melansir SCMP, inovasi ini muncul dari tim di Institut Teknologi Harbin yang menggunakan teknologi pembelajaran penguatan untuk melatih robot agar bisa menyesuaikan posturnya di udara dan mengendalikan gerakan kakinya dengan presisi.
Teknologi ini memungkinkan robot untuk mengoreksi posisi tubuhnya saat melayang, mengubah arah, dan memastikan pendaratan yang stabil tanpa memerlukan perangkat keras stabilisasi berat yang biasanya digunakan dalam sistem tradisional.
Lompatan robot ini dirancang untuk menjelajahi asteroid, yang umumnya memiliki gravitasi rendah, tempat di mana benda langit kecil menyimpan potensi besar, baik untuk mempelajari asal-usul tata surya maupun untuk mengeksplorasi sumber daya alam berharga, seperti logam langka dan platinum.
BACA JUGA
Namun, tantangannya adalah gravitasi yang sangat lemah membuat sistem roda tradisional, seperti yang digunakan dalam penjelajah bulan dan Mars, tidak efektif di lingkungan ini.
Untuk mengatasi masalah ini, para ilmuwan mengusulkan penggunaan robot pelompat.
Setiap lompatan robot membuatnya melayang di udara selama beberapa detik, yang cukup lama untuk menyebabkan ketidakseimbangan dalam kekuatan kaki jika tidak dikendalikan dengan tepat.
Hal ini bisa menyebabkan robot berputar tak terkendali atau bahkan terpental dari permukaan benda langit tersebut.
Tim di Harbin menggunakan pembelajaran penguatan dalam simulasi virtual untuk melatih robot agar bisa mengoreksi penyimpangan posisi saat melompat.
Selama tujuh jam, robot belajar melalui uji coba dan kesalahan, akhirnya dapat mengatur orientasi tubuhnya dengan sangat cepat.
Sistem ini bisa mengoreksi kemiringan tubuh, seperti pitch (kemiringan maju-mundur), roll (kemiringan dari sisi ke sisi), dan yaw (rotasi), dalam hitungan detik, bahkan ketika robot diluncurkan dengan kemiringan yang ekstrem.
Misalnya, robot bisa kembali stabil setelah diluncurkan dengan kemiringan hingga 140 derajat hanya dalam delapan detik, atau berputar hingga 90 derajat di udara untuk menghadap arah baru.
Untuk memastikan efektivitas sistem ini, para peneliti membuat platform simulasi gravitasi mikro menggunakan bantalan udara yang meniru lingkungan gravitasi rendah asteroid.
Pengujian ini mengonfirmasi bahwa sistem tersebut berhasil mengoreksi orientasi robot, meskipun terbatas pada gerakan dua dimensi. Hasil ini mendukung teori dan simulasi yang dikembangkan sebelumnya.
Desain robot ini juga efisien secara energi dan memerlukan daya komputasi internal yang sangat rendah, menjadikannya pilihan yang ideal untuk misi eksplorasi luar angkasa dan penambangan asteroid di masa depan.
Namun, para peneliti mengingatkan penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk meningkatkan kemampuan adaptasi AI robot ini terhadap berbagai medan dan kondisi luar angkasa yang lebih kompleks.
POPULAR
RELATED ARTICLES